TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG).- Menjadi santri dan santriwati penghapal al quran memang tidak gampang. Banyak proses yang harus ditempuh para santri selain tentunya dorongan dari para orang tua.
Hal itu tidak menyurutkan Forum Huffazhil Quran untuk terus menarik minat akan agar mau menghapal al quran.
Ketua Forum Huffazhil Quran Jawa Barat, Ustad Agus Yosep Abdulloh M.Pd.I mengatakan, Sebanyak 700 santri tahfiz dari 50 lembaga penghapal al quran se Kota Tasikmalaya ikuti wisuda akbar yang diselenggarakan di gedung Restu Sky STIMIK Kota Tasikmalaya, Minggu (26/2/2023).
Wisuda ini akbar ke 6 ini salah satunya dalam rangka silaturahmi para penghapal alquran. Agenda ini juga diharapkan bisa jadi perekat lembaga-lembaga tahfiz alquran dan juga dengan pemerintah.
“Alhamdulilah sudah tahun ke 6, setiap tahun mengadakan wisuda akbar. Hal ini diadakan agar pemerintah juga mengetahui adanya kegiatan huffazil quran dan para penghapal alquran,” katanya usai wisuda akbar.
“Juga dalam rangka menyeleksi santri-santri terbaik yang ada di Kota Tasikmalaya. Tentunya wisuda akbar ini melalui beberapa tahapan proses. Jadi tidak serta merta peserta daftar langsung di wisuda, tapi ada proses tazmi simaan tiap hari hapalanya, lalu munaqosah yakni ditanya secara acak dalam satu juz di awal tengah dan akhir,” sambungnya.
Proses wisuda akbar ini, lanjut Ustad Agus, diakhiri dengan simaan akbar di masjid Agung Kota Tasikmalaya, pada pekan lalu.
Meski begitu, kata Ustad Agus, harapanya kegiatan Forum Huffazhil Quran (FHQ) ini bisa menjadi organisasi pemersatu umat. Sebab, forum berdiri diatas dan untuk semua golongan.
“Tentu yang ikut wisuda ini bukan dari satu golongan saja. Ada dari beberapa ormas dan beberapa organisasi. Dimana didalamnya ada program pendidikan quran juga didalamnya para penghapal alquran. Selain tentunya dari sejumlah pondok pesantren dan umum juga ada,” katanya.
Pihaknya juga sangat terbuka bagi sekolah-sekolah yang didalamnya ada program tahfidul quran untuk ikut wisuda akbar.
“Mudah-mudah tahun depan bisa menyelenggarakan kembali wisuda akbar ke 7,” katanya.
Disinggung kendala untuk bisa menarik minat anak untuk jadi penghapal al quran, kata Ustad Agus, begitu banyak kendala diantaranya anak mungkin dalam menghapal al quran.
Sebenarnya jika ditampung semua bisa lebih dari 1000 orang penghapal al quran. Namun tahap munaqosah jadi kendala bagi anak-anak. Selain itu, kendala umum yang terjadi saat ini masyarakat belum begitu faham semua, apa itu tahfiz quran.
“Tentunya saat kita road show dan berkunjung ke lembaga-lembaga harus banyak menjelaskan tentang apa itu forum huffazil quran dan bagaimana proses menghapal quran dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rosul SAW,” katanya.
Sebetulnya, kata Ustad Agus, banyak lembaga-lembaga yang mengadakan tahfidul quran. Tetapi belum semua ikut gabung dalam kegiatan wisuda akbar, disebabkan belum siap.
Ditanya peran orang tua agar anak mau dan bisa menjadi penghapal al quran, kata Ustad Agus, peran orang tua sangat penting terkait keberlangsungan FHQ ini. Dimana selain mendorong anak jadi penghapal al quran, juga sebagai pendorong dalam segi pembiayaan kegiatan pemebelajaran.
Hingga saat ini sudah memasuki tahun ke 6, FHQ ditunjang dengan anggaran swadaya para orang tua siswa. Baik dalam proses pembelajaran hingga agenda wisuda semuanya menggunakan biaya swadaya termasuk sumbangsih dari para orang tua siswa.
“Karena ini swadaya masyarakat, kita belum pernah medapat bantuan apapun dari pemerintah. Selama bergerak 6 tahun ini swadaya saja,” ujarnya.
“Harapan kami terhadap pemerintah mohon dukungan terhadap FHQ dengan program penghapal quran ini. Karena mau tidak mau pemerintah Kota Tasikmalaya, membutuhkan para penghapal al quran,” katanya.
“Saat ada MTQ, pemerintah minta ke FHQ untuk menjadi peserta. Produknya diminta didanain tidak,” ujarnya menambahkan.
Ditambahkan Ustad Agus, pihaknya sudah sering melayangkan ajuan permohonan bantuan tapi hingga saat ini belum ada realisasinya. Ia berharap agar pemerintah memperhatikan FHQ dan programnya mencetak para penghapal al quran.
“Kemarin sempat menggelar audiensi dengan pemerintah. Pj Walikota menyebut insya alloh nanti diperjuangkan. Padahal dulu kami memaklumi karena belum ada regulasi dari Kementrian Agama. Sekarang sudah ada regulasinya tentang program rumah tahfid dan tentang pondok pesantren, tapi masih belum dilirik. Setidaknya ada perhatian dari pemerintah,” ujarnya.***