Bersama Abah Jujun: Mengelola Amanah Dakwah di Pusdai Jabar

TuguBandung – Kadang, langkah besar dalam hidup itu dimulai dari pertemuan yang sederhana. Itulah yang saya alami pada 16 Juli 2025, saat pertama kali berkesempatan berinteraksi langsung dengan Dr. KH. Jujun Junaedi, M.A., ulama kharismatik yang akrab disapa Abah Jujun.

Kini, beliau menjabat sebagai Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat, sementara saya dipercaya mengemban amanah sebagai Sekretaris Pusdai Jabar melalui penunjukan resmi Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM).

Pertemuan itu berawal sebelum saya menghadiri pernikahan Teh Putri, Wakil Bupati Garut, dengan Aa Maul, putra KDM Gubernur Jawa Barat. Bersama istri, saya menyempatkan diri singgah di Pondok Pesantren Al Jauhari, Karangtengah, daerah Garut, pesantren yang diasuh Abah Jujun. Kunjungan tersebut murni sebagai silaturahmi untuk mengenal lebih dekat sosok beliau, yang selama ini saya kenal sebagai pendakwah dan ulama yang kharismatik, berwawasan luas dan komunikatif.

Di pesantren, suasana hangat langsung terasa. Abah Jujun menerima kami dengan penuh keramahan. Obrolan mengalir tanpa sekat, diwarnai nasihat tentang menjaga amanah, mempererat ukhuwah, dan menanamkan keikhlasan dalam setiap langkah pengabdian. Yang membuat saya tersentuh, beliau sudah mengetahui sebagian latar belakang saya. Dengan keyakinan tulus, beliau berkata, “Saya percaya ka Kang Ijang.” Kalimat singkat itu menjadi modal semangat yang tak ternilai.

Setelahnya, kami melanjutkan perjalanan ke acara pernikahan, di mana Abah Jujun juga hadir sebagai undangan khusus. Kebersamaan di dua momen berbeda itu mempererat komunikasi kami, membangun benih kepercayaan dan rasa saling memahami.

Tak lama kemudian, pada 7 Agustus 2025, pengurus DKM Pusdai Jabar resmi dilantik oleh Gubernur. Dalam struktur kepengurusan, Abah Jujun menjadi Ketua, dan saya dipercaya sebagai Sekretaris. Pelantikan itu bukan sekadar seremoni, melainkan peneguhan bahwa kami kini berada dalam satu barisan, mengemban amanah mengelola pusat dakwah yang menjadi kebanggaan Jawa Barat.

Bagi saya, ini bukan hanya soal jabatan. Ini adalah kesempatan berharga untuk belajar langsung dari sosok kiai yang memadukan keluasan ilmu, kebijaksanaan, dan kemampuan komunikasi yang memikat hati jamaah. Sejak hari itu, saya merasa menjadi partner sekaligus bagian dari keluarga besar Abah Jujun, bekerja bersama demi dakwah dan pelayanan umat.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa silaturahmi bukan sekadar mempererat hubungan, tetapi juga membuka pintu rezeki termasuk rezeki berupa amanah dan peluang berbuat kebaikan. Dari kunjungan hangat di Karangtengah, perjalanan itu kini berlanjut di Pusdai Jabar, sebuah ladang pengabdian yang insya Allah akan kami kelola dengan niat tulus untuk kemaslahatan umat. Wallahu’alam

 

Komentar