BOGOR (TUGUBANDUNG.ID) – Bagi banyak kalangan, kehilangan mata pencaharian pada usia yang relatif masih produktif adalah musibah besar. Betapa tidak, hal itu dapat berdampak serius pada kehidupan ekonomi, sosial, dan psikologis seseorang. Oleh karena itu, memilih berhenti bekerja di saat karir tengah menanjak dan itu berarti kehilangan sandaran nafkah secara berkala dalam kehidupan, akan dianggap sebagai keputusan yang naif dan terlampau berani. Jangan-jangan orang yang melakukannya akan dianggap “gila” atau setidaknya “terlalu spekulatif”.
Akan tetapi, prinsip “kehati-hatian” itu tidak berlaku bagi sosok Dr Aqua Dwipayana. Pria dengan jejaring pertemanan sangat luas tersebut secara sadar dan teguh memilih untuk mengundurkan diri bekerja secara “formal” pada organisasi atau lembaga yang disebut perusahaan dan dipenuhi fungsi struktural. Pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara itu, secara sadar dan dipenuhi keyakinan, telah membuat keputusan besar dalam hidupnya pada 19 tahun lalu.
Pada 30 September 2005, Dr Aqua Dwipayana tidak mau lagi terikat pada berbagai aturan perusahaan serta terus mengikuti apa yang digariskan pimpinan di atasnya. Hampir dua dekade, doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut, bebas menjalani kehidupan jadi orang “bebas” dan “merdeka. Atasan satu-satunya hanya Allah Swt dan terbukti sampai saat ini sang Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional itu sangat menikmati kemandiriannya.
Bebas melakukan aktivitas apa saja dan tanpa ada orang yang melarang. Semua kegiatan dilakukan sesuai nuraninya. Kondisinya sangat berbeda saat ia masih jadi pegawai. Setiap hari selama jam kerja harus masuk kerja. Terikat pada waktu dan melakukan berbagai kewajiban sebagai karyawan.
Pria yang hobi membantu banyak orang itu merasakan sekali setelah berhenti jadi pegawai, dari berbagai aspek kehidupannya jauh lebih berkualitas. Bapak dua anak itu bertekad untuk terus mandiri hingga akhir hayatnya.
Dirinya sangat bersyukur karena dalam kondisi karier yang bagus bekerja di perusahaan besar, mantap meninggalkan zona nyaman itu. Sama sekali dalam dirinya tidak ada keraguan melakukannya.
Setelah menjalani beraktivitas mandiri, pria yang selalu terus memperbanyak jaringannya ini menyesal kenapa tidak dari dulu melakukannya. Memutuskan berhenti jadi pegawai setelah sekitar 17 tahun bekerja di berbagai perusahaan besar di Indonesia.
Saat ini Dr Aqua Dwipayana dikenal sebagai seorang Pakar Komunikasi dan Motivatior Nasional yang telah memotivasi lebih dari dua juta orang. Ia tak pernah berhenti berkeliling Nusantara bahkan mancanegara dalam menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi.
“Alhamdulillah sampai sekarang saya telah memberikan Sharing Komunikasi dan Motivasi kepada lebih dari dua juta orang. Tempatnya di 38 provinsi di Indonesia dan puluhan negara. Seluruhnya ribuan sesi,” demikian disampaikan Dr Aqua Dwipayana dalam perbincangan belum lama ini.
Pesertanya beragam. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Sedangkan materinya disesuaikan kebutuhan mereka, dengan penekanan utama pada komunikasi. Itu sesuai dengan kompetensinya.
Komunikasi menjadi hal utama dan paling dominan dalam kehidupan manusia. Sampai sekarang masih banyak orang termasuk yang pendidikan dan jabatannya tinggi yang komunikasinya buruk. Sehingga hidupnya bermasalah baik dengan dirinya maupun dengan orang lain.
Bagi Dr Aqua Dwipayana makna kemerdekaan adalah dengan menjadi diri sendiri. Jadikan Allah Swt sebagai atasan satu-satunya. Hanya Tuhan Yang Mahakuasa, tidak ada yang lainnya.
“Dengan begitu meyakini bahwa rezeki dalam wujud apapun datangnya dari Allah Swt. Jika lewat manusia itu hanya sebagai perantara saja,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Motivator ulung ini sudah merasakan itu sejak awal Oktober 2005 atau sekitar 19 tahun lalu, hampir dua dekade. Ketika itu, dengan kesadaran penuh pada akhir September 2005, dirinya memutuskan berhenti sebagai karyawan di Semen Cibinong.
Sebelumnya, sekitar 17 tahun ia menjadi pegawai dan bekerja di sembilan perusahaan besar yang berbeda-beda. Namun, sejak itu atasan Dr Aqua Dwipayana hanya Allah SWT. Setelah sekitar 19 tahun, bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana ini mensyukuri dan menikmati hal tersebut.
“Saya pernah sekitar 17 tahun bekerja di sembilan perusahaan besar yang berbeda-beda. Pengalaman saya, seenak-enaknya jadi karyawan dengan berbagai fasilitas, jauh lebih enak mandiri, jadi diri sendiri. Atasan satu-satunya hanya Allah Swt, tidak ada yang lainnya,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.
Kekuatan Menjalani Hidup
Setelah bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar terkemuka nasional di antaranya Suara Indonesia, Jawa Pos, Surabaya Minggu, dan Bisnis Indonesia, Dr Aqua Dwipayana sempat berpindah “spektrum” pekerjaan dengan menjadi Humas Semen Cibinong.
Sesudah sekitar sepuluh tahun mengabdi di salah satu perusahaan besar nasional tersebut, pada 30 September 2005, pria rendah hati itu memutuskan berhenti bekerja. “Saya ingin menjadi orang yang ‘merdeka’ seutuhnya. Menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya atasan,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.
Sebuah pilihan yang ternyata tidaklah salah. Iktikad kuat suami dari Retno Setiasih itu untuk tidak mau menjadi bawahan dan hanya menjadikan Allah Swt sebagai satu-satunya atasan, mengubah jalan hidupnya. Ia telah menjelma menjadi seorang motivator dan konsultan komunikasi nasional. Sudah ratusan instansi baik pemerintah maupun swasta juga personal yang memakai jasanya. Telah jutaan khalayak yang menyimak materi Sharing Komunikasi dan Motivasi bagi sosok yang hobi silaturahim dan menolong banyak orang tersebut.
Berbagai lembaga baik BUMN, TNI, Polri, maupun perusahaan swasta sering menggunakan jasa Dr Aqua Dwipayana untuk sharing tentang Komunikasi dan Motivasi. Tarif mendatangkan pembicara laris itu sebesar Rp 70 juta nett per 2 jam dan harus dibayar H-2. Itu belum termasuk tiket pesawat kelas bisnis dan hotel bintang lima. ”Namun, sharing untuk anggota TNI dan Polri gratis. Bahkan, saya akan datang sendiri tanpa harus disiapkan tiket. Ini komitmen saya,” kata Dr Aqua Dwipayana.
Sebagai sosok yang mendorong gerakan silaturahim, penulis buku super best seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi” itu telah mengumrohkan gratis lebih dari 165 orang. Uangnya dari hasil penjualan buku-bukunya yang “super best seller” dan honor sebagai pembicara. Program umroh gratis The Power of Silaturahim (POS) telah meluas hingga memunculkan banyak donatur baru untuk keberlanjutan pelaksanaannya. Meski donatur tetap dan utama adalah Dr Aqua Dwipayana.
Berkeliling Negeri
Dalam perbincangan belum lama ini, Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat ini mengungkapkan tidak terasa sudah hampir dua dekade atau tepatnya 19 tahun ia menjalani kehidupan sebagai “orang merdeka”. Tidak terkekang waktu, bisa kapan saja bersilaturahim dan berkeliling negeri menjalankan Sharing Komunikasi dan Motivasi. Kini, sekitar 95 persen hidupnya diarahkan untuk bidang sosial. Ia sangat bersyukur dan menikmati semuanya.
“Selasa, 1 Oktober 2024, tepat 19 tahun saya mulai mandiri. Menjadi orang bebas merdeka. Atasan satu-satunya hanya Allah Swt. Saya sangat mensyukuri dan menikmatinya. Pilihan hidup yang tepat sekali,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.
Pria ramah yang rendah hati itu mengenang kembali hari terakhirnya sebagai karyawan adalah pada Jumat 30 September 2005 di Semen Cibinong. Setelah bekerja sekitar 10 tahun di perusahaan swasta itu. Namanya berubah jadi Holcim Indonesia sesudah dibeli korporasi besar dari Swiss. Belakangan ganti nama menjadi Solusi Bangun Indonesia setelah beralih ke Grup Semen Indonesia.
Semen Cibinong adalah perusahaan terakhir tempatnya bekerja. Pada 27 Desember 1988 memulai karier sebagai wartawan di Harian Suara Indonesia, anak perusahaan Jawa Pos. Bersamaan dengan itu ia berkuliah semester pertama di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
“Saya sengaja kuliah sambil kerja karena untuk membiayai hidup sehari-hari. Juga buat membayar uang kuliah saya dan kakak di Yogyakarta. Selama 17 tahun bekerja sebagai karyawan di sembilan perusahaan besar yang berbeda-beda dan 19 tahun mandiri yang totalnya 36 tahun, banyak pelajaran dan pengalaman menarik yang saya peroleh. Semuanya sangat bermanfaat baik buat saya pribadi maupun orang lain,” kata Dr Aqua Dwipayana menguraikan.
Menariknya hasil dari bekerja saat kuliah sebagian digunakan untuk membantu biaya bulanan kakaknya yang kuliah di Yogyakarta. Itu sebagai upaya meringankan beban kedua orang tuanya. Biasanya kakak yang membantu adik, namun kali ini adik yang membantu kakak.
“Rezeki saya bisa membantu kakak kuliah di Yogyakarta. Paling utama untuk meringankan beban orang tua yang dalam waktu bersamaan menanggung biaya pendidikan empat anaknya, kecuali saya,” kata Dr Aqua Dwipayana.
Salah satu pengalaman menarik pria yang pekerja keras tersebut adalah setiap mau berhenti kerja, selalu saja ada beberapa teman yang menunjukkan empati plus menakut-nakuti. “Aqua, kamu kalau tidak bekerja sebagai karyawan, tidak akan dihormat siapapun,” ujar mereka senada.
Merespons mereka, Dr Aqua Dwipayana mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Diiringi dengan jawaban, “Saya tidak dihargai siapapun, sama sekali ngga masalah. Terpenting mendapat penghargaan dari Allah Swt. Itu yang paling utama dan hakikih bagi saya.”
Dirinya meyakini plus pengalaman pribadi, seseorang dihargai oleh orang lain bukan karena jabatan, pangkat, kekayaan, kecerdasan, wajah, dan hal lainnya yang terkait dengan duniawi. Namun penyebabnya dua hal utama yakni bagaimana menghargai diri sendiri dan orang lain secara universal.
“Selama 36 tahun bahkan jauh sebelum itu, saat masih sekolah, saya telah merasakan hal tersebut. Makanya setiap berhenti bekerja sebagai karyawan termasuk total mandiri, saya sama sekali tidak khawatir. Yakin punya Allah Swt. Sangat meyakini Allah Swt akan selalu memberikan rezeki dan pertolongan saat saya membutuhkannya,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Keyakinan Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat itu makin bertambah kuat dengan telah ditetapkannya rezeki setiap orang di Lauh Mahfudz. Itu terjadi jauh sebelum alam semesta ini terbentuk, tepatnya sekitar 50 tahun sebelum Allah Swt menciptakan langit dan bumi.
Jadi, lanjut Dr Aqua Dwipayana, sebelum manusia lahir di bumi ini, Allah Swt sudah menetapkan rezekinya. Perhitungannya detil dan akurat. Tidak akan tertukar dengan orang lain.
Juga, kata anak bungsu dari lima bersaudara ini, yang terpenting secara konsisten melakukan tiga hal. “Menjaga hati selalu bersih, komunikasi yang baik sama semua orang, dan tetap berpikir positif,” kata pria asal Kota Padang, Sumatera Barat ini menegaskan.
Maka, jangan melihat Dr Aqua Dwipayana saat ini, sosok mapan, mandiri, berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Dengan cucuran keringat dan air mata, pria yang gigih dan ulet ini bisa menyelesaikan kuliah S1 di Universitas Muhammadiyah Malang. Kuliah sambil bekerja sebagai wartawan di berbagai media.
Keprihatinan, kegigihan, dan tempaan kerasnya kehidupan masa lalu membuat Dr Aqua Dwipayana menjadi manusia yang berbeda dari kebanyakan orang sukses lainnya. Tetap selalu mengingat masa lalunya yang susah dan harus berjuang keras untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Salah satu perjuangannya pada tahun 1988 – 1990 saat masih kuliah sambil kerja sebagai wartawan, Dr Aqua Dwipayana setiap hari harus jalan kaki rata-rata 15 km di Kota Malang untuk mencari berita. Itu dilakukannya karena tidak punya motor. Setiap hari paling lambat meninggalkan tempat kosnya pukul 07.00 dan paling cepat kembali pukul 22.00. Untuk mengirit biaya transportasi pria yang hobi membaca ini lebih sering tidur seadanya di kantor tempatnya bekerja.
Kesuksesan tidak membuatnya takabur, sombong, dan merendahkan orang lain. Bahkan begitu mudah membantu sesama dengan caranya yang khas. Bukan hanya lembaran rupiah secara kontan, tetapi sering memberikan berbagai fasilitas akomodasi dan bantuan lainnya kepada banyak orang.
Selain jalan-jalan ke berbagai objek wisata, juga sering memberikan hadiah berupa ibadah yang merupakan impian semua umat muslim, yaitu umroh. Telah dibagikan ke ratusan orang baik di dalam negeri maupun mancanegara.
Terus Mengalir
Apa yang disampaikan kepada teman-temannya yang dulu menahannya berhenti bekerja, terbantahkan sudah. Dr Aqua Dwipayana dengan keyakinan, tekad, dan perjuangannya kini merasakan benar “kemerdekaan” sejati.
Keyakinannya terbukti. Selama 19 tahun atasan satu-satunya hanya Allah Swt, kualitas kehidupannya dari berbagai aspek jauh lebih baik dibandingkan saat masih menjadi karyawan.
“Saya bisa meneruskan pendidikan hingga mentok ke jenjang S3 dengan biaya sendiri. Semuanya linier Ilmu Komunikasi. Begitu juga rezeki dalam bentuk materi terus mengalir. Sama sekali tidak pernah kekurangan. Bahkan sering lebih sehingga bisa berbagi pada sesama yang membutuhkannya. Bagi saya rezeki itu tidak semata-mata materi. Hal tersebut bagian kecil dari rezeki,” ucap Dr Aqua Dwipayana.
Paling utama, menurut pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 23 Januari 1970 itu, adalah rezeki dalam bentuk kesehatan. Selama ini termasuk saat pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021, ia sekeluarga diberi Allah Swt kesehatan yang prima.
“Selama pandemi Covid-19 pula aktivitas saya meningkat drastis. Banyak orang yang membutuhkan motivasi terutama mereka yang kehilangan pekerjaan dan yang usahanya lesu. Saya hadir di tengah-tengah mereka,” ujar penulis buku super best seller Trilogi The Power of Silaturahim tersebut.
Rezeki berikutnya, lanjut Dr Aqua Dwipayana, yakni memiliki banyak teman. Dirinya sangat bersyukur karena punya banyak kawan baik di Indonesia maupun di mancanegara. Jumlahnya terus bertambah. Begitu juga kualitas pertemanannya.
Sebagian teman tersebut setiap hari intens berkomunikasi dengan Dr Aqua Dwipayana. Menariknya, banyak kawan yang setiap saat siap memberikan bantuan jika sewaktu-waktu dirinya membutuhkannya.
Selanjutnya mendapatkan amanah. Telah ratusan perusahaan dan institusi yang memberikan kepercayaan kepada dirinya, baik untuk Sharing Komunikasi dan Motivasi maupun sebagai konsultan Komunikasi.
Rezeki yang terakhir dalam bentuk materi. Jumlahnya relatif. Banyak atau sedikit tergantung seseorang mensyukurinya. “Mereka yang bersyukur, biasanya selalu merasa cukup bahkan lebih, berapapun materi yang diterimanya. Sebaliknya mereka yang tidak bersyukur, sering merasa kurang. Hidupnya tidak tenang.”
Menariknya semua rezeki itu adalah titipan dari Sang Pencipta Tuhan YME. Setiap saat: detik, menit, dan jam semuanya bisa diambil Allah Swt sebagai pemiliknya. Sedang mereka yang medapat titipan harus mempertanggungjawabkannya.
“Oleh karena itu, Insya Allah hingga akhir hayat, atasan saya satu-satunya tetap hanya Allah Swt. Tidak ada yang lainnya,” ucap pria ramah ini dengan tegas.
Dr Aqua Dwipayana mengatakan akan berhenti beraktivitas termasuk silaturahim serta melaksanakan Sharing Komunikasi dan Motivasi jika Allah Swt telah menghentikannya. Selanjutnya mempertanggungjawabkan semuannya kepada Allah Swt sebagai pemiliknya.
“Selama 19 tahun menjadi orang bebas merdeka, Allah Swt telah memberi banyak rezeki kepada saya sekeluarga. Semuanya sangat saya syukuri dan nikmati. Alhamdulillah, atas ridho Allah Swt semoga saya bisa terus berkarya dan maksimal membantu sesama yang membutuhkannya. Aamiin ya robbal aalamiin…,” kata Dr Aqua Dwipayana penuh syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan hidup Dr Aqua Dwipayana adalah tidak ada sebuah kenikmatan yang datang secara kebetulan. Tidak mungkin sebuah kesuksesan hadir tanpa sebuah perjuangan.
Hal inilah yang sudah dijalani dan dibuktikan oleh seorang Dr Aqua Dwipayana, yang sekarang jadi aset nasional. Motivator handal yang telah mencurahkan sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, dan materinya untuk kemajuan umat.***