Menu

Mode Gelap

Berita · 6 Mei 2023 06:58 WIB ·

Mantan Napiter Umar Patek dan Istri Menikmati “Liburan Mendadak” Ke Yogyakarta Penuhi Undangan Dr Aqua Dwipayana Sekeluarga

 PAKAR Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana (kanan) bersama Umar Patek. Mantan napiter yang kini jadi juru damai tersebut bisa Perbesar

PAKAR Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana (kanan) bersama Umar Patek. Mantan napiter yang kini jadi juru damai tersebut bisa "liburan mendadak" di Kota Yogyakarta atas undangan Dr Aqua.*

YOGYAKARTA (TUGUBANDUNG.ID) – Mantan narapidana terorisme (napiter) yang telah beralih menjadi juru damai Hisyam bin Ali Zein alias Umar Patek menikmati “liburan mendadak” ke Daerah Istimewa Yogyakarta, 15 sampai 18 Maret 2023 lalu. Kehadiran pria keturunan Arab Jawa di “Kota Pelajar” tersebut atas undangan Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana.

Umar Patek ternyata sudah mengenal sosok Dr Aqua Dwipayana sejak Sabtu malam 30 Juni 2018, ketika ia mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Waktu itu Dr Aqua sengaja ke sana untuk silaturahim ke Umar Patek.

Sejak itu, Dr Aqua Dwipayana beberapa kali bersilaturahim kepadanya sambil mengundang Umar Patek dan isterinya Gina Guiteres Luceno berlibur  ke Yogyakarta sekaligus menginap di kediaman Dr Aqua Dwipayana di kota tersebut.

“Semuanya serba last minutes. Itulah yang kami alami ketika menjelang keberangkatanku dan soulmate (sebutan Umar Patek untuk istrinya–red.) ke Yogyakarta atas beberapa kali undangan dan keinginan Dr Aqua Dwipayana agar aku bisa berkunjung ke rumahnya di Yogyakarta,” demikian disampaikan Umar Patek dalam paparannya belum lama ini.

UMAR Patek sudah mengenal sosok Dr Aqua Dwipayana sejak Sabtu malam 30 Juni 2018, ketika ia mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Waktu itu Dr Aqua sengaja ke sana untuk silaturahim ke Umar Patek.*

Sebagaimana diketahui, Dr Aqua Dwipayana sengaja menyiapkan rumahnya di Yogyakarta sebagai tempat yang kapanpun bisa dikunjungi sahabat-sahabatnya yang berkunjung ke kota tersebut. Meski Dr Aqua Dwipayana mendiami rumahnya di Kota Bogor, di rumahnya di Yogyakarta tetap ada asisten rumah tangga dan sopir lengkap dengan mobil yang sengaja disediakan khusus untuk tamu-tamunya. Semua dilakukan pria rendah hati itu bersama keluarganya untuk membahagiakan tamu-tamunya di Yogyakarta.

Pada 15-18 Maret 2023 lalu, Umar Patek memiliki waktu luang sehingga berniat berangkat ke Yogyakarta memenuhi undangan Dr Aqua Dwipayana yang  sejak lama. Saat yang bersamaan tanggal 15 Marat 2023, Dr Aqua Dwipayana sedang mengisi acara di Hotel Golden Tulip Holland Resort Kota Batu, Jawa Timur. Seluruhnya lima sesi dengan peserta sekira 500 orang.

Karena jadwal yang sangat padat, beberapa kali chat WhatsApp (WA) dan telefon dari Umar Patek tidak sempat diresponnya. “Saya ingin konfirmasi kepastian Dr Aqua Dwipayana berangkat ke Yogyakarta dari Malang malam itu juga, sehingga kami positif berangkat pada hari yang sama dan dengan jeda waktu yang hampir bersamaan agar tidak  terlalu lama menunggu beliau ketika tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta,” ungkap Umar Patek.

Akhirnya, Dr Aqua Dwipayana telefon Umar Patek saat waktu menunjukkan pukul 16:53. Ketika itu, Umar Patek dan istri masih ada di rumahnya di Porong. Mereka belum memesan tiket kereta ke Yogyakarta.

“Maka, dengan cekatan ala militer aku dan soulmate segera berkemas dan aku memesan GoCar. Syukurnya pesanan GoCar segera tiba di depan rumah kami dalam waktu 3 menit,” ujar Umar Patek lagi.

“Pak, tolong agak ngebut ya karena kereta yang kami naiki nanti jam 19.00 WIB berangkat dari Stasiun Gubeng”. Dengan sigap dan sopan sang driver menjawab, “Siap, Mas”.

Sejatinya tiket kereta dipesan oleh Umar Patek. Sembari dalam perjalanan itulah ia segera memesan dua tiket kereta Turangga tujuan Gubeng-Yogyakarta. “Alhamdulillah kami tiba di Stasiun Gubeng sekitar pukul 18:13 WIB sehingga bisa salat di musala stasiun, Maghrib dan Isya di jamak qashar. Selanjutnya kami masuk ke kereta. Legalah hati kami karena tidak ketinggalan kereta,” ujarnya.

Sementara itu Dr Aqua Dwipayana sendiri sudah berangkat lebih awal dari Malang menggunakan Kereta Malabar pukul 17:10 WIB. Tujuan akhir kereta itu Stasiun Bandung.

Umar Patek dan istrinya tiba lebih dulu di Stasiun Tugu Yogyakarta jam 22:48. Mereka masih harus menunggu di stasiun selama 35 menit hingga Kereta Malabar yang membawa Dr Aqua Dwipayana  datang. “Kami pun berjumpa di pintu keluar hingga kami menuju mobil jemputan yang sudah menunggu. Pak Dicky Pontjowanto, sopir andalan Dr Aqua Dwipayana sudah sejak lama dengan sabar menunggu kedatangan kami di Stasiun Tugu Yogyakarta,” kata Umar Patek lagi.

Setibanya di rumah Dr Aqua Dwipayans di Kompleks Perumahan Dosen UGM, Depok, Sleman, mereka ngobrol santai bersama Dr Aqua Dwipayana. Karena kecapekan setelah menempuh perjalanan, mereka pun pergi ke kamar tidur masing-masing guna beristirahat.

Meja makan panjang

Esok harinya, pagi-pagi benar Umar Patek dan sang istri diajak sarapan bersama Dr Aqua dan Pak Dicky.  Satu hal yang mengejutkan bagi Umar adalah meja makan yang begitu panjang dan lebar serta tebal dengan seluruh penyangga kaki meja makan. Semuanya terbuat dari kayu Merbau asal Papua.

Kayu Merbau termasuk ke dalam golongan kayu berat (BJ 0,63-1,04 pada kadar air 15%) dan kuat (kelas kuat I-II). “Patutlah ketika meja makan kayu Merbau itu datang ke rumah Dr Aqua Dwipayana di Yogyakarta harus diangkat 27 personel tentara yang gagah perkasa. Wooow… sungguh luar biasa,” gumam Umar Patek yang mendapatkan cerita dari Dr Aqua Dwipayana ihwal meja makan tersebut sambil menikmati hidangan sarapan pagi.

MEJA makan panjang di kediaman Dr Aqua Dwipayana yang dikagumi Umar Patek.*

Sembari mereka sarapan pagi rupanya ada “kamera drone” yang memotret mereka.  dikendalikan Aryanti Putri Utami panggilan akrab Yanti dari atas balkon. Ide yang kreatif dan hasilnya memukau.

Usai sarapan Umar Patek diajak Dr Aqua Dwipayana untuk mengikuti acara Sharing Komunikasi dan Motivasi dengan topik “Komunikasi Efektif di Internal dan Eksternal Perusahaan” yang diselenggarakan di Malika Ballroom Sleman City Hall Sleman yang dimiliki salah seorang konglomerat di Yogyakarta, Soekeno.

Umar Patek sudah beberapa kali memohon kepada Dr Aqua Dwipayana untuk menjadi pendengar dalam program Sharing Komunikasi dan Motivasi mengingat kelemahannya dalam public speaking. Dia mengaku ingin banyak belajar dari motivator kawakan itu, sekaligus menumbuhkan rasa motivasi diri dan membangun self-confident. “Yaaah… mengingat aku lama menahun hidup di gunung, hutan belantara, rawa-rawa, pantai hingga akhirnya menahun mendekam dalam penjara,” demikian gumam Umar Patek lagi.

Saat Umar Patek mengikuti kegiatan Dr Aqua Dwipayana, istrinya tetap tinggal di rumah. ditemani Mak Ti panggilan akrab Sumarti yang sangat ramah dan Yanti.

Sempat berseloroh di lift

Dr Aqua Dwipayana dan Umar Patek kemudian tiba di Gedung Sleman City Hall Jalan Gito Gati no.18 Sleman, Yogyakarta. Mereka berdua naik lift menuju Ruang Malika Ballroom.

Dalam lift keduanya bertemu dengan dua orang pemuda yang nampaknya akan menjadi peserta dalam acara Sharing Komunikasi dan Motivasi bersama Dr Aqua Dwipayana tersebut. Kedua pemuda itu nampaknya dari Muncul Group, salah satu kelompok usaha milik Soekeno.

Saat dalam lift Dr Aqua Dwipayana membuka pembicaraan dengan dua pemuda tadi.  “Mau kemana, Mas?” “Mau ke Malika Ballroom, Pak,”  jawab salah seorang dari mereka. “Emang ada acara apa di sana?” tanya Dr Aqua Dwipayana. “Ini… acara Sharing Komunikasi dan Motivasi”, jawabnya sambil pemuda itu menunjukkan stofmap yang dibawanya.

Lalu Umar Patek pun menimpali: “Siapa Mas yang jadi pembicaranya?” “Gak tau tuh Pak Doktor siapa itu namanya?”, tukas mereka berdua. Lalu, ketika Dr Aqua Dwipayana dan Umar Patek keluar dari lift, dua pemuda itu berjalan cepat, Dr Aqua Dwipayana masih sempat-sempatnya berseloroh pada pemuda itu, “Eeh.. tolong sampaikan salam saya untuk pembicara di acara itu ya”. Dengan sigap dua pemuda itu serentak menjawab: “Siap, Pak!”.

Umar Patek tak kuasa menahan tawa sambil menimpuk bahu Dr Aqua Dwipayana, “Ada-ada aja, Dok (maksudnya Dr Aqua), ngerjain kedua pemuda itu”. “Biar aja mereka kaget, ternyata narasumbernya justru yang nitipin salam”, kata Dr Aqua Dwipayana sambil tersenyum lebar.

Acarapun berlangsung di Malika Ballroom yang sangat luas itu. Dr Aqua Dwipayana sebagai narasumber dan motivator mulai menyampaikan pemaparannya. Umar Patek menyimak dan berguru langsung dengan melihat gaya Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional berbicara.

Belajar banyak dari Soekeno

Tibalah Soekeno memasuki ruangan dan tak disangka ia menuju tempat duduk Umar Patek sambil setengah teriak kaget. “Umaaar Pateeek…,” sapanya sambil memeluk Umar Patek dengan erat seakan sudah kenal lama. Sejatinya keduanya baru saling mengenal saat itu. Soekeno pun menegur Dr Aqua Dwipayana, kenapa ia tidak  memberitahunya jika Umar Patek akan ikut hadir pada acara tersebut. “Sengaja saya mau kasih surprise untuk Abang Soekeno,” jawab Dr Aqua Dwipayana.

Umar Patek duduk semeja dengan Soekeno menyimak pemaparan Dr Aqua Dwipayana. Sesekali Soekeno membukakan tutup botol air mineral dan memberikannya pada Umar Patek. Usai pemaparan, Soekeno begitu bersemangat mengobrol dengan Umar Patek dan Dr Aqua Dwipayana.

“Kapan datang di Yogya dan menginap di mana?” tanya Soekeno. “Datang semalam hampir jam 23.00 malam dan kami menginap di rumah Dr Aqua Dwipayana,” jawab Umar Patek.  “Mas Umar Patek pindah saja ke hotelku,” kata Soekeno lagi.

UMAR PATEK berfoto bersama Dr Aqua Dwipayana dan Soekeno di sela acara Sharing Komunikasi dan Motivasi dengan topik “Komunikasi Efektif di Internal dan Eksternal Perusahaan” di Malika Ballroom Sleman City Hall Sleman.*

“Saya mengenal Dr Aqua Dwipayana sejak 2018 ketika saya masih mendekam dalam penjara dan sudah beberapa kali beliau silaturahim sambil mengundang saya  dan isteri berlibur ke Yogyakarta menginap di rumahnya. Tak nyaman bila saya langsung pindah di hotel milik Bapak,” timpal Umar Patek kepada Soekeno.

“Ok lah kali ini, tapi lain kali kalau ke Yogyakarta kabari saya dan nginap di hotel saya,” ujar Soekeno lagi. “Baik, terima kasih, insyaa Allah, next time, Pak,” jawab Umar Patek kemudian.

Dari percakapakan tersebut, Umar Patek banyak belajar betapa rendah hati dan santunnya seorang Soekeno dengan gurita bisnisnya. Bahkan, Soekeno baru saja mengenal  dirinya yang notebene seorang pendosa dan mantan narapidana. Begitu sekelumit Umar Patek berpikir.

Saat istirahat, Dr Aqua Dwipayana didampingi Umar Patek diajak ke resto di Sleman City Hall untuk makan siang bersama. Soekeno dengan tegas menyampaikan kepada pelayan resto tersebut tidak boleh ada makanan dan minuman haram ke meja kami. “Saya punya saudara-saudara Muslim di sini,” ucap Soekeno.

Mereka memesan sop iga dan jus timun. Usai makan siang,  Dr Aqua Dwipayana dan Umar Patek pun berdiri hendak keluar dari resto. Namun rupanya Soekeno melihat jus timun Umar Patek belum habis. Sambil melangkah meninggalkan meja makan, Soekeno sempat menyambar gelas jus timun Umar Patek yang belum habis itu. Ia memberikannya kepada Umar Patek sambil menyuruh untuk menghabiskannya dan duduk bersama kembali di kursi, menemaninya menghabiskan itu. “Lagi-lagi aku dibikin terpesona oleh etika dan attitude Pak Soekeno yang rendah hati dan sangat toleran,” gumam Umar Patek lagi.

SOEKENO (kiri) dan Umar Patek. Umar banyak belajar betapa rendah hati dan santunnya seorang Soekeno dengan gurita bisnisnya. *

Umar Patek pun jadi teringat kepada sosok Ventje Suardana — pengusaha properti yang juga sahabat lain Dr Aqua Dwipayana pula — yang sama-sama memiliki sifat rendah hati dan sopan serta sangat toleran kepada Umar Patek dan teman-teman Muslim lainnya. “Rupanya beginilah sahabat-sahabat Dr Aqua Dwipayana yang aku kenal. Belajar… belajar… dari orang-orang hebat yang rendah hati,” demikian gumam Umar Patek dalam hatinya sekaligus menjadikan teladan sikap sahabat-sahabat Dr Aqua Dwipayana tersebut sebagai cambuk untuk diri Umar Patek sendiri.

Kagumi Soekeno dan Dr Aqua Dwipayana

Keduanya kemudian kembali ke Malika Ballroom untuk sesi kedua. Soekeno mempersilahkan Umar Patek untuk salat Dzuhur di mushola dan menyuruh salah satu anak buahnya agar mengantarkannya ke mushola. “Ditungguin ya hingga selesai salat, lalu ajak ke ruang Malika lagi,” demikian perintah Soekeno kepada anak buahnya.

Usai salat jamak qashar, Umar Patek diantar ke ruang Malika tempat acara Sharing Komunikasi dan Motivasi sesi kedua berlangsung. Setibanya di dalam ruangan itu, Soekeno sedang tampil berbicara memberi arahan kepada peserta acara. Tiba-tiba Soekeno menyuruh Umar Patek menghampirinya yang sedang berdiri bicara di depan.

UMAR PATEK (kanan) kagum akan sosok Dr Aqua Dwipayana yang santun dan rendah hati.*

Soekeno memperkenalkan Umar Patek kepada seluruh peserta acara. Umar Patek secara jujur mengaku minder. Merasa  dirinya seorang mantan narapidana, seorang pendosa yang telah berbuat salah pada negeri ini tapi kemudian diperkenalkan kepada para karyawan profesional. Namun rupanya Soekeno punya cara lain dalam memotivasi anak buahnya yang hadir saat itu dengan memperkenalkannya pada mereka.

Sama halnya dengan Dr Aqua Dwipayana yang pada sesi pertama juga memperkenalkan pada seluruh peserta acara. “Well, … itulah gaya para orang hebat yang aku kenal,” gumam Umar Patek mengagumi Dr Aqua Dwipayana dan Soekeno.

Tidak keluar uang sepeser pun

Di tengah sesi kedua, Dr Aqua mempersilakan Umar  Patek meninggalkan tempat untuk menjemput soulmate-nya di rumah Dr  Aqua Dwipayana. Sementara Dicky sudah menunggu di halaman luar Sleman City Hall.

Umar Patek pun segera menjumpai sosok yang dipanggilnya Pak Dicky dan langsung  bergegas meluncur ke rumah Dr Aqua Dwipayana. Tak lama kemudian, ia  bersama sang soulmate diajak Pak Dicky jalan-jalan keliling kota Yogyakarta hingga Malioboro serta mencoba kulineran di Yogyakarta.

Satu hal yang membuat Umar Patek heran, setiap kali ia akan membayar makanan, selalu Dicky lebih dulu membayarnya. Hingga akhirnya ia bertanya pada Dicky kenapa ia yang selalu bayar. Rupanya, Dicky sudah diwanti-wanti Dr Aqua Dwipayana, agar jangan sampai Umar Patek atau isterinya mengeluarkan uang sepeserpun. Mereka adalah tamu dan sahabatnya yang harus dilayani dengan baik, demikian perangai Dr Aqua Dwipayana yang sangat memuliakan tamu-tamunya.

Umar Patek dan istri pulang ke rumah Dr Aqua Dwipayana saat sudah larut malam. Umar pun segera mandi untuk melepas keringat dan daki yang melekat di tubuh. Segar dan penatnya pun hilang.

Dari dalam kamar kemudian Umar Patek mendengar suara batuk dan berdehem dari Dr Aqua Dwipayana. Ia segera keluar kamar dan benar Dr Aqua Dwipayana sudah menunggunya di meja makan jumbo “Merbau”.

Berfoto di The Heritage Palace

Mereka mengobrol santai seputar perjalanan keliling Yogyakarta dan perjalanan kulineran. Lalu Dr Aqua Dwipayana menanyakan rencana Umar Patek mengunjungi tempat wisata mana. “Sampaikan saja ke Pak Dicky. Beliau siap mengantarkan ke mana saja,” ucap Dr Aqua Dwipayana sembari tersenyum gaya khasnya.

UMAR Patek dan “soulmatenya” berfoto-foto di The Heritage Palace.*

Umar Patek berkata bahwa ia ingin ke lokasi di mana Wakil Direktur RSUD Mohamad Soewandhie Surabaya dr Arif Setiawan bersama keluarga dan juga Dr Aqua Dwipayana berfoto tiga dimensi di The Heritage Palace (THP) Sukoharjo, Jawa Tengah. Umar Patek merasa penasaran dan ingin menjajal spot foto di sana.

“Ok, itu di Sukoharjo lokasinya, bekas pabrik gula yang sudah dialihfungsikan menjadi tempat wisata. Jangan khawatir besok Pak Dicky mengantarka  ke sana,” jelas Dr Aqua Dwipayana. “Baik, Doktor Aqua, terima kasih dan besok pagi, insyaAllah  kami ke sana. Sekarang kami istirahat dulu”.

Esok pagi Umar Patek dan sang istri bangun dan keluar kamar menghirup udara segar tanpa polusi. Kompleks perumahan dosen UGM itu memang asri dan sedikit kendaraan yang lalu lalang di sana. Sehingga udara terasan nyaman.

UMAR Patek dan “soulmatenya” berfoto-foto di The Heritage Palace.*

Umar Patek juga menyampaikan ke Dr Aqua Dwipayana jika mereka harus pulang ke Porong, pada hari itu 17 Maret 2023 tengah malam. Umar Patek menginfokan bahwa pada 19 Maret 2023 ia harus berangkat ke Serpong, Tangerang Selatan. Sehingga paling tidak bisa istirahat sehari pada 18 Maret 2023 di rumahnya.

Dr Aqua Dwipayana setuju. Ia segera memesan tiket kereta Sancaka Tambahan via online untuk perjalanan kembali Umar Patek dan istri ke Porong.

Sekitar pukul 07.46, Umar Patek dan istri,  Dr Aqua Dwipayana serta Dicky — sang sopir yang andal dan menguasai semua destinasi wisata di Yogyakarta dan sekitarnya —  mengantar Dr Aqua Dwipayana ke Sleman City Hall. Selanjutnya, mereka ke Kartosuro, Sukoharjo menuju The Heritage Palace. Obyek wisata bertema gedung ala Eropa klasik dengan beragam spot foto Instagramable.

Bangunan The Heritage Palace merupakan peninggalan kolonial Belanda yang mulanya dibangun sebagai pabrik gula didirikan 1899, lalu arsitekturnya diubah pada 1920 menjadi bangunan megah bergaya Eropa klasik.

The Heritage Palace terbagi menjadi dua area wisata, indoor dan outdoor. Awalnya mereka menjajal area outdoor dengan panorama taman berlatar belakang gedung megah bergaya Belanda ditambah beberapa mobil klasik yang makin apik untuk berfoto.

UMAR Patek dan “soulmatenya” berfoto-foto di The Heritage Palace.*

Dan yang tak kalah menarik di pelataran taman itu ada beberapa ekor burung hantu yang bisa diajak foto bersama dalam genggaman tangan pengunjung. Umar Patek pun  mencobanya — dengan arahan pemandu di sana — meletakkan burung hantu itu di tangannya dengan berbagai pose. Burung hantu yang sedang mengepakkan sayapnya, duduk manis di tangannya dan semacamnya, hingga mereka sangat puas berfoto.

Terik matahari di luar gedung semakin menyengat. Giliran mereka menjajal area indoor yang kaya akan spot foto tiga dimensi dan spot foto unik lainnya. Hampir semua spot foto dicoba, terutama spot-spot foto yang bertema tantangan dan menakutkan hingga peluh keringat mengalir.

Pemandu sekaligus fotografer yang memotret keduanya sampai tertawa lebar melihat gaya Umar Patek yang kadang teriak, dengan bergonta-ganti gaya hanya dalam satu spot foto saja. Hingga sering dia berkata, “Udah Pak… udah Pak… sudah banyak yang saya jepret,” ujar si fotografer sembari ngakak.

UMAR Patek berfoto di The Heritage Palace.*

Baterai handphone Umar menunjukkan 1%. Sudah tak dapat berbuat apa-apa, kecuali merapat ke lokasi parkir menjumpai Dicky yang dengan sabar menunggu.

Keduanya keluar dari The Heritage Palace dan rupanya Dicky paham yang disuka Umar Patek. Keduanya dibawa ke resto sate kambing muda Balibull yang tak jauh dari The Heritage Palace, di Jalan Raya A Yani 219 Sukoharjo. Mereka memesan sate kambing khas Tegal dan Tongseng. Usai makan, kembali Umar Patek tak boleh membayar. Spontan Dicky membayar semuanya. “Pak Aqua melarang Mas Umar mengeluarkan uang, demikian pesan Pak Aqua,” kata Dicky.

Mereka kembali ke Yogyakarta dan ternyata Umar Patek dan istri malah diajak langsung ke pabrik Bakpia Pathok 25 di Sanggrahan, Ngampilan, Yogyakarta. Tak tanggung-tanggung mereka disuruh memilih Bakpia yang masih hangat 10 kotak untuk dibawa pulang. Lagi-lagi Dr Aqua Dwipayana yang menyuruh Dicky untuk membawa ke sana dan membayarnya semua.

Senang didatangi banyak tamu

Mereka tiba di rumah Dr Aqua Dwipayana sekitar pukul 18.00, dan Mak Ti dengan senyum ramahnya menawarkan untuk makan malam. “Saya mandi dulu Mak, biar segar kembali, nanti baru makan malam,” ujar Umar Patek pada Mak Ti.

Sambil menemani makan malam, Mak Ti banyak bercerita pengalamannya menjaga rumah tersebut. Hebatnya Mak Ti bilang dia malah senang jika rumah Dr Aqua Dwipayana itu sering didatangi tamu-tamu sebab akan semakin menambah teman-teman baru. Umar dan istrinya merasa salut pada Mak Ti.

Pukul 21.30 menjelang. Umar Patek dan soulmate-nya berangkat ke Stasiun Tugu. Dr Aqua menelefonnya, memohon maaf kalau sebelumnya sudah berangkat duluan ke Bogor serta minta maaf bila pelayanan di rumah dan selama di Yogyakarta ada kekurangannya.

“Yaa Allah, tak ada yang perlu dimohonkan maaf dari Dr Aqua Dwipayana sekeluarga. Tidak ada kekurangan, bahkan banyak kelebihan dalam pelayanan serta kami mendapat banyak pelajaran berharga dari orang-orang hebat di sini,” demikian jawab Umar Patek.

Semua, dalam pandangan Umar Patek adalah orang-orang hebat yang dipercaya penuh Dr Aqua Dwipayana untuk menjaga dan merawat rumah serta melayani tamu-tamu Dr Aqua Dwipayana. Mak Ti, walau usia tidak terbilang muda lagi, tetap bekerja dengan hati, ramah, dan tanpa basa-basi. Tentu tidak salah pilih jika Dr Aqua Dwipana memercayakan rumahnya di Yogyakarta kepada Mak Ti sebagai karumga alias kepala rumah tangga di rumah Yogyakarta milik Dr Aqua Dwipayana. Umar Patek dan sang istri merasakan banyak belajar dari Mak Ti, Dicky, dan Yanti.

DICKY, Yanti, dan Mak Ti. Ketiganya sosok-sosok yang sangat berbakti dan senantiasa tulus melayani siapa saja tamu yang menginap di kediaman pribadi Dr Aqua Dwipayana di Yogyakarta..*

Dicky kemudian mengantar keduanya ke Stasiun Tugu. Tepat pukul 22.00 WIB mereka tiba di Stasiun Tugu. Dicky sempat meminta Umar Patek dan istri berfoto di pelataran pintu keberangkatan Stasiun Tugu Yogyakarta.

Kereta Sancaka Tambahan bertolak dari Stasiun Tugu Yogyakarta pukul 22:55 WIB.

Umar Patek melambaikan tangan, walau tak ada siapa-siapa yang dipandang. “Melambaikan tangan untuk kenangan, walau hanya dua malam, namun penuh kemesraan,” begitu Umar Patek membatin.

Keduanya pun tiba di Stasiun Gubeng, Surabaya pukul 02:55 WIB, langsung memesan transportasi online dan pulang ke Porong. “Welcome home…,” ujar Umar Patek dalam hati penuh bahagia.***

Artikel ini telah dibaca 200 kali

Baca Lainnya

BPS Update Data Inflasi 2024, Kota Bandung Tunjukkan Stabilitas Ekonomi

2 Desember 2024 - 20:32 WIB

Salut, Masyarakat Kota Bandung Dewasa Berdemokrasi!

2 Desember 2024 - 19:09 WIB

Menjelang Akhir Pekan, Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana Sharing Komunikasi dan Motivasi di Lanud I Gusti Ngurah Rai Bali

2 Desember 2024 - 06:04 WIB

Mau Staycation di Hotel Estetik Bergaya Art Deco di Kawasan Braga Bandung? Maison Wilhelmina Tempatnya!

1 Desember 2024 - 20:22 WIB

Rela Antre Buat Roti Kembang, Ternyata Segini Harganya!

1 Desember 2024 - 20:08 WIB

Anggota DPRD Jabar Syahir Apresiasi Keputusan Presiden Menaikkan Upah Minimum, Memberi Optimisme dan Harapan Membaiknya Kehidupan Buruh

1 Desember 2024 - 06:48 WIB

Trending di Berita