TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG ID). Menanggapi kinerja Pj Walikota yang dikritisi sejumlah kalangan termasuk oleh mahasiswa, Akademisi Asep M Tamam menyebut, sejak dilantik sampai hari ini sepertinya masih mempelajari kultur Kota Tasikmalaya.
Meski pada dasarnya ada tiga permasalahan yang saat ini tengah fokus jadi perhatian Pj Walikota.
Dimana masalah utama dan ingin segera diselesaikanya yakni sampah, kemiskinan dan kesehatan terutama stunting.
“Sepertinya setelah melihat realitas objektif konteks Kota Tasikmalaya hari ini, kompleksitasnya yang luar biasa dimana posisi Kota Tasikmalaya belum bisa beranjak dari rangking termiskin di Jawa Barat,” katanya, Sabtu (28/1/2023).
Menurutnya, Pj Walikota memerlukan banyak waktu untuk bisa menyusun simpulan-simpulan agar bisa dicarikan solusi permasalahan kompleksitas di Kota Tasikmalaya.
“Memang Kota Tasikmalaya tidak luas, tapi bisa di bilang ramai. Karena begitu banyak Rumah Sakit bermunculan, Hotel dan pusat-pusat perbelanjaan atau Mall. Sehingga Kota Tasikmalaya jadi pusat berkumpulnya masyarakat Priangan Timur,” ujarnya.
“Akan tetapi tidak menjadikan angka kemiskinan menurun, pengangguran berkurang dan permsalahan sampah bisa dikendalaikan terlebih kesehatan dan tata ruang pemukiman yang kumuh. Termasuk bekumpulnya masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain,” sambungnya.
Kemudian poin penting, lanjut Asep, Pj Walikota memang harus lebih pro aktif untuk turun ke bawah. Karena ia harus bisa lebih merepresentasikan diri sebagai pemimpin juga sebagai teman untuk sejawat juga sebagai rakyat.
“Atas tengah bawah harus seimbang. Terutama dibagian tengah dimana itu adalah para pemimpin Kota Tasikmalaya, para pejabat-pejabat Kota Tasikmalaya harus disinergiskan. Saya meyakini Pj Walikota datang ke Kota Tasikmalaya dan mendapatkan banyak kejutan-kejutan dalam tanda kutif,” katanya.
“Terutama dalam konteks yang berhubungan dengan bagian tengah itu. Para pejabat, para pimpinan-pimpinan, para kadis, para kabag dan para pejabat di lingkungan Pemkot Tasikmalaya. Beliau pasti terkejutlah dengan kondisi ril atau realitas atau kondisi objektif yang dihadapi hari ini,” ujarnya menambahkan.
Tapi, lanjut Asep, pihaknya juga memberikan batasan harus sampai kapan Pj Walikota bisa membenahi lahir dan batinya Kota Tasikmalaya. Di pusat dan di pinggiran-pinggirannya. Sehingga konsep Pj untuk membenahi masalah priorotas di Kota Tasikmalaya.
Bahwa angka kemiskinan akan menurun, permasalahan sampah bisa dipecahkan dan dicari solusinya dan kesehatan bisa ditanggulangi.
“Memang betul sampah biasanya di kampung kami terjadi penumpukan. Dimana mengganggu mata, hidung bahkan lebih jauhnya lagi mengganggu telinga. Karena banyak masyarakat yang mengeluhkan sampah yang menggunung. Harus diapresiasi, hari ini pengakutan sampah menjadi tidak terlambat,” ujarnya.
Namun, kata Asep, tidak hanya itu, kompleksitas permasalahan yang terpenting harus jadi perhatian juga. Adanya harapan bahwa di tahun 2023 ini Kota Tasikmalaya benar-benar berubah di tangan Pj yang usianya masih muda. Dengan pemikiran seorang doktor juga tenaga yang prima,” tegasnya.
Pegiat komunitas dan juga pemerhati lingkungan Herniwan Obeh mengatakan, menyikapi kinerja Pj Walikota sejak dilantik hingga saat ini, memang dari awal kinerja Pj Walikota konsen terhadap penanganan sampah. Dimana Pj sudah beberapa kali melakukan peninjauan ke TPA Ciangir.
Namun menurutnya, biarpun sudah terbentuk adanya Satgas Resik yang berisi dari beberapa satuan kinerja yang ada di Pemerintahan Kota Tasikmalaya. Ia memandang hal itu belum maksimal. Sebab tidak mendasar dan menyentuh titik permasalahanya. Bahkan masih tergolong seremonial saja.
“Saya pandang belum maksimal itu hanya di kulitnya atau hanya dimuka. Sebab permasalahan sampah bukan saja masalah tentang pengadaan alat yang sebagaimana kita ketahui. Menjadi salah satu faktor yang sangat penting. Karena akan menjadi bancakan ketika kinerja berdasar pada pengguliran pengadaan yang berbasis anggaran,” ujarnya.
Tetapi regulasinya ini yang perlu diperhatikan, lanjut Herniwan, sebab sampai saat ini tindakan terhadap aturan. Seperti tidak diperkenankanya beberapa perusahaan ataupun, toko, mall menggunakan sampah plastik.
“Sebab yang menjadi permasalah saat ini adalah menurut kacamata saya, yaitu masalah sampah plastik. Apalagi yang ada di beberapa sungai pandagan komunitas Republik Aer, ini sudah mengandung mikro plastik,” katanya.
“Dan Ini belum ada solusi yang memang mengarah kepada pemberantasan ataupun penolakan terhadap penggunaan plastik kemasan yang ada di Kota Tasikmalaya,” ujarnya menambahkan.
Disamping itu, ia memandang bahwa kinerja Pj Walikota Tasikmalaya dalam seratus hari kerja ini belum maksimal. Jika melihat penyakit masyarakat, Pj Walikota belum bisa meredam dengan meningkatnya LGBT di Kota Tasikmalaya. Menurut catatan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya hingga kini berkembangnya LGBT mencapai 3000 lebih.
Selain itu, pengidap HIV Aids di Kota Tasikmalaya yang nota bene kota santri cukup signifikan. Dari catatan Kepala Dinas Kesehatan dr Uus Supangat mencapai 1032.
Ditambah kemerosotan moral, baru baru ini tidak sedikit kasus pelajar dan remaja dibawah umur di Kota Tasikmalaya yang melakukan perbuatan tidak terpuji atau mesum di area publik.
“Nah ini Pak Pj Walikota, belum kelihatan gerakannya. Harapan saya, Pj Walikota bukan hanya konsen di satu permasalahan lingkungan saja. Tapi masalah sosial pun harus menjadi satu sorotan,” tegasnya.
“Walaupun saya memaklumi katakanlah seratus hari kerja merupakan waktu yang sangat pendek. Tapi menimalnya ini akan menjadi satu cerminan bagi warga Kota Tasikmalaya untuk menilai kinerja. Harapan saya tidak hanya satu fokus di masalah lingkungan saja. Tapi perlu hal-hal lain diluar masalah sampah,” ujarnya menambahkan.***