RESMINYA bernama Monumen Kebulatan Tekad. Namun warga masyarakat juga mengenalnya sebagai Tugu Proklamasi. Lokasinya berada di antara Jalan Raya Tugu Proklamasi dan Jalan Alun-Alun, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, lebih kurang 23 kilomeneter utara Kota Karawang.
Monumen yang banyak dikenal melalui buku pelajaran sejarah itu dibangun dan diresmikan pada 17 Agustus 1950. Berada di lahan bekas markas pejuang/tentara Pembela Tanah Air (PETA) seluas 1.500 meter persegi.
Latar belakang pendirian monumen ini tidak lepas dari sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti sudah banyak ditulis dan menjadi bagian dari sejarah bangsa, beberapa pemuda yang menamakan diri “Menteng 31” Jakarta menculik Soekarno dan Muhammad Hatta serta membawanya ke Desa Rengasdengklok, Kabupaten Karawang pada dinihari 16 Agustus 1945.
Penculikan dan persembunyian di sebuah rumah di Desa Rengasdengklok tersebut dimaksudkan untuk mendesak Soekarno-Hatta agar segera secara resmi memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Sebab, pada saat itu Jepang sedang goyah menyusul kekalahannya dalam Perang Pasifik.
Teks proklamasi yang dirumuskan di Rengasdengklok dan berlanjut di Jakarta itu akhirnya dibacakan Soekarno di kediaman pribadinya, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Setiap zaman memang selalu melahirkan perbedaan pemikiran dan strategi antara kalangan generasi muda dan generasi tua.
Bagi sebagian warga Karawang, kadang bingung menyebutkan nama monumen atau tugu tersebut. Sebab ada juga yang menyebutnya sebagai Tugu Bojong yang bentuknya mirip Monumen Tugu Kebulatan Tekad itu. Namun pendirian monumen atau tugu itu konteksnya adalah untuk memperingati Proklamasi Kemerdekaan RI.
Tugu Bojong tadi berdiri di lapangan Dusun Bojongkarya, Desa Rengasdengklok Selatan, persis di depan Kantor Kecamatan Rengasdengklok. Lapangan luas yang memiliki bangunan pendopo terbuka itu selalu dipakai untuk tempat upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan RI. (Mang Raka, radarkarawang.id, 21/3/2023)
Arti dan bentuk monumen
Monumen Kebulatan Tekad yang juga dikenal luas sebagai Tugu Rengasdengklok tersebut memiliki arti filosofis sebagai berikut.
Tundangan tugu: Menggambarkan perjuangan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
Badan tugu: Berbentuk segi empat yang berarti kesatuan perjuangan bangsa Indonesia.
Bulatan tugu: Bulatnya tekad dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Kepalan tangan kiri: Sebagai lambang memegang teguh kemerdekaan yang telah didapatkan.
Rantai dan tiang: Satu ikatan kokoh dan kuat dari seluruh rakyat Indonesia dengan Pancasila. (Cynthia Nanda Irawan, jabar.idntimes.com, 8/2/2023)
Memperkuat kebulatan tekad
Kini, kita sebagai generasi penerus tentu saja boleh memperkaya, memperkuat atau mengaktualisasi maksud dan tujuan didirikannya Monumen Kebulatan Tekad atau Tugu Rengasdengklok itu. Konteksnya adalah untuk mempertahankan serta mengisi kemerdekaan yang kini telah berusia hampir 78 tahun. Apalagi kalau kita sadari bahwa penjajahan fisik dewasa ini nyaris tidak ada lagi. Sebab, penjajahan modern telah menjelma menjadi penjajahan ekonomi dengan beragam bentuknya.
Bagi pihak asing dewasa ini, tidak perlu lagi secara terang-terangan menjajah Indonesia dengan mendatangkan banyak tentaranya. Terpenting mereka mampu menguasai sumber daya alam atau ekonomi Indonesia melalui modus kerja sama. Melalui kolaborasi itu, mereka boleh jadi bermaksud mendominasi keahlian sumber daya manusia dan penguasaan teknologi.
Di kalangan investor asing ada juga yang nakal. Bekerja sama dengan oknum pengusaha domestik, mereka mempengaruhi oknum aparat untuk melakukan manipulasi, menerobos aturan main atau peraturan yang sudah baku dan benar. Dari praktik kongkalingkong itu dewasa ini marak terjadi tindak korupsi di tanah air.
Para pahlawan yang telah mengorbankan darah dan nyawa demi kemerdekaan, tentu saja dalam era perjuangan dulu tidak menghendaki terjadi tindak perkeliruan ketika Indonesia sudah merdeka. Bagi para pejuang kemerdekaan yang kini masih hidup dan tergabung dalam Legiun Veteran RI, besar kemungkinan mereka sangat sedih mendengar maraknya kasus korupsi sekarang ini.
Semoga saja kebulatan tekad yang dicanangkan oleh para pejuang kemerdekaan tempo dulu tetap terpatri dalam setiap dada rakyat Indonesia kini. Apapun suku, agama, ras dan pilihan politiknya, tetap menjunjung tinggi kerukunan dan persatuan serta kejujuran di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Widodo A, TuguBandung.id)***