Menu

Mode Gelap

Berita · 6 Mar 2023 20:18 WIB ·

Gedung Belakang Disporabudpar Kota Tasikmalaya, Disulap Jadi Tempat Budidaya Maggot

 Gedung kosong Disbudparpora Kota Tasikmalaya disulap jadi tempat budidaya maggot. (Nalendra Sukarya/ Perbesar

Gedung kosong Disbudparpora Kota Tasikmalaya disulap jadi tempat budidaya maggot. (Nalendra Sukarya/"Tugu Bandung").***

TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG).- Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Porabudpar) Kota Tasikmalaya manfaatkan gedung belakang yang masih kosong agar berdaya guna.

Sejumlah ruangan di gedung itu disulap jadi tempat budidaya maggot. Hal ini seiring dengan program Pemkot Tasikmalaya untuk menekan volume sampah organik yang masih tergolong tinggi.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Porabudpar) Kota Tasikmalaya Deddy Mulyana mengatakan, di dunia ini, sampah organik bisa dihancurkan dengan 2 sistem. Yang pertama dibuat kompos, yang kedua dibuat pakan untuk Black Soldier Fly (lalat tentara hitam).

“Ini monsternya, maggot dari lalat. Jadi maggot itu sebenarnya sudah banyak dibudidayakan di komunitas khususnya di Kota Tasikmalaya. Saya juga baru tahu. Seiring dengan dijabatnya Walikota oleh Pak Pj sekarang. Dimana Pak Pj menjadi punya gagasan fenomena penanganan sampah di Kota Tasikmalaya yang belum maksimal,” kata Deddy saat ditemui di kantornya, Senin (6/3/2023).

Sebenarnya, kata Deddy, kalau penanganan sampah diluar organik atau sampah yang anorganik sudah banyak penanganannya. Ada yang dijadikan bijih plastik dimana nantinya jadi aspal plastik, paving blok plastik.

“Cuma yang jadi masalah, pernah kejadian dinas LH sehari bisa mengangkut sampah dari pasar Cikurubuk hingga 70 truk bolak balik, berarti penanganannya belum maksimal,” katanya.

Jadi pihaknya melakukan inovasi dengan membudidaya maggot di ruangan kantor yang masih kosong ini, mengikuti program pemerintah dalam upaya menekan volume sampah.

“Simple saja kami budidaya maggot ikut program pemerintah yang digagas oleh Pj Walikota dan dinas LH. Pertamanya iseng, sampah karyawan yang ada di Disbudpar khususnya sampah organik setiap pagi bawa kesini, kita tampung,” ungkapnya.

“Dulu kita salurkan ke komunitas maggot yang ada di Kota Tasikmalaya. Tapi kebetulan di kami ada gedung yang belum dipakai dan DED nya belum jelas atau belum ada, kita manfaatkan sekitar kantor ini untuk pengolahan maggot, jadi pengolahan sampah organik,” sambung Deddy.

Dikatakanya, Pemkot saat ini tengah fokus penanganan gerakan olah sampah organik. Sehingga dinas yang dibawahnya ikut serta aktif dalam program yang digalakan tersebut.

“Pak Pj Walikota ini bikin gerakan olah sampah organik. Kita sebagai dinas yang ada dibawahnya, ikut serta aktif program yang digalakanya. Pertamanya kami bikin 100 boks maggot, dengan kisaran menetaskan telur 5 gram, hasilnya sekitar 1 box 30kg,” ujarnya.

Dalam menjalankan budidaya maggot ini, pihaknya menggandeng Pegiat Maggot Tasikmalaya (Pemantik). Sehingga pengelolaan bisa lebih terstruktur dan bisa cepat mendapatkan hasilnya.

“Kita kerjasama dengan komunitas maggot Tasikmalaya. Alhamdulillah seiring dengan publikasi di medsos, sampai datang owner dari Jakarta untuk membeli berapa pun yang dihasilkan dari maggot disini,” katanya.

“Tenyata di jakarta itu ada pengusaha yang membuat pakan, campurannya dari maggot ini. jadi berapa ton saja mereka beli. Itu dari segi finansialnya,” ujarnya menambahkan.

Tapi, lanjut Deddy, tujuan utamanya mengurangi sampah organik yang ada di rumah karyawan Disbudpora. Namun dengan berjalanya waktu, ternyata kedepanya ada beberapa stakeholder, beberapa hotel dan restoran yang dilakukan pendekatan dan disambut dengan baik.

“Yang sudah bekerjasama ada Hotel Santika, Grand Metro hotel, bahkan rumah makan Si Legi juga tiap jam 10 malam bawa sampah organiknya kesini. InsyaAllah untuk pakan tidak kekurangan, malah bertambah. Ke depannya mungkin lingkup Dadaha akan kita tampung juga,” katanya.

Untuk rumah penangkaran lalat tentara hitam sendiri tadinya hanya satu. Namun untuk lebih berkembang rumah lalat dibuat lagi dannsekarang jadi ada dua rumah penangkaran lalat.

“Ini rumah untuk lalat maggotnya tadinya 1 skrg jadi 2, mungkin nanti bertambah. Targetnya tidak ada, targetnya pengurangan sampah saja. Adapun nantinya ada dari segi finansial, profit, mungkin buat bonus saja,” ucapnya.

“Jadi kita kalau punya 100 x 30kg =3 ton sekali panen dengan 15 hari siklus. Beberapa karyawan kami disini yang punya ternak ayam, dan kolam ikan juga sudah banyak yang membeli pakan dari maggot ini. Karena proteinnya bagus sebagai alternatif pakan ternak,” pungkasnya.***

Artikel ini telah dibaca 186 kali

Baca Lainnya

Yuk ke Kampung Batagor Cibangkong, Wisata Kuliner Kota Bandung!

8 Desember 2024 - 19:09 WIB

Monumen Pahlawan Covid-19 Kota Bandung: Cara Menghormati Perjuangan dan Solidaritas Warga

8 Desember 2024 - 18:55 WIB

Mau Nongkrong dengan Tema Otomotif di Kota Bandung? Disini Tempatnya!

8 Desember 2024 - 18:47 WIB

Manfaatkan Layanan Pengaduan Masyarakat SP4N-LAPOR, Begini Caranya!

8 Desember 2024 - 18:43 WIB

Call Center 112 Kota Bandung, Solusi Cepat dan Tepat untuk Situasi Darurat

8 Desember 2024 - 18:34 WIB

Larangan Jalsah Salanah Ahmadiyah Disesalkan Pimpinan DPRD Jabar, Ini Alasannya!

8 Desember 2024 - 11:07 WIB

Trending di Berita