TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG).- Kegiatan Pendidikan Bela Negara (PBN) menjadi lokomotif besar untuk memperkukuh rasa cinta terhadap tanah air. Untuk itu Universitas Siliwangi Tasikmalaya, sejak lama telah menggelar kegiatan PBN terhadap semua mahasiswanya, baik dari mahasiswa sarjana sampai mahasiswa pascasarjana.
“PBN menjadi langkah konkret di tengah gempuran krisis kepercayaan terhadap elite politik maupun institusi pemerintahan,” kata mahasiswa Pascasarjana Unsil Tasikmalaya Agus Yunianto, Kamis (2/3/2023).
Selain itu, kata Agus, gagasan mengenai bela negara sebagai jelmaan bahwa kampus bukan hanya tempat sekadar menuntut ilmu pada dimensi formal saja melainkan tempat multidimensi.
“Dimana kita bebas berekspresi, literasi, ruang diskusi yang luas, serta aksi sebagai bagian dari simulasi daripada penyelesaian masalah dan incubator proyeksi dan inovasi,” katanya.
Menurutnya, dahaga ilmu pengetahuan yang tidak pernah hilang, itulah perwujudan dari kampus, jika kampus dipandang sebagai tempat untuk menuntut ilmu dan mendapat ijazah saja, maka pandangan tersebut kurang tepat.
“Banyak sekali kontribusi kampus bagi generasi muda Indonesia. Segala aspek formal keilmuan mereka dapatkan, Lebih dari itu, kampus sebagai kawah candradimuka memiliki tugas penting dalam rangka menyiapkan generasi muda yang kompeten dan berkualitas tinggi,” ungkapnya.
Serta, lanjut Agus, sebagai wahana untuk mendidik anak bangsa menjadi bertaqwa, terampil, berbudi pekerti luhur, cinta tanah air, serta sehat jasmani dan rohani.
Dikatakanya, kesadaran bela negara pada hakikatnya merupakan kesediaan berbakti pada negara dan berkorban demi membela negara.
Upaya bela negara, lanjut Agus, selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada bangsa dan negara.
Sebagai warga negara sudah sepantasnya berperan aktif dalam bela negara sebagai bentuk kecintaan terhadap bangsa dan negara.
“Bela negara bukanlah tanggung jawab TNI dan Polri saja, melainkan tanggung jawab semua warga negara sebagai komponen bangsa,” katanya.
Ditambahkan dia, pemahaman bela negara dapat dibagi menjadi 2 konsep dasar, yaitu secara fisik dan non fisik Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut.
Sedangkan secara non-fisik, konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
Konsep pemahaman bela negara berbeda dengan konsep wajib militer akan tetapi hal tersebut memiliki dasar yang sama. Konsep induk dari keduanya adalah melindungi eksistensi dan kedaulatan negara.
“Ketika kita berbicara tentang militer, hal yang terbesit di pikiran kita bahwa militer ini identik dengan angkatan senjata dan kendaraan perang, Sementara, konsep bela negara lebih menekankan pada sikap dan kesadaran untuk menjaga eksistensi dan kedaulatan bangsa,” ungkapnya.
Berdasarkan penjabaran konsep tersebut, lanjut dia, jelas tersirat bahwa makna bela negara lebih luas dan menyeluruh dibandingkan dengan wajib militer yang menjadi kebijakan hangat pemerintah saat ini.
“Kecintaan yang kurang terhadap tanah air tentu akan mengurangi kesadaran bela negara seseorang, maka dari itu bela negara harus didasarkan atas kecintaannya akan bangsa dan negara,” pungkasnya.***