DENPASAR (TUGUBANDUNG) – Pelaksanaan ibadah puasa Ramadan sama sekali tak berpengaruh pada produktivitas dan spirit Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana dalam berkeliling Nusantara. Pembicara laris itu konsisten bersilaturahim serta menyampaikam Sharing Komunikasi dan Motivasi.
Setelah berbicara di hadapan karyawan dan unsur pimpinan Hotel Golden Hill by Golden Tulip Kota Batu di Provinsi Jawa Timur, serta pegawai Suara Jatim Post, kali ini doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut langsung beranjak menuju Pulau “Dewata” Bali.
Di salah satu provinsi tujuan utama parisiwata Indonesia itu, pria dengan jejaring pertemanan sangat luas tersebut siap menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi bertajuk “Peningkatan Kemampuan Profesionalisme Anggota Melalui Penguatan Komunikasi dalam Menghadapi Tantangan Tugas di Wilayah Perairan Provinsi Bali” di Rupatama Ditpolairud Polda Bali Jalan Pelabuhan Benoa Denpasar, Bali, Kamis 14 Maret 2024.
Sharing ini merupakan kelanjutan dari rangkaian hal serupa di Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Ditpolairud) pada seluruh Kepolisian Daerah (Polda) di Indonesia. Sharing diikuti sekitar 100 personel Ditpolairud Polda Bali dari tingkat perwira menengah, perwira pertama, bintara, hingga tamtama.
Dr Aqua Dwipayana direncanakan melakukan safari Sharing Komunikasi dan Motivasi di lingkungan Ditpolairud di seluruh wilayah Indonesia di sebanyak 34 Polda. Ditpolairud Polda Bali adalah Ditpolairud ke-16 yang dikunjunginya.
Kepala Kors Polairud Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) Polri, Irjen Pol Muhamad Yasin Kosasih yang meminta motivator kawakan itu memberikan Sharing Komunikasi dan Motivasi kepada semua jajarannya di Korpolairud dan 34 Ditpolairud di seluruh Indonesia yang jumlahnya sekitar 8.000 personel. Dr Aqua Dwipayana berniat, bertekad, dan berusaha secara maksimal untuk dapat menuntaskan amanah mulia tersebut.
Komunikasi nonverbal
Menurut Dr Aqua Dwipayana dalam beberapa situasi, komunikasi nonverbal dapat membantu dalam menghindari konfrontasi atau situasi yang berpotensi berbahaya dengan menunjukkan niat secara damai atau mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.
Dengan memahami dan menggunakan komunikasi nonverbal secara efektif, personel kepolisian air dan udara dapat meningkatkan efektivitas, keselamatan, dan keberhasilan dalam tugas-tugas mereka.
Lebih jauh disampaikan pria rendah hati itu tentang perlunya menyelenggarakan simulasi tugas pokok untuk memberikan pengalaman praktis dalam situasi nyata. Evaluasi kemampuan komunikasi personel selama simulasi dan berikan umpan balik konstruktif.
Selanjutnya, tambah Dr Aqua Dwipayana, melatih personel dalam penggunaan teknologi komunikasi terkini, seperti radio komunikasi, sistem pengawasan, dan aplikasi komunikasi digital. Pastikan personel dapat mengoperasikan peralatan komunikasi dengan efektif.
“Berikan pula pelatihan keterampilan presentasi untuk personel yang mungkin perlu menyampaikan informasi dalam pertemuan atau acara resmi. Fokuskan pada pengembangan kemampuan menyusun materi presentasi yang jelas dan meyakinkan,” ucap Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat ini.
Dr Aqua Dwipayana juga menyarankan pelatihan personel untuk menyampaikan informasi kompleks dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Mendorong penggunaan bahasa yang jelas dan hindari istilah teknis yang sulit dipahami oleh orang awam.
Menurut mantan wartawan di banyak media besar ini agar memberikan juga pelatihan keterampilan menulis untuk memastikan personel dapat menyusun laporan dan dokumen resmi dengan jelas dan akurat. “Lakukan evaluasi berkala terhadap kemampuan komunikasi personel dan berikan umpan balik secara terbuka. Dorong kultur yang mendukung perbaikan berkelanjutan melalui pembelajaran dari pengalaman,” ucap Dr Aqua Dwipayana.
Pria yang telah menulis belasan buku yang sebagian “best seller” ini lebih jauh menguraikan untuk menunjang apapun pekerjaan yang dijalani, kita harus memiliki kompetensi komunikasi yang efektif. Hal ini menjadi kunci dalam keberhasilan pelayanan.
Dr Aqua Dwipayana menjabarkan beberapa hal yang dapat dipelajari dalam memberikan pelayanan publik yang prima. Pertama, sikap yang baik menjadi dasar yang menggambarkan karakter. Kemudian, perhatian sederhana pun bakal membuat orang yang diajak berkomunikasi senang, seperti menyampaikan salam yang sopan dan ramah, menanyakan keperluan dengan bahasa yang sopan, mendengarkan dengan baik setiap perkataan mereka, dan menunjukkan sikap empati kepada mereka.
“Aspek lainnya, menunjukkan atensi kepada mereka dan melakukan tindakan untuk menanggapi kebutuhan konsumen tersebut. Terakhir, untuk menunjang pelayanan yang maksimal, maka penampilan diri juga harus diperhatikan,” ujar Dr Aqua Dwipayana menegaskan.
Lebih jauh bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana itu menyampaikan, inti atau pusat dari sebuah pelayanan publik terletak pada cara berkomunikasi dan saling memahami dalam berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, cara bagaimana kita menyampaikan pesan kepada orang yang diajak berkomunikasi menjadi sangat penting. Keterampilan berkomunikasi efektif merupakan syarat mutlak tersampaikannya pesan pelayanan publik tersebut dengan baik.
Ditpolairud Polda Bali
Visi
Mewujudkan Perairan Provinsi Bali yang Aman, Nyaman dan Tertib.
Misi
- Memaksimalkan kehadiran personel Polairud di tengah masyarakat pesisir dan nelayan.
- Terciptanya kondisi kamtibmas yang kondusif di lingkungan masyarakat pesisir dan nelayan.
Pimpinan: Kombes Pol. Ponadi. S. I. K. (Direktur Ditpolairud Polda Bali).
Nilai-nilai yang ditekankan pimpinan:
- Laksanakan tugasmu, laksanakan pekerjaanmu, apapun hasil yang dicapai syukuri dan syukuri.
- Jaga soliditas, loyalitas, tumbuhkan militansi diri dan tetap menjaga disiplin di manapun bertugas.
Sejarah Polairud
Kepolisian Air dan Udara lahir ketika Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan tertanggal 14 Maret 1951 soal penetapan Polisi Perairan sebagai bagian dari Jawatan Kepolisian Negara terhitung mulai 1 Desember 1950. Keputusan ini disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Perdana Menteri RI tanggal 5 Desember 1956 tentang pembentukan Seksi Udara pada Djawatan Kepolisian Negara.
Sejak itu, bagian Polisi Perairan menjadi bagian Polisi Perairan dan Udara. Di awal berdirinya, Polisi Perairan bermodalkan sebuah kapal “Angkloeng”. Baru pada akhir tahun 50-an, jumlah kapal bertambah hingga mencapai 35 buah. Sementara Polisi Udara hanya memiliki sebuah pesawat Cessna-180.
Setelah melalui beberapa kali perombakan, penyempurnaan organisasi baru terjadi pada tahun 1985. Satuan Utama Polisi Air dilebur ke dalam Sub Direktorat Polisi Air dan Satuan Utama Polisi Udara menjadi Subditpol Udara. Kedua subdirektorat ini beroperasi dibawah kendali Direktorat Samapta Polri. Hingga akhirnya berkiblat kepada sejarah kelahirannya, 1 Desember diputuskan sebagai hari keramatnya Polisi Air dan Udara.
Para Pejabat Negara, dengan pandangan jauh ke depan telah mengeluarkan Keputusan-keputusan yang strategis berupa Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 4/2/3/Um, tanggal 14 Maret 1951 tentang Penetapan Polisi Perairan sebagai Bagian dari Djawatan Kepolisian Negara terhitung mulai tanggal 1 Desember 1950. Dengan lahirnya Djawatan Polisi Perairan maka seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang tersebar di khatulistiwa, di tengah hamparan laut Indonesia yang sangat luas telah diantisipasi perlunya pemeliharaan keamanan dan ketertiban serta penegakan hukum.
Pada tahun 1953 sampai 1958 berdasarkan Surat Perintah KKN No. Pol.: 2/XIV/1953, tanggal 16 Januari 1953 dibentuk dua Pangkalan Polisi Perairan masing-masing di Belawan dan Surabaya. Terdorong dari kesulitan-kesulitan yang sering timbul dikarenakan kondisi geografis wilayah Nusantara maka dibentuklah Polisi Udara dengan SK Perdana Menteri Nomor 510.PM/1956 tanggal 5 Desember 1956. Resmilah tanggal 1 Desember 1956 nama bagian Polisi Perairan dan Polisi Udara yang dipimpin oleh Komisaris Besar Polisi RP. Sudarsono, dengan memiliki 35 kapal dari berbagai tipe dan sebuah pesawat jenis Cesna-180. Dengan Armada yang dimiliki Polisi Perairan dan Udara ikut serta dalam pemberantasan penyelundupan, bajak laut, dan operasi-operasi militer seperti pemberantasan DI/TII di Aceh dan Pantai Karawang Jawa Barat.
Setelah melalui beberapa kali perombakan, penyempurnaan organisasi baru terjadi pada tahun 1985. Satuan Utama Polisi Air dilebur ke dalam Subditpol Air dan Satuan Utama Polisi Udara menjadi Sub Direktorat Polisi Udara. Kedua subdirektorat ini beroperasi dibawah kendali Direktorat Samapta Polri. Dengan pertimbangan perkembangan situasi dan berdasarkan Skep Kapolri No. Pol.: Skep/9/V/ 2001, tanggal 25 Mei 2001 struktur Polairud dibawah Deops Kapolri dengan sebutan Dit Polairud Deops Polri.
Pada Oktober 2002 terjadi Validasi Organisasi dengan Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep /53/ X/ 2002, tanggal 17 Oktober 2002 dengan sebutan Dit Polair Babinkam Polri. Pada bulan Oktober 2010 terjadi Restrukturisasi organisasi di tubuh Polri dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor. 52 Tahun 2010, yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tanggal 14 Oktober 2010 untuk tingkat Mabes Polri dan Peraturan Kapolri Nomor.l 22 Tanggal 14 Oktober 2010 untuk tingkat Kepolisian Daerah. Hingga akhirnya berpedoman kepada sejarah kelahirannya, 1 Desember diputuskan sebagai hari Ulang Tahun Polairud.***