SAAT liburan sekolah lalu kami –kakek-nenek– bersama cucu-cucu sempat mengisi waktu ke Taman Uncal dan Taman Anak Sabilulungan. Keduanya berlokasi di lingkungan perkantoran Pemerintah Kabupaten Bandung, Soreang. Ini untuk kesekian kalinya kami mengunjungi taman yang tidak berbayar alias gratis itu.
Lokasi kedua taman seluas kurang lebih 1 hektar itu persis di depan rumas dinas Bupati Bandung. Hanya berselisih jalan yang cukup untuk lewat bersimpangan dua mobil. Demikian pula jalan-jalan lain di sekitar taman yang merupakan perkantoran dinas pemerintah daerah.
Susasanya asri dan sejuk. Banyak pepohonan dan tanaman hias tumbuh di sini. Di Taman Uncal terdapat belasan ekor rusa tutul, yang awalnya dulu berasal dari Kebun Raya Bogor. Di sudut lokasi taman yang sangat dekat dengan rumah dinas bupati khusus dibuat untuk kandang beberapa jenis burung.
Di salah satu sudut di luar Taman Uncal terdapat tempat khusus untuk wadah buku atau bahan bacaan lainnya. Fasilitas ini tentu saja relevan dengan keberadaan Taman Anak Sabilulungan yang lokasinya dipisahkan oleh dua lajur jalan dengan Taman Uncal.
Beberapa fasilitas untuk bermain anak-anak tersedia di Taman Anak. Sebaliknya peralatan yang sejenis tidak terdapat di dalam kandang rusa-rusa tutul itu. Sebagai kompensasinya tersedia beberapa tempat duduk di luar kandang di sekeliling Taman Uncal. Tujuannya agar para pengunjung dapat mengamati rusa sambil duduk.
Memberi makan rusa
Kalau hanya diam dan duduk itu biasanya dilakukan oleh para orangtua sebagai pengantar atau pendamping anak-anak. Sedangkan anak-anak yang kebanyakan umurnya di bawah 10 tahun itu lebih suka mendekat ke pagar pembatas kandang. Mereka bermaksud memberi makan rusa-rusa itu dengan dedaunan terutama kangkung.
Situasi ramainya pengunjung itu, umumnya pada akhir pekan apalagi pada musim libur sekolah, dianggap sebagai peluang bagus bagi para pedagang kecil makanan untuk mengais rezeki. Di sini terdapat sejumlah pedagang kecil makanan. Salah satunya adalah Aldi (21 tahun), pedagang sosis goreng.
Sebetulnya di lokasi lain Aldi mempunyai tempat untuk jualan makanan. Tetapi khusus untuk hari-hari libur seperti setiap akhir pekan, Aldi sengaja berjualan di sekitar kedua taman tersebut. Berdasarkan pengalaman berjualan di sini, dari pagi sampai sore, Aldi mengaku mendapatkan omset penjualan yang lumayan.
Kepada TuguBandung.id yang mengajaknya berbincang, Aldi yang sudah punya calon istri itu mengaku sehari bisa mencapai hasil penjualan Rp 1 juta. Itu jumlah “kotor”. Ditanya berapa keuntungan bersihnya, dia bilang, “Bisalah Pak kalau mencapai separuhnya. Ini lebih baik daripada saya menjadi buruh di pabrik yang upahnya tidak seberapa”.
Perbincangan beralih ke penjual sayuran kangkung, yang setiap ikatnya berharga Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah). Kebanyakan pembelinya adalah anak-anak, yang memang sangat terhibur –sambil senyum-senyum– ketika berhasil memberi makan ke rusa-rusa melalui celah-celah pagar kawat.
Seorang ibu saat itu membelikan cucu-cucunya 10 ikat kangkung dengan harga Rp 20.000,00. Pedagang tampak senang karena kangkungnya laris terjual. Saat ditanya penghasilannya menjual kangkung, wanita pedagang tersebut hanya senyum-senyum. Saat TuguBandung.id memancing dengan pertanyaan apakah seharinya bisa mendapat Rp 100.000,00, dia hanya menjawab, “Lebihlah, Pak”. Alhamdulillah.
Bagi para pengunjung yang membawa mobil, di sana juga terdapat tempat memarkirkan mobilnya, terutama di pinggir jalan. Jika pengunjung bermobil itu sudah mau pulang, ada saja “tukang parkir” yang mencoba mengatur. Logikanya kalau Taman Uncal dan Taman Anak ini gratis bagi pengunjung, sebaiknya parkirnya juga gratis. Namun daripada berdebat, mending “beramal saleh” dengan –berbagi rezeki– mengulurkan uang untuk biaya parkir itu.
Hidup di negeri sendiri Indonesia hari-hari ini, yang kita cintai ini, rakyat harus pandai-pandai menghibur diri sendiri. Berusaha dan mencari solusi sendiri. Seperti si anak muda Aldi tadi. Tidak semua bergantung dan merengek ke pemerintah. Karena di lingkungan pemerintah sendiri juga banyak masalah. Antara lain maraknya kolusi dan korupsi yang bahkan sudah merembet ke oknum penegak hukum dan keadilan. Astaga. (Wid/Tugu Bandung)***