TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG).- Mode memang terus berkembang dengan pesat terutama tren fashion dunia dengan merek-merek terkenal. Menjadi peluang bisnis yang menjanjikan sekaligus menguntungkan, ketika berbicara tren fashion.
Gaya hidup kekinian menjadi kebutuhan seperti tak ada habisnya untuk terus diikuti. Termasuk di Kota Tasikmalaya, yang tidak ingin ketinggalan mengikuti trend tersebut. Untuk bisa mengenakan fashion merek-merek terkenal luar negeri
Hal ini memicu terjadinya sebuah pola gesekan dari masyarakat ekonomi bawah untuk dapat mengejar ketinggalannya dengan cara Thrifting atau belanja barang bekas bermerek.
Peluang ini yang ditangkap oleh para pelaku ekonomi dengan memanfaatkan jejaring untuk membuka usaha barang bekas bermerek.
Pada awalnya thrifting memang sebuah alternatif untuk belanja murah, tapi kini thrifting punya segmen tersendiri dalam pola dan gaya hidup masyarakat Kota Tasikmalaya.
Dalam beberapa tahun terakhir thrifting menjadi tren di sejumlah kota, termasuk di Kota Tasikmalaya, thrifting menjadi peluang bisnis yang menjanjikan sekaligus menguntungkan sehingga banyak diminati para pelaku bisnis.
Thrifting adalah aktivitas membeli atau mencari barang-barang bekas dengan tujuan untuk dipakai kembali. Di Kota Tasikmalaya awalnya thrifting diperkenalkan para pedagang kaki lima di Pasar Kojengkang Dadaha yang biasa melapak di Kawasan Komplek Olahraga Dadaha sejak lama.
Di pasar tersebut para pedagang menjual barang-barang bermerek atau branded dengan harga murah dibanding asal tokonya. Secara kualitas memang tidak seratus persen baik, tetapi paling tidak masih layak pakai.
Bahkan sampai saat ini di pasar Kojengkang Dadaha itu, pada setiap hari Minggu pagi sampai sekitaran tengah hari terdapat puluhan pedagang yang didominasi produk kaos dan jaket menggelar dagangan bekas bermerek.
Barang-barang hasil thrifting biasanya seperti baju, celana, topi, sepatu sampai jaket dari produk antar generasi. Jika beruntung, penjual dan pembeli akan mendapatkan barang branded yang unik bahkan langka yang menjadi buruan pecinta thrifting di Indonesia.
Salah satu pelaku usaha thrifting dari produk sepatu Irvan Nurdin (43) warga Kampung Ciroyom, Parakanyasag, Indihiang, Kota Tasikmalaya, dirinya menangkap peluang bisnis thrifting sangat menjanjikan. Mengingat banyak warga yang menginginkan pakaian bermerek tapi murah.
Ia mengaku, sudah sembilan bulan menjalani usaha barang bermerek layak pakai ini. Ia menangkap peluang banyak sekali peminat pakaian dan sepatu thrifting, untuk memenuhingaya hidupnya.
Sehingga dari awalnya hanya iseng saja, menjadi usaha menggiurkan. ia pun menekuni usaha tersebut sebagai pekerjaan tetap.
“Peluang pasar di bisnis ini cukup menggiurkan, dengan harga murah dan terjangkau menjadi satu alternatif, apalagi saat ini pandemi Covid-19 belum usai yang berdampak ekonomi masyarakat semakin merosot,” katanya, Rabu (8/3/2023).
Dirinya mulai belanja barang bermerek dari pedagang besar atau grosir di Tanjung Balai dan Kota Batam. Pemilik toko yang diberi nama Vaisecindbrand awalnya membeli barang dalam jumlah terbatas,
“Alhamdulilah omset penjualan sepatu bekas ini melesat cepat, saya semakin fokus terhadap usaha ini. Awalnya saya hanya mencoba-coba usaha ini, ” katanya.
Untuk pengadaan stok barang sepatu kini dirinya mencari barang ke berbagai kota di Indonesia, bahkan keluar negeri seperti ke Thailand, Singapura. Hal ini dilakukannya, seiring dengan perkembangan usahanya.
Irvan yang akrab disapa Vai memanfaatkan ruangan depan rumahnya menjadi showroom sepatu second branded. Tak jarang pembeli datang langsung ke tokonya.
“Kita coba buka toko biar customer dapat langsung datang dan melihat berbagai pilihan variasi baik dari dari merk, size maupun grade kualitasnya. Kita cari segmen pembeli kelas menengah, makanya kita tidak majang di kaki lima,” ujarnya.
Selain layanan toko secara offline, Vai mengaku menawarkan barang-barangnya dengan memanfaatkan media sosial. Bahkan kerap menawarkan barangnya itu dengan siarang langsung di Tiktok, Instagram dan facebook.
Untuk lebih menarik perhatian, lanjut Ivan, sewaktu live di media sosial barangnya pun dijual secara lelang, terutama barang yang langka, bahkan tak jarang dirinya memberikan merchandise berupa t-shirt, jam tangan dan sepatu.
“Untuk menarik perhatian sewaktu live di medsos kita berikan merchandise, bahkan sesekali berikan diskon habis-habisan sampai dengan 70 persen dari harga pasaran,” ujarnya.
Juli asal Kota Klaten menyempatkan berburu sepatu secondbrand saat ke Kota Tasikmalaya. Ia terpacu karena harganya yang cukup terjangkau, selain itu kualitas sepatu buruan dalam thrifting masih di 80%, bahkan ada yang kondisi 95%.
Sementara itu pengunjung Va’isecondbrand lainya, Debora Krissentia asal Kota Solo saat ditemui mengungkapkan merasa tertarik karena banyak pilihan model yang ditawarkan di toko thrifting ini, mulai dari jenis sol sepatu sampai pada bahan dan kualitas.
“Banyak sepatu merek-merek terkenal yang kondisi dan kualitasnya masih bagus. Selain harga, tentunya lebih murah,” katanya.***