Menu

Mode Gelap

Feature · 14 Agu 2022 20:07 WIB ·

“Ndalem” Kalitan, Cagar Budaya Bisa Dikunjungi Terbatas

 Bagian dalam tengah Ndalem Kalitan, Solo. (Foto: Widodo A.).* Perbesar

Bagian dalam tengah Ndalem Kalitan, Solo. (Foto: Widodo A.).*

Oleh Widodo Asmowiyoto*

BAGI warga Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, telinga mereka sudah tidak asing dengan nama “Ndalem” atau “Rumah/Kediaman” Kalitan. Ada juga yang menyebutnya “Istana” Kalitan. Penyebutan istana itu mungkin berkaitan dengan status sosial penghuninya. Harap maklum, Ndalem Kalitan tidak lepas dari nama keluarga almarhumah Tien –kerabat Raja Mangkunegoro/Keraton Mangkunegaran–, yang kemudian lebih dikenal pula dengan nama Nyonya atau Ibu Tien Soeharto.

Lantaran Tien bersuamikan Jenderal TNI Soeharto, yang relatif sangat lama menjadi Presiden RI, maka pada era Orde Baru itu Ndalem Kalitan juga tidak mudah tersentuh oleh warga kebanyakan. Sebagai rumah atau kediaman kedua Presiden Soeharto saat itu, tentu saja pengamanannya relatif ketat. Tidak sembarang orang boleh masuk lahan pekarangannya yang seluas satu hektare itu.

Ndalem Kalitan, Solo, milik keluarga almarhum Soeharto. (Foto: Widodo A.).*

Setelah Pak Harto lengser dari kedudukannya sebagai presiden, Ndalem Kalitan yang berlokasi di tengah Kota Solo dekat Stadion Sriwedari itu, menjadi relatif lebih akrab dengan warga masyarakat. Apalagi statusnya oleh Pemerintah Kota Surakarta (Solo) dimasukkan sebagai Cagar Budaya dan di bagian depan terdapat sebuah masjid (Nurul Iman). Memang pernah terdengar ada rencana menjadikan Ndalem Kalitan sebagai daerah tujuan wisata, namun hal itu hingga kini belum menjadi keputusan yang definitif.

Adapun keputusan yang telah pasti, dan hal itu pernah dikemukakan oleh pihak keluarga Cendana –sebutan untuk keluarga almarhum Pak Harto—Ndalem Kalitan Solo boleh dikunjungi masyarakat namun secara terbatas. Termasuk diizinkan untuk para wisatawan dari jauh yang dalam rangkaian pikniknya ke Solo dan sekitarnya ingin mampir ke Ndalem Kalitan. Alhamdulillah, TuguBandung.id termasuk yang diperbolehkan masuk ke dalamnya pada pekan terakhir Juli 2022 lalu.

Di dalam Ndalem Kalitan terdapat foto-foto orangtua Bu Tien, Pak Harto dan Bu Tien, foto Pak Harto dalam beberapa pose, meja-kursi untuk para tamu, dan cendera mata. Di halaman yang luas terdapat beberapa mobil dan ada seorang penjaga yang bersikap ramah. Pada hari itu juga tampak ada beberapa orang yang ingin berkunjung. Hampir sebulan sekali ada putra-putri Pak Harto yang menyambangi rumah yang lokasinya dekat dengan Jalan Raya Brigjen Slamet Riyadi ini.

Sejarah Ndalem Kalitan

Dalam sejarah Ndalem Kalitan ternyata ada hal yang unik. Intinya, meskipun dimiliki oleh kerabat Mangkunegaran dan kemudian menjadi rumah Presiden kedua RI, Soeharto dan istrinya Tien, Ndalem Kalitan sebenarnya dibangun oleh Raja Keraton Solo, Paku Buwono (PB) X. Di Solo memang ada dua kompleks kerajaan yang akrab disebut Mangkunegaran (di sebelah uatara Jln. Slamet Riyadi) dan Keraton Kasunanan (di sebelah selatan Jln. Slamet Riyadi).

Rumah bergaya klasik Jawa di Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo itu dibangun pada 1874. Awalnya rumah itu dibangun oleh PB X sebagai kediaman untuk putri sulungnya, Gusti Kanjeng Ratu Alit. Karena itulah rumah itu terkenal dengan nama Ndalem Kalitan. Baru pada 1960-an rumah itu dibeli dan menjadi kediaman turun-temurun dari Prawironegoro. (Solopos.com, Jumat, 4/2/2022)

Bagian depan pendapa Ndalem Kalitan, Solo. (Foto: Widodo A.).*

Prawironegoro merupakan saudara dari Kanjeng Pangeran Soemoharjomo, orangtua Tien Soeharto. KPH Soemoeharyomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo masih kerabat Mangkunegaran.

Setelah kedua orangtua Bu Tien wafat, Ndalem Kalitan difungsikan sebagai rumah atau tempat berkumpul keluarga Soeharto saat berkunjung ke Solo. Ndalem Kalitan terdiri atas tiga bagian yakni pendapa, ruang tengah atau pringgitan, dan senthong (ruang tidur).

Bangunan rumah berusia hampir 150 tahun itu telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemkot Solo dan masih terawat serta terjaga keasliannya hingga saat ini. Halaman rumah yang luas terasa sejuk dengan banyak pohon besar dan rindang.

Saat peringatan 1.000 hari meninggalnya Soeharto pada Kamis 21 Oktober 2010, Ndalem Kalitan dipadati ribuan warga yang mengikuti acara doa bersama. Kemudian pada 7 Juni 2013, Ndalem Kalitan juga menjadi lokasi peringatan hari ulang tahun ke-92 Pak Harto.

Meskipun tidak resmi dibuka sebagai destinasi wisata, Ndalem Kalitan bisa dikunjungi warga atau wisatawan setiap hari mulai pukul 08.00-18.00 WIB. Dalam sebulan bisa mencapai 1.500 orang, termasuk wisatawan asing. Jumlah pengunjung terbanyak pada hari-hai libur. Mereka tidak dipungut biaya.

Masjid Nurul Iman

Di bagian halaman kanan Ndalem Kalitan terdapat Masjid Nurul Iman. Masjid yang berdiri atas lahan 500 meter ini dibangun sejak 1996 atau sebulan setelah Bu Tien meninggal dunia. Namun karena jamaah dan pengunjung semakin banyak maka kapasitas masjid perlu ditambah menjadi dua lantai. Kemudian masjid dipugar kembali sejak akhir 2014 dan selesai September 2015.

Salah satu kerabat keluarga Cendana, Begug Purnomosidi, saat itu mengungkapkan masjid diresmikan oleh keluarga Cendana sendiri, Kamis 29 September 2015 menjelang pelaksanaan salat Idul Adha. Dalam susunan acara tercatat putri sulung Pak Harto, Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut membuka selubung sedangkan sambutan disampaikan Siti Hediati Haryadi alias Titiek Soeharto.

Sebelum peresmian, sejumlah kerabat keuarga Cendana melakukan ziarah ke makam Pak Harto di Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar. Selain putra-putri Pak Harto, sejumlah tokoh dan pengurus Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila juga dijadwalkan hadir. (m.merdeka.com, 23/9/2015)

Masjid Nurul Iman di halaman kanan Ndalem Kalitan, Solo. (Foto: Widodo A.).*

Pada prasasti yang dipasang di pagar depan masjid, tertulis “Masjid Nurul Iman, Wakaf Keluarga Bapak HM Soeharto. Didirikan pada tahun 1996, direnovasi kembali oleh keluarga Bapak HM Soeharto tanggal 20 Desember 2014. Diresmikan tanggal 24 September 2015/Idul Adha 10 Dzulhijah 1436 H. Pangeran itu ora membedak-bedakake kawulane, kajaba amal kabecikane. Tuhan itu tidak membeda-bedakan makhluk-Nya, yang membedakan adalah amal perbuatannya”.

Semasa Presiden Joko Widodo masih sebagai Wali Kota Solo konon juga sering menunaikan salat Jumat di Masjid Nurul Iman. Hal itu lantaran kediaman resmi Wali Kota Solo, yang terkenal dengan sebutan Loji Gandrung di Jln. Brigjen Slamet Riyadi, relatif dekat dengan lokasi Masjid Nurul Iman. ***

*Penulis Dewan Redaksi TuguBandung.id

Artikel ini telah dibaca 797 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

PIK-R  Bukit Gado-Gado, Lumbung Literasi Digital dan Teladan Generasui Muda Indonesia

27 November 2024 - 17:56 WIB

Bisnis Employee Benefit Generali Indonesia Semakin Meningkat  

22 November 2024 - 08:53 WIB

Kang Rahmat Toleng: Pengawal Ketahanan Pangan Jawa Barat dari Tanah “Lumbung Padi” Karawang, Kini Menakhodai Komisi 1 DPRD Jabar

18 November 2024 - 11:06 WIB

Srikandi Gerindra di Komisi IV DPRD Jawa Barat; Prasetyawati Berjuang untuk Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat

18 November 2024 - 10:45 WIB

Teddy Rusmawan: Politisi PKS yang Menginspirasi

18 November 2024 - 10:33 WIB

Dr. H. Buky Wibawa Karya Guna, S.Pd, M.Si: Sosok Budayawan di Pucuk Pimpinan Parlemen Jawa Barat

12 November 2024 - 18:42 WIB

Trending di Feature