Bio Farma Perluas Kemampuan Manufaktur Vaksin Global melalui Kemitraan Strategis dengan IPD Senegal

BALI (TUGUBANDUNG.ID) – Bio Farma, perusahaan farmasi milik negara terkemuka di Indonesia, mengumumkan perluasan signifikan dari Program Reverse Linkage-nya bekerja sama dengan Institut Pasteur de Dakar (IPD), Senegal, dalam acara Indonesia-Africa Forum (IAF) 2024 yang digelar di Bali.

Inisiatif ini, yang didukung oleh Islamic Development Bank (IsDB), bertujuan untuk memperkuat kemampuan dan kapasitas produksi vaksin di Afrika, dengan fokus pada peningkatan kesehatan global dan ketahanan vaksin.

Sesi bertajuk “Harnessing Sustainable Private Sector Participation in SSTrC through the IsDB Reverse Linkage” dibuka oleh Datuk Amer Bukviar, Director and Resident Representative, Regional Hub Indonesia, Islamic Development Bank (IsDB).

Selain itu, perwakilan dari Bio Farma juga menyampaikan paparan “Studi Kasus Mengenai: Pelibatan Sektor Swasta untuk Mendukung Kapasitas Produksi Vaksin/Private Sector Engagement in Assisting Indonesia in Vaccine Production” yang disampaikan oleh I.G.N. Suharta Wijaya, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bio Farma.

Suharta menyoroti pentingnya kolaborasi ini dalam membangun ketahanan vaksin global, terutama di Afrika.

Reverse Linkage merupakan kerangka kerja kolaborasi teknis yang memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan teknologi antar negara anggota IsDB serta komunitas Muslim di negara non-anggota. Sejak diperkenalkan pada 2012, mekanisme ini telah diterapkan dalam berbagai proyek pembangunan kapasitas, dan kini telah menjadi alat penting dalam pembangunan berkelanjutan.

IsDB saat ini sedang mengintegrasikan Reverse Linkage ke dalam proyek-proyek utamanya sebagai alat pengembangan kontemporer yang mempromosikan Kerjasama Selatan-Selatan (SSC).

Kemitraan Bio Farma dengan IPD bertujuan untuk mendukung target Uni Afrika dalam mencapai 60% ketahanan vaksin pada tahun 2040, dengan nilai pasar vaksin di Afrika diperkirakan mencapai USD 5 miliar.

Tantangan utama yang dihadapi adalah meningkatkan kemampuan manufaktur vaksin di Afrika yang saat ini masih terbatas, serta memperluas cakupan imunisasi yang rendah selama pandemi COVID-19, di mana hanya 10% dari populasi Afrika yang telah divaksinasi, dibandingkan dengan 80% di Indonesia.

“Dengan memperluas Program Reverse Linkage, Bio Farma berkomitmen untuk tidak hanya mendukung ketahanan vaksin di Afrika tetapi juga memperluas kegiatan komersialnya secara global,” kata Suharta.

Selain itu, Bio Farma berupaya memposisikan diri sebagai pemain utama di pasar vaksin global melalui pengembangan produk-produk inovatif yang diharapkan memberikan nilai ekonomi signifikan bagi anggaran nasional di Afrika serta memperkuat kepemimpinan Bio Farma dalam industri vaksin dunia. (Pun)***

Komentar