KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Seringkali Kota Bansung bahkan lebih luas lagi adalah wilayah cekungan Bandung, mengalami krisis air terutama di musim kemarau. Padahal cekungan Bandung dikelilingi gunung yang seyogyanya bisa menjadi resapan dan cadangan air. Lalu ada apa dengan cekungan Bandung?
Jawaban utamanya adalah masalah leadership. Selama ini belum ada tokoh yang memiliki leadership kuat untuk menata lingkungan di Kota Bandung, selain karena masalah sosial dan lain-lain. Catatan itu menjadi salah satu kesimpulan dalam penelitian ilmiah Dirut Perumda Tirtawening Kota Bandung Sonny Salimi, yang disampaikannya dalam orasi ilmiah pada acara Wisuda 3, Universitas Persatuan Islam di Hotel Grand Pasundan Kota Bandung, Kamis (16/5/2024).
“Harus ada tokoh leadership yang kuat untuk mengkolaborasikan, membuat tata kolaborasi dalam penataan masalah air di Cekungan Bandung,” katanya.
Menurut Sonny jika belum ada leadership yang kuat, berbagai program dan dana berapapun yang dikeluarkan, masih jauh untuk memastikan ketersediaan air di Cekungan Bandung. “Semua harus dalam satu visi untuk memperbaiki lingkungan,” tambahnya.
Sonny menyebutkan, berbagai program yang dijalankan pemerintah pusat hingga daerah sejak tahun 1971, belum mampu melahirkan hasil yang optimal dan signifikan.
“Masyarakat pun sudah saatnya dijadikan subjek, bukan objek dalam perbaikan lingkungan, dengan visi yang sama dan dikuatkan oleh leadership tadi,” tegasnya.
Perumda Tirtawening sendiri saat ini sedang berupaya menambah kecukupan air bersih untuk masyarakatnya yang berjumlah 2 juta lebih. Salah satunya dengan membangun SPAM Bandung Terintegrasi megaproyek dengan pengambilan air baku dari waduk Saguling.
“Perumda Tirtawening sedang banyak program untuk mencapai target tahun 2030 memenuhi kebutuhan air bersih seluruh warganya. Kenapa harus dari Saguling? Ya karena sumber air di Kota Bansung sudah semakin menipis, meskipun kita memiliki 42 sungai, tapi lihat kondisi airnya di musim kemarau? Untuk pengambilan air baku dari Saguling, kita membutuhkan investasi lebih dari 3 Triliun rupiah, ini tantangan besar. Tapi intinya adalah harus ada perbaikan lingkungan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Dalam wisuda 3 di Universitas Persatuan Islam itu ada sekitar 110 wisudawan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk teknik lingkungan. (Pun)***