JAKARTA (TUGUBANDUNG.ID) – Bio Farma dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso menandatangani kontrak kerja sama untuk melaksanakan penelitian surveilans carrier meningokokus pada jamaah pasca umrah di Jakarta dan Surabaya. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya memantau dan mendeteksi secara lebih baik penyakit meningitis meningokokus pada jamaah umrah di Indonesia.
Penandatanganan Kerjasama Penelitian dilakukan oleh Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Bio Farma Group, Suharta Wijaya, serta Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr. Alvin Kosasih, didampingi oleh Direktur Utama Bio Farma Group, Shadiq Akasya dan Direktur Medis & Hubungan Kelembagaan Bio Farma Group, Sri Harsi Teteki beserta jajaran.
Kegiatan ini dilaksanakan di kantor perwakilan Bio Farma di Jakarta, dan turut dihadiri juga oleh Plt. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Yudi Pramono MARS.
Dari rilis yang diterima Kamis (22/8/2024), Direktur Utama Bio Farma Group, Shadiq Akasya, menyampaikan bahwa Bio Farma selalu siap dalam memberikan kontribusi positif dalam menjaga ketahanan kesehatan untuk masyarakat Indonesia.
“Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang life science, kami ingin berkontribusi dalam menjaga kesehatan masyarakat, salah satunya melalui pengadaan vaksin. Kami berharap penelitian ini dapat mendukung kebijakan Kementerian Kesehatan terkait vaksinasi meningitis bagi jamaah umrah,” Papar Shadiq.
Meningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Penyakit ini tergolong berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan saraf di otak yang bisa membuat penderitanya lumpuh. Saat ini belum ada surveilans yang memadai untuk dapat mendeteksi kejadian meningitis meningokokus pada jamaah umrah di Indonesia.
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr. Alvin Kosasih menyatakan dukungan RSPI dalam bidang penelitian, utamanya kegiatan penelitian untuk penganggulangan penyakit.
“RSPI siap mendukung kegiatan penelitian ini sebagai bagian dari pilar penelitian di rumah sakit. Kami berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut pada penelitian-penelitian selanjutnya,” Kata Alvin.
Plt. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, dr. Yudi Pramono menyampaikan kedepannya akan dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran untuk perlindungan terhadap paparan meningitis.
“Hasil penelitian ini akan menguatkan kebijakan vaksinasi meningitis bagi jamaah umrah. Kami juga menekankan perlunya sosialisasi kepada jamaah terkait tujuan dan manfaat vaksinasi,” ucap Yudi.
Kegiatan ini diharapkan dapat membantu upaya pencegahan dan pengendalian penyakit meningitis meningokokus pada jamaah umrah di Indonesia, serta mendukung kebijakan pemerintah dalam menjamin kesehatan dan keselamatan para jamaah.
Pada tahun 2016, Indonesia memiliki 78.018 kasus meningitis dan 4.313 kematian akibat penyakit ini, menjadikannya negara dengan kasus dan tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2015, 2016, dan 2017, jumlah kasus suspek meningitis di Indonesia masing-masing adalah 339, 279, dan 353. Data dari Vemela 2021 menunjukkan bahwa angka kejadian meningitis pediatrik di Indonesia akan terus meningkat dengan tingkat kematian 18-40%. (Pun)***