Jamban Sehat, Jiwa Sejahtera

Oleh : Ayu Prasetia, dr., SpKJ, MMRS

Dosen FK Unisba

Setiap individu sepakat bahwa Kesehatan adalah salah satu hal yang terpenting di dalam kehidupan. Namun kesehatan ini seringkali hanya diinterpretasikan sebagai kesehatan fisik saja.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sehat? Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan seseorang dapat dikatakan sehat ketika dia tidak saja sehat secara fisik, namun juga sehat sosial dan sehat jiwa.

Sehat sosial artinya mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain, sedangkan sehat jiwa artinya merasa senang dan bahagia, mempunya menyesuaikan diri dalam keseharian, dapat menerima kekurangan dan kelebihan diri serta melakukan kegiatan yang bermanfaat.

Kesehatan ini terkait erat dengan dampak yang dihasilkan dari lingkungan.

Indonesia masih sarat dengan permasalahan lingkungan, termasuk sanitasi.

Menurut data UNICEF, 44.5% dari seluruh penduduk Indonesia belum mempunyai akses pembuangan tinja yang layak dan 24% dari total penduduk di indonesia masih buang air besar di sungai.

Bahkan sampai saat ini masyarakat pedesaan belum memiliki fasilitas jamban yang memadai. Pembuangan tinja yang tidak layak ini jelas terkait dengan kesehatan fisik, tapi apakah hal tersebut juga terkait dengan kesehatan jiwa?

Dalam beberapa penelitian, menemukan bahwa sanitasi, termasuk kelayakan jamban terkait dengan kesehatan jiwa seseorang.

Tanpa jamban yang memadai seseorang dapat terganggu kesejahteraan jiwanya. Jamban merupakan faktor kontekstual yang terkait dengan permasalahan keamanan dan privasi.

Faktor kontekstual ini sendiri terbagi menjadi 3 bagian, yaitu struktural, lingkungan dan sosial. Faktor struktural ini seperti pintu jamban yang rusak, kunci yang tidak memadai, pencahayaannya yang kurang atau lantai yang kotor dan licin.

Faktor lingkungan diantaranya lokasi jamban yang berbahaya, kepadatan penduduk yang tinggi dan adanya ancaman binatang serta tumbuhan. Faktor sosial seperti norma yang berlaku di masyarakat dan pelecehan berbasis gender.

Faktor kontekstual ini dapat berpengaruh terhadap persepsi dan pengalaman seseorang. Secara persepsi, individu tersebut dapat merasa tidak adanya privasi dan kurangnya keamanan, sedangkan secara pengalaman, individu tersebut dapat mengalami pelecehan, baik secara vebal, fisik atau seksual. Yang kemudian dapat mengganggu kesejahteraan mental seseorang.

Permasalahan yang dapat ditimbulkan akibat jamban yang kurang memadai salah satunya adalah risiko tereksposnya tubuh.

Hal ini dapat menimbulkan kecemasan dan rasa takut. Individu melaporkan adanya rasa tidak aman dan kekhawatiran terjadinya penghinaan atau pelecehan hingga pemerkosaan terhadap dirinya.

Ketika kekhawatiran ini terjadi, individu tersebut dapat mengalami rasa malu dan hilangnya harga dirinya yang menurunkan martabatnya sebagai manusia. Hal ini tentu saja mengganggu kesejahteraan jiwa orang tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa jamban sehat yang sesuai ketentuan dan memadai, dapat menunjang kesehatan jiwa seseorang.***

Komentar