SEKALI waktu, jika Anda ke Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, bolehlah mampir ke Masjid Kotak. Bagi umat Islam tentulah untuk menunaikan salat, baik fardu maupun sunah. Sedangkan bagi non-muslim ya cukuplah melihatnya dari luar. Harap maklum, lokasi masjid yang sebenarnya bernama Masjid Siti Aisyah ini sangat dekat dengan Stadion Manahan. Hanya dipisahkan oleh jalan besar beraspal yang bisa dilewati mobil.
Bagi siapa pun yang sedang bertandang ke daerah Manahan, Solo, baik untuk wisata kuliner atau nonton pertandingan sepakbola, sangat mungkin tidak akan terlewat untuk melihat Masjid Kotak. Nama “Kotak” itu memang lebih popular dibanding nama aslinya, Masjid Siti Aisyah, mungkin karena bentuknya memang mirip kotak atau kubus.
Kehadiran Masjid Kotak tentu saja menambah semarak dan cantiknya Kota Solo yang selama ini telah memiliki beberapa masjid terkenal. Antara lain Masjid Agung di Alun-Alun Utara atau depan Keraton Kasunanan, Masjid Nurul Iman Ndalem Kalitan yang dibangun keluarga almarhum H.M. Soeharto, Masjid Fatimah yang dibangun pengusaha besar batik Danar Hadi, dan kini yang sedang dalam proses pembangunan: Masjid Agung Syeikh Zayed di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Masjid terakhir itu –yang peletakan batu pertamanya pada 6 Maret 2021– merupakan pemberian dari Pangeran Uni Emirat Arab (UEA) untuk Presiden Joko Widodo.
Masjid Kotak termasuk masjid generasi baru. Pembangunannya diresmikan pada 28 Desember 2018, beralamat di Jalan Menteri Supeno No. 17, Manahan, Solo. Pewakafnya adalah seorang pengusaha, Setiyo Joko Santoso, sedangkan pengelolanya adalah Yayasan Siti Asiyah. Nama Siti Aisyah itu diambil dari nama ibu pewakaf.
Inspirasi desain kotak adalah dari Kakbah di Tanah Suci Mekah. Filosofinya adalah agar masjid ini ramai seperti sekitar Kakbah di Masjidil Haram. Dengan kotak seperti Kakbah, diharapkan Masjid Siti Aisyah mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt. (muslimsolo.com)
Pada kenyataannya memang masjid yang berdiri di atas tanah 925 meter persegi dan berdaya tampung normal 500-600 jamaah ini selalu ramai. Hanya saja kalau dianggap sebagai kekurangan adalah Masjid Kotak tidak mempunyai tempat parkir khusus yang relatif luas. Memang ada sedikit tempat untuk parkir sepeda motor, tetapi lokasi parkir untuk mobil sepenuhnya berada di jalan raya.
Ramah difabel
Kelebihan lain dari masjid berlantai dua ini adalah desain toilet mewah ala mal dan hotel. Toilet tersedia di lantai bawah dan atas. Tersedia juga toilet khusus difabel dan ada lift untuk jamaah yang kesulitan fisik.
Sebetulnya Masjid Kotak memiliki 4 lantai, namun penamaannya 2 lantai. Basement untuk kantor, aula, dan tempat wudhu pria. Lantai ground terdiri atas 2 lantai. Lantai 1 untuk TPA (Taman Pendidikan Alquran) dan ruang pertemuan, sedangkan lantai 2 untuk tempat salat jamaah perempuan.
Bagi warga yang mempunyai kepentingan –selain salat– dipersilakan memanfaatkan masjid yang dindingnya didominasi marmer ini. Misalnya untuk akad nikah dan acara seperti itu sudah beberapa kali berlangsung. Keberadaan fasilitas pendingin (AC) sangat nyaman untuk jamaah salat maupun kegiatan lain.
Selain karpet merahnya yang empuk, kenyamanan lain di Masjid Siti Aisyah bagi jamaah adalah suara sound system yang tidak bising. Di masjid ini tidak terlihat ada kabel-kabel yang bergelantungan, namun kualitas akustiknya sangat bagus.
Menurut Nur Utami Isyana Dewi, peneliti dari Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, masjid sebagai bangunan ibadah umat Islam dituntut untuk nyaman. Salah satu kenyamanan adalah aspek suara seperti tingkat kebisingan rendah, distribusi bunyi merata serta kenyamaman terhadap pengguna ruang.
Untuk itu Nur Utami menganalisis kerja elemen serta evaluasi subjektif kenyamaman bunyi oleh pengguna ruang utama Masjid Siti Aisyah. Penelitian menggunakan pengukuran tingkat tekanan bunyi dan analisis pemetaan bunyi dalam ruang serta persepsi keruangan dari pengguna melalui kuesioner secara online. (Jurnal Arsitektur Sinetika, www.researchgate.net)
Pengukuran tingkat tekanan bunyi menggunakan Sound Level Meter dan pemetaan bunyi menggunakan aplikasi Surfer 11. Hasil pengukuran bahwa intensitas bunyi ruang rata-rata yaitu sebesar 53.30 dBA saat ruang dalam kondisi sedikit aktivitas serta 70.45 dBA pada saat ruang dalam kondisi ada aktivitas kajian agama.
Hasil pemetaan saat ruang sedikit aktivitas adalah bunyi terdistribusi merata, namun saat ruang digunakan untuk kajian terjadi interferensi gelombang berupa penguatan bunyi yang menyebabkan kebisingan.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa pengguna Masjid Kotak ini tidak terganggu dengan kebisingan, baik bising yang bersumber dari dalam bangunan maupun dari luar bangunan. Sebab, pengguna masjid sudah mempersiapkan diri dengan niat untuk beribadah sehingga dapat beradaptasi dengan keadaan di ruangan utama Masjid Siti Aisyah. (Widodo Asmowiyoto, Dewan Redaksi TuguBandung.id)***