KABUPATEN TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG.ID). – Rawan longsor dan banjir bandang akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan pasir di kawasan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, dikhawatirkan warga.
Kondisi di Lokasi eks pertambangan pasir yang berhenti beroperasi karena mendapat penolakan warga tersebut, menggugah para pecinta lingkungan untuk bergerak.
Pasalnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya maupun pengusaha pasir yang pernah menambang tidak peduli dengan kerusakan yang terjadi.
Bahkan lokasi bekas tambang pasir yang sudah rusak tersebut dibiarkan begitu saja. Kondisi ini membuat resah warga karena takit akan terjadi bencana.
Ketua Pesan Green Diwan Masnawi mengatakan, Hari Konservasi adalah momentum penting untuk mengingat tanggung jawab kita terhadap lingkungan, tidak hanya seremoni tapi kita juga ingin menghayati bagaimana relasi kita dengan alam.
Karena relasi hubungan manusia dengan alam hari ini sudah tercerabut jauh, yang mana kita seringkali melihat alam hanya sebgai objek bukan lagi sebuah subjek yang hidup sebagai makhluk Allah.
“Masyarakat sekitar dan komunitas juga pelajar menyambut baik penanaman pohon ini dengan antusiasme tinggi. Menyadari pentingnya upaya konservasi untuk masa depan lingkungan dan generasi berikutnya,” katan Diwan, Senin (12/8/2024).
Selain penanaman bibit pohon, agenda hati konservasi kali ini juga diisi dengan refleksi mendalam mengenai pentingnya menjaga dan memulihkan lingkungan serta ekonomi.
Dikatakanya, penanaman pohon ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi daerah yang terdampak, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian alam di kalangan masyarakat luas.
Karena Pohon-pohon yang ditanam merupakan jenis pohon produktif yang tidak hanya berfungsi untuk menghijaukan kembali area tersebut, tetapi juga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Dalam refleksi ini, kata Diwan, para peserta diajak untuk merenungkan dampak kerusakan lingkungan yang terjadi dan betapa pentingnya aksi nyata dalam menjaga kelestarian alam demi generasi mendatang.
“Aktivitas tambang pasir di Padakembang telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat setempat,” katanya.
Koordinator Pesan Green dan Gemapala Unik Cipasung, Fikri Arifin Cholis mengatakan, kerusakan alam akibat penambangan pasir begitu dahsyat. Sehingga pihaknya mengandeng berbagai elemen untuk ikut penanaman 1000 pohon di beberapa lokasi.
Salah satu lokasi utama dari kegiatan ini adalah kawasan Leuweung Keusik Pasir Ipis di Desa Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya.
“Dalam rangka memperingati Hari Konservasi digelar penanaman pohon diikuti oleh beberapa komunitas diantaranya, Mapela, Ampeg, KPIN, Barkode, serta partisipasi dari pelajar dan warga sekitar,” ujar Cholis.
Selain di Padakembang, kata Cholis, penanaman juga dilakukan di beberapa tempat lain yang kondisinya juga memprihatinkan.
“Penghijauan kembali dilakukan untuk memberikan dampak yang lebih luas, baik keberlangsungan ekosistem dan kawasan hutan kembali lestari, maupun bagi pengusaha agar tidak merusak alam,” katanya.
Salah satu pendiri Gemapala UC Abim mengatakan, penambangan pasir yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan ekosistem sungai dan mata air, yang berdampak langsung pada mata pencaharian masyarakat.
“Dengan semangat gotong-royong dan tekad kuat, seluruh organisasi dan peserta berkomitmen untuk memastikan pohon-pohon yang ditanam dapat tumbuh subur,” ungkapnya.
“Sekaligus menjadi awal dari aksi-aksi selanjutnya yang bertujuan memulihkan dan menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih baik,” sambung dia.
Melalui kolaborasi ini, kata Abim, diharapkan akan ada dampak positif yang berkelanjutan untuk lingkungan dan juga motivasi bagi lebih banyak pihak untuk terlibat dalam aksi-aksi konservasi di masa depan.
“Dengan semangat Hari Konservasi, mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan bumi untuk generasi mendatang,” ucapnya. (ERW).***
Komentar