Unisba dan Pesantren Baitul Hidayah Tingkatkan Kesehatan Lewat Pemberdayaan Civitas Akademika

KABUPATEN BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (FK Unisba) bekerja sama dengan Pondok Pesantren Baitul Hidayah meluncurkan program Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Pemberdayaan Civitas Akademika Pesantren sebagai Kader Kesehatan”, pada Sabtu (14/12/2024).

Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan para santri melalui pembentukan kader kesehatan, edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan pendirian Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren).

Program ini diinisiasi oleh Dr. Titik Respati drg., MScPH sebagai Ketua Tim Pengusul, bersama anggota lainnya yaitu dr. Yudi Feriandi, MHPE, dr. Amelia Dwi H, MKK dari Fakultas Kedokteran Unisba dan Erik Setiawan, M.I.Kom (Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba).

Kegiatan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Baitul Hidayah, yang terletak di Bukit Panyandaan, Mandalamekar, Kec. Cimenyan, Kabupaten Bandung.

Program ini juga melibatkan tim dari Puskesmas Kecamatan Cimenyan.Tujuan dari kegiatan ini dalam rangka menyiapkan Kader Kesehatan santri dan bentuk keseriusan pihak pesantren dalam rencana menyiapkan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) yang merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok pesantren juga untuk membudayakan hidup sehat di kalangan santri melalui edukasi kesehatan, praktik pertolongan pertama saat gawat darurat, penanganan patah tulang, luka bakar, serta cedera akibat jatuh.

Selain itu, para santri juga mendapatkan pemeriksaan kesehatan langsung oleh tim profesional.

Titik mengatakan bahwa melalui program ini, Unisba berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan pendekatan komprehensif yang mencakup edukasi, pelatihan, dan pembangunan infrastruktur kesehatan.

”Program ini juga sejalan dengan Tridharma Perguruan Tinggi dan target Indikator Kinerja Utama (IKU) institusi pendidikan,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa kegiatan utama dalam program ini meliputi edukasi dan pelatihan kader kesehatan.

Para santri dan ustaz akan dilatih untuk menjadi kader kesehatan yang mampu mengelola Poskestren dan memberikan edukasi kesehatan kepada sesama santri.

Selain itu, akan dibangun pos kesehatan pesantren (Poskestren) sebagai fasilitas kesehatan pertama di pesantren untuk penanganan awal penyakit serta mendukung program preventif dan promotif.

Selanjutnya, modul PHBS yang disesuaikan dengan kebutuhan pesantren akan dikembangkan dan diterapkan sebagai bagian dari kurikulum bab Thaharoh.

Terakhir, monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas program serta memberikan perbaikan jika diperlukan.

Menurut Titik, program ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan santri dan civitas akademika pesantren tentang kesehatan, membentuk kader kesehatan yang andal, serta mengurangi angka kejadian penyakit menular seperti skabies.

“Selain itu, program ini juga bertujuan untuk menjadi model pemberdayaan kesehatan berbasis pesantren yang dapat direplikasi di lokasi lain,” pungkasnya.***

Komentar