KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Derasnya arus globalisasi membuat kebudayaan di Indonesia semakin buram dari pandangan generasi mudanya. Tak terkecuali budaya Sunda yang juga sudah mulai luntur dalam benak anak-anak.
Padahal, pencak silat dan angklung telah dicatat oleh UNESCO sebagai kekayaan budaya tak benda milik masyarakat Sunda.
Sementara kaulinan barudak merupakan warisan budaya turun temurun yang mengandung berbagai filosofi “kasundaan” yang begitu luhur.
Demi membangkitkan kembali budaya Sunda, Dinas Pendidikan (Disdik) menggelar Festival Bandung Ulin di SOR Arcamanik, Kamis, 3 November 2022.
Dengan tema “Ngamumule Budaya Sunda”, sebanyak 8.000 anak dari tingkat SD dan SMP terlibat untuk langsung bermain sambil belajar beberapa kebudayaan Sunda, seperti pencak silat, angklung, dan permainan anak-anak tempo dulu.
Festival Bandung Ulin akan berlangsung dari pukul 08.00-15.40 WIB. Penampilan pertama adalah Kolosal Pencak Silat.
Setiap SD dan SMP di Kota Bandung mengirimkan 10 siswanya perwakilan untuk mengikuti kegiatan ini. Para peserta dan pendamping mengenalan pakaian pangsi (silat) dan sabuk.
Dalam kesempatan ini, Disdik juga akan meluncurkan pencak silat dan angklung sebagai muatan lokal wajib di seluruh SD Kota Bandung.
Setelah itu, sekitar pukul 09.10 WIB, akan ada penampilan kolosal angklung yang juga diikuti minimal 10 orang dari tiap sekolah.
Lagu-lagu yang akan dimainkan antara lain Halo-Halo Bandung, Manuk Dadali, dan Mojang Priangan. Pakaian yang digunakan dalam sesi ini adalah pakaian adat Sunda. Laki-laki menggunakan pangsi dan perempuan memakai kebaya putih.
Tak hanya itu, ada pula kolosal Nang Neng Nong yang akan diikuti gerakannya oleh seluruh peserta. Tim peraganya merupakan siswa dan guru dari SDN 035 Soka sebanyak 120 orang.
Acara besarnya adalah pemecahan rekor kaulinan budak, seperti cingciripit, surser, dan perepet jengkol yang akan dimulai pukul 09.55 WIB.
Dalam pemecahan rekor ini melibatkan 10 siswa tiap sekolah yang telah dilatih untuk menampilkan tiga permainan tersebut.
Selain kategori pemecahan rekor, penampilan kaulinan barudak juga akan hadir dalam kategori hiburan/festival. Setiap sekolah mengirimkan 10 siswa untuk memainkan kaulinan sesuai dengan pengelompokkan zona.
Zona A bermain sondah, Zona B bermain oray-orayan, Zona C bermain sapintrong, Zona D bermain congklak, Zona E bermain ambil-ambilan, Zona F bermain hayam careuh, Zona G bermain ciwit lutung, dan Zona H bermain tong mali/sepdur.
Setelah itu, hiburan berupa budaya dan seni Sunda juga akan turut memeriahkan Festival Bandung Ulin.
Harapannya, melalui festival ini, anak-anak bisa mengenal budaya dan filosofi kaulinan barudak. Lalu, mampu menguatkan pendidikan karakter berlandaskan kearifan lokal. Serta, bisa menjaga dan memelihara warisan budaya Sunda. (Ade Bayu Indra/Tugu Bandung). ***