KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2020 yang dilakukan BPS, terdapat 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk Indonesia yang menyandang disabilitas. Sedangkan berdasar pada laporan Survey Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 tercatat prevalansi disabilitas berjalan sebagai yang terbanyak kedua, yaitu sebanyak 0,4%. Berdasarkan hasil studi terhadap penyandang disabilitas di Indonesia pada tahun 2017 (Disability in Indonesia: What can we learn from the data?), diketahui bahwa mayoritas penyandang disabilitas tidak memiliki akses terhadap alat bantu dan hanya sekitar 25% yang memiliki akses untuk memiliki prostetik.
Menjawab tantangan tersebut, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB dan Pusat Rehabilitasi Yakkum di Yogyakarta dalam program Pengabdian pada Masyarakat ITB tahun 2024 mengembangkan Pressure Cast Socket (PCast) sebagai alat bantu untuk membuat soket kaki palsu bawah lutut, khususnya dalam pembuatan cetakan plaster tungkai kaki sisa pasien amputasi dengan memanfaatkan tekanan air di dalam sebuah tangki silinder.
“Dengan teknologi PCast ini memungkinkan pembuatan cetakan tungkai kaki sisa yang lebih efisien dan kualitas yang lebih konsisten karena dapat mengurangi ketergantungan pada keterampilan spesifik seorang prosthetist dalam membentuk cetakan dikarenakan dalam proses pembentukan cetakan kaki memanfaatkan tekanan air yang merata di dalam tangki,” ujar Sandro Mihradi, dosen FTMD ITB.
Sandro menambahkan, dengan metode ini tidak hanya mempermudah proses pembuatan cetakan, tetapi juga dapat menekan biaya dan mempercepat proses produksi secara keseluruhan karena dapat menghilangkan atau mengurangi proses rektifikasi pada cetakan positif kaki palsu.
Dalam program ini tim dari FTMD ITB memodifikasi desain PCast sebelumnya yang kurang efisien dan nyaman, yaitu dalam hal pengencangan kepala tabung dengan mekanisme clamping, sehingga lebih cepat dipasang, dan pengatur ketinggian tabung yang dapat menyesuaikan dengan tinggi pasien amputasi.
“Berdasarkan masalah PCast sebelumnya, modifikasi desain terbaru menghasilkan produk yang lebih mudah dipasang dan dioperasikan oleh tenaga rehabilitasi dan ketinggian yang nyaman bagi pengguna,” ujar Sandro.
Sandro menggarisbawahi pentingnya perhatian bagi penyandang disabilitas, terutama mereka yang mengalami amputasi kaki. “Banyak dari mereka berada di usia produktif dan menjadi tulang punggung keluarga. Kehilangan mobilitas membatasi aktivitas dan berdampak besar pada kesejahteraan mereka,” katanya.
Adapun kolaborasi ITB dengan Pusat Rehabilitasi Yakkum semakin memperkuat upaya ini. Mereka tidak hanya mendukung pengujian klinis pada pasien amputasi tetapi juga memberikan umpan balik terhadap desain baru. Hasilnya, soket prostetik lebih nyaman bagi pengguna dan alat cetakan yang lebih mudah dioperasikan oleh tenaga rehabilitasi.
Hal ini dibenarkan oleh Rita Tri Haryani, perwakilan manajemen Pusat Rehabilitasi Yakkum yang menjelaskan bahwa program mereka tidak sekadar memberikan bantuan kaki prostetik kepada penyandang disabilitas, tetapi juga memastikan kenyamanan serta keamanan bagi pengguna.
“Sebelum memberikan bantuan, kami melakukan assessment dengan menyediakan konseling dan juga terapi otot bagi para penyandang disabilitas agar alat yang akan menopang kaki mereka tidak sekadar kosmetik, tetapi juga memiliki dampak kesehatan,” ungkap Rita.
Program yang dinamai 1.000 Kaki Prostetik untuk penyandang disabilitas ini tidak hanya terbatas pada pemberian prostetik saja, mereka juga melakukan pemberdayaan bagi penyandang disabilitas melalui rehabilitasi berbasis masyarakat dan intstitusi. Hal ini dimaksudkan agar para penyandang disabilitas bisa memenuhi kebutuhan juga menguatkan kemampuan mereka ketika kembali kepada masyarakat.
“Pemberdayaan dilakukan agar mereka bisa kembali memiliki kepercayaan diri untuk mobilitasnya, bekerja, kegiatan sehari-hari, sehingga mereka kembali produktif untuk menunjang kesejahteraannya bahkan ekonomi mereka bisa terpenuhi pasca amputasi,” imbuh Rita.
Pengembangan PCast bukan hanya soal perangkat teknologi, tetapi juga soal menciptakan social return on investment (SROI) yang signifikan. Dengan menekan biaya pembuatan soket prostetik dan mempermudah proses produksi, metode ini membuka peluang akses lebih luas bagi penyandang disabilitas.
Dalam hal ini Yakkum memiliki program pengembangan pusat-pusat atau hub pembuatan prostetik di seluruh Indonesia. Sehingga kolaborasi ini tidak hanya berdampak mengubah kehidupan individu, tetapi juga memperbaiki perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
“Program ini sudah kami lakukan sejak bulan Februari hingga bulan November 2024. Kami ingin menjadi bagian dalam upaya membuka akses yang luas bagi para penyandang disabilitas untuk mendapatkan kaki prostetik yang berkualitas dan terjangkau. Semoga kolaborasi ini bisa berdampak luas dan signifikan untuk para penyandang disabilitas,” pungkas Sandro. (Pun)***