KAMIS 4 November 2022 lalu TuguBandung.id menurunkan berita berjudul “RS Muhammadiyah Bandung Selatan Tambah Kebutuhan Tempat Rawat di Kabupaten Bandung”. RS Muhammadiyah yang ke-119 ini berlokasi di Desa Ciheulang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung.
Peresmian RS MBS itu dilakukan oleh mantan Wakil Presiden RI, HM Jusuf Kalla dan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo besama Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nasir. Banyak yang hadir dalam acara peremian itu. Ada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil; Wakil Ketua Umum MUI, Buya Dr. H. Anwar Abbas; mantan Kapolri, Jenderal Pol. Purn. Badrodin Haiti; Senator asal Sumatera Barat, Dr. Alirman Sori.
Ada pula Ketua PP Aisyiah, Hj. Siti Noordjanah Djohantini; mantan Menteri SDM, Arcandra Tahar; Bupati Bandung, HM Dadang Supriatna; Kepala BNPT, Komjen Pol. Boy Rafly Amar Dt. Rangkayo Basa; Mantan Kabarekrim Polri, Komjen Pol. Suhardi Alius; Pangkostrad, Letjen TNI Maruli Simanjuntak; Direktur Eksekutif Minang Diaspora Network Global, Burnalis Ilyas; sejumlah pejabat tinggi militer, Polri, sipil, anggota PP dan Ketua PW Muhammadiyah se-Jawa, serta ratusan tamu undangan lainnya.
Dalam berita itu belum terungkapkan besaran biaya yang lazim diekspose dalam upacara peresmian sebuah fasilitas umum yang relatif mahal. Mungkin saja hal itu sengaja diniatkan secara ikhlas –sehingga tidak dibuka– oleh penyumbangnya karena rumah sakit ini bukan milik pemerintah.
Namun dalam era digital dan media sosial ini bisa saja hal yang semula diniatkan tertutup kemudian jadi terbuka dan informasinya memang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Syukur jika pada gilirannya langkah baik donaturnya juga ditiru oleh orang lain, sehingga sebuah pembangunan fasilitas umum tidak selalu mengandalkan dana dari pemerintah.
Fenomena tersebut sangat lazim di lingkungan organisasi besar Islam Muhammadiyah. Dulu –lebih dari seabad lalu– pada awal pembentukannya, 18 November 1912, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan berpesan kepada para pengelola dan generasi selanjutnya: “Jangan Hidup dari Muhammadiyah, Tapi Hidup-hidupilah Muhamamadiyah”.
Pesan itu agaknya sangat membekas di hati kalangan pengerakan Muhammadiyah sehingga ormas ini sekarang tumbuh sangat besar bahkan menggurita. Layak diyakini bahwa sebagian –atau bahkan sebagian besar biayanya—berasal dari internal atau para anggota Muhammadiyah. Bahwa misalnya suatu saat ada sumbangan dari pemerintah, hal itu juga bisa dinilai sangat lumrah karena berkat jasa besar organisasi persyarikatan ini dalam ikut membangun bidang pendidikan atau sekolah dan bidang kesehatan masyarakat.
Kedermawanan seorang pengusaha Minang
Kembali ke berita peresmian RS Muhammadiyah Bandung Selatan (RS MBS), tulisan ini merujuk pada tulisan Hasril Chaniago (Bandung, 3 November 2022) yang beredar di media sosial, khususnya WAG “Senior Kadin Jabar” yang para anggotanya adalah para pengusaha –senior maupun yunior—Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat.
Antara lain disebutkan, pembangunan RS tipe C dengan 55 tempat tidur serta ICU dan IGD, menghabiskan biaya sebesar Rp 60 miliar, seluruhnya merupakan sumbangan dari pengusaha dermawan H. Yendra Fahmi dan keluarga. Fahmi sendiri merupakan pengurus Majelis Ekonomi PP Mummadiyah.
Yendra Fahmi adalah seorang pengusaha nasional asal Minang yang dikenal dermawan. Ketika terjadi kerusuhan Wamena tahun 2019, ia menyumbangkan Rp 1 miliar untuk biaya memulangkan perantau Minang di Papua ke Sumatera Barat.
Di tahun yang sama, ia juga menyumbang Rp 30 miliar untuk pembangunan masjid besar di Kompleks Mualimin Muhammadiyah di Bantul, Yogyakarta. Masjid yang diresmikan Presiden Jokowi bulan September 2021 itu diberi nama Masjid Hj. Yuliana, yaitu nama almarhumah ibunda H. Yendra Fahmi.
Sebelum itu, ia juga menyumbang 300.000 dolar Australia (lebih kurang Rp 3 miliar) guna menambah kekurangan dana pembelian properti untuk Surau Sydney Australia (SSA) tahun 2020 lalu.
Yendra Fahmi lahir di Pekanbaru 23 Januari 1971 sebagai anak keenam dari delapan bersaudara keluarga perantau Minang. Ibunya Hj. Yuliana berasal dari Sulit Air, Kabupaten Solok, sedangkan ayahnya H. Nafli Munaf berasal dari Sianok, IV Koto, Agam.
Memulai usaha dari bawah, sejak usia 40 tahun Fahmi sudah menjadi pengusaha sukses. Usahanya di bidang pertambangan, kelapa sawit, dan properti tersebar dari Jakarta, Jambi, hingga Kalimantan di bawah kelompok usaha Indobagus Investama. Melalui PT Suri Motor Indonesia, Fahmi juga pemilik dealer Mercedes Benz terbesar di Indonesia dengan kantor pusat di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Menikah dengan perempuan bernama Suri Meidina Hanifah dan dikaruniai tiga orang anak, Fahmi adalah pengusaha sukses yang rendah hati. Munurut beberapa karyawannya, lelaki yang biasa puasa Senin-Kamis ini punya kebiasaan khusus setiap pulang dari kantor. Di mobilnya selalu ada banyak nasi kotak atau nasi bungkus. Makanan itu ia bagi-bagikan langsung kepada orang-orang yang kurang beruntung yang ia temui di jalan. Seperti para pemulung atau tunawisma.
Ketika cerita ini dikonfirmasi kepadanya, Fahmi menjawab dengan mengingat nasihat kedua orangtuanya semasa masih hidup. “Perbuatan baik hendaklah dilakukan sendiri, jangan diwakilkan kepada orang lain,” katanya.
Mantan Wakil Presiden RI, HM Jusuf Kalla, dalam testimoninya mengatakan, dengan jumlah rumah sakit 119 buah, Muhammadiyah merupakan pemilik jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia, setelah pemerintah.
JK memuji kedermawanan Fahmi sebagai yang patut ditiru. “Fahmi ini menyumbang di mana-mana, karena itu usahanya maju. Jadi saya ingatkan, kalau ingin usahanya maju, rajin-rajinlah menyumbang,” kata JK yang disambut tepuk tangan dan tawa riuh hadirin. (Widodo Asmowiyoto, Dewan Redaksi TuguBandung.id)***