“KETIKA hati kita terbuka untuk membantu tanpa memandang agama, dunia menjadi tempat yang lebih indah untuk hidup.” Barangkali kalimat itu tepat diarahkan untuk sebuah program sosial yang diselenggarakan oleh Gereja Kristen Indonesia Maulana Yusuf di Kota Bandung. Gereja ini beralamat di Jl. Maulana Yusuf No.20, Citarum, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat.
Cahaya harapan terpancar melalui inisiatif yang dipelopori oleh GKI Maulana Yusuf. Di tengah hiruk pikuknya Kota Bandung, sebuah bangunan Gereja sederhana berdiri tegak. Menjadi pusat kegiatan yang tidak hanya menghidupkan rohani, tetapi juga mengubah kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya.
Di balik pintu kayu yang kokoh, terdapat panggilan hati yang lembut untuk berbagi kasih. Berfokus pada program bantuan bagi anak-anak yang bersemangat untuk sekolah, namun terkendala keterbatasan ekonomi, hal itu menjadi bukti kepedulian aktivis gereja.
Salah satunya adalah Fadil Poeta yang termasuk tim pelayanan dalam Gereja. Ia telah merasakan panggilan ini dengan kuat di hatinya. “Saya percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, terlepas dari latar belakang sosial atau agama mereka,” ungkap pria itu.
Krisis moneter pada tahun 1998 menjadi awal mengapa program ini berjalan. Kala itu, banyak jemaat dari gereja, karena terdampak kesulitan ekonomi maka pupus pula harapan menapaki jenjang pendidikan lanjutan. “Padahal, pendidikan itu adalah landasan utama dari sebuah kesuksesan,” ujarnya.
Terciptanya Program “Diakonia Pendidikan” (diakonia dalam bahasa Yunani diakoneo berarti melayani) menjadi simbol tali kasih terhadap anak yang berjuang dalam mengenyam pendidikannya. Program ini tidak hanya diperuntukkan bagi lingkup internal gereja, tapi masyarakat luar pun turut merasakannya. “Karena kita juga ingin melihat adik-adik menyelesaikan pendidikannya, juga tidak terputus dari sekolah karena alasan masalah perekonomian,’’ lanjut Fadil.
Demi sebuah tekad yang kokoh, pada 1999 GKI Maulana Yusuf bersama dengan jemaatnya mulai merintis sebuah program bantuan yang pada awalnya diberi nama TPD OIKMAS (Tim Pelayanan Beasiswa). Akan tetapi pada 2005 diubah TPD Pendidikan (tim kesaksian pelayanan). Kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pelayanan Diakonia Pendidikan. Semboyannya, “membantu satu orang mungkin tidak mengubah dunia, tetapi itu bisa mengubah dunia untuk satu orang.”
Memberikan harapan
Fadil menjelaskan program ini bukan semata tentang pelajaran akademis. Lebih dari itu, program ini adalah tentang memberikan harapan dan membangun mimpi. Setiap anak didorong untuk bermimpi besar, untuk percaya bahwa masa depan mereka tidak ditentukan oleh kondisi saat ini.
Mereka diajak untuk menggenggam masa depan dengan tangannya sendiri, dengan keyakinan bahwa pendidikan adalah kunci yang akan membuka pintu menuju kemungkinan yang tak terbatas.
Pelayanan “Diakonia Pendidikan” memiliki beberapa jenis dan kriteria. TPD Reguler sebagai salah satunya, program ini diadakan satu tahun sekali. Mulai dari jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA/SMK. Terdapat beberapa kriteria yang dipilih untuk menentukan kepada siapa bantuan itu disalurkan. “Seperti pendapatan keluarga yang tidak tetap, rumah yang tidak memadai pun dijadikan acuan saat pemilihan kandidat,” ungkapnya.
Selanjutnya, TPD Orang Tua Asuh, sebagai program lanjutan yang dijalankan semenjak tahun 2022. Memegang target 10 anak pada tahun 2023, program ini menyediakan kebutuhan dana pendidikan, perlengkapan sekolah, hingga pendamping psikologis. Kriteria penerima yang layak mendapatkan beasiswa, ialah ekonomi yang benar-benar di bawah rata-rata, maksimal pendapatan satu juta dengan kondisi rumah yang tidak memadai baik itu instalasinya maupun perwujudannya. “Serta surveinya lebih spesifik dan lebih mendetail,” tuturnya tegas.
Program terakhir ini, biasanya banyak dibutuhkan. Dana yang tersalurkan pada kondisi keluarga yang tiba-tiba terdampak secara finansial, tidak dapat mencukupi kebutuhan biaya sekolah atau disebut TPD Ekonomi. Tahapan dana bantuan meliputi beberapa hal seperti penyebarkan formulir, hingga mewawancarai anak yang memerlukan dana bantuan. Tak hanya itu prosesnya, perlu adanya rekapan data dari formulir dan wawancara anak tersebut. Barulah tiba pada tahap pemberian dana bantuan.
“Melalui program ini, setiap anak diajak untuk merajut harapan mereka, membangun impian tanpa batas, dan yakin bahwa pendidikan adalah kunci emas untuk membuka pintu masa depan yang cerah,” dengan tatapan penuh harapan ia mengutarakan isi hatinya.
Program Tim Pelayanan Diakonia ini murni dihasilkan dari persembahan jemaat, pada kantong diakonia pendidikan. Sesuai dengan misi yang diemban, mengembangkan spiritualitas yang berpusat pada hubungan yang hidup dengan Allah, sesame, dan lingkungan hidup. Hal ini menjadi fokus gereja dalam menyediakan wadah bagi jemaat, untuk memberikan janji iman perorangan. Tindakan penggalangan dana tentunya dilakukan setiap minggu, bulan, bahkan tahunan.
Kegiatan amal
Di balik kegiatan rutin itu, gereja pun mengadakan acara amal bernama Golda, berupa pertunjukan kabaret. Acara ini diadakan dengan tujuan untuk menambah anggaran. Melalui tiketing, sponsor dan donasi, hasil dana yang telah terkumpul nantinya akan dimasukkan ke Diakonia Pendidikan.
Kegiatan menggalang dana juga bisa didapati dari kegiatan lomy. Berada tepat di halaman depan gereja, lomy sendiri merupakan sebuah lapak yang menyediakan berbagai hidangan kuliner. “Jadi, kegiatan ini mengundang jemaat yang memiliki talenta dibidang perkulineran ataupun memasak. Nantinya sajian tersebut akan dijualkan dan keuntungan dari penjualan, dapat dibagi dua untuk didonasikan kembali,” jelas Fadil.
Penyebaran informasi mengenai program TPD Pendidikan dilakukan dengan cara yang beragam, menyesuaikan dengan kebutuhan dan situasi. Melalui tayangan warta jemaat saat beribadah, menjadi salah satu penyampaian keberlangsungan program ini. Media sosial juga sebagai alat yang efektif untuk menjangkau lebih banyak audiens, untuk memastikan bahwa setiap anggota jemaat mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
“Tak hanya tertuju pada jemaat saja, barangkali menjadi sebuah informasi penting bagi anak maupun orang tua yang membutuhkan bantuan dana pendidikan,” cakapnya sembari mengepalkan tangan.
Pendekatan secara personal melalui tatap muka, atau dari mulut ke mulut sering kali menjadi cara yang paling efektif. Jemaat yang antusias akan membagikan kabar kepada keluarga, teman, juga tetangga. Hal ini pun dijadikan harapan, peluang bagi mereka yang membutuhkan bantuan.
Program ini juga membuka banyak hati pihak luar gereja, memberikan kesempatan kepada siapa pun yang ingin berkontribusi. Namun, prioritas utama tetap diberikan kepada jemaat gereja, memastikan bahwa kebutuhan komunitas internal terpenuhi terlebih dahulu. Dengan demikian, program ini menjadi jembatan harapan, menghubungkan kepedulian dengan tindakan nyata yang akan membawa berkat bagi banyak orang.
SD Kristen Paulus, SD Katolik Ignatius Slamet Riyadi, dan beberapa sekolah negeri menjadi saksi bisu dari kebaikan hati para donatur program tim Pelayanan Diakonia Pendidikan ini. Di antara dinding-dinding kelas, banyak murid yang kini memiliki kesempatan lebih baik untuk meraih mimpi mereka, berkat uluran tangan yang penuh kasih dari pihak gereja.
Komunikasi yang terjalin erat antara gereja dengan sekolah-sekolah tersebut, menjadikan program bantuan ini dapat berjalan dengan transparan juga efektif.
“Tentunya gereja memastikan setiap bantuan yang diberikan membawa dampak positif, dan membukakan sebuah langkah menuju kehidupan yang lebih baik untuk masa depan anak-anak yang terbantu oleh program ini,” ucapnya.
Sebagaimana kata-kata yang disampaikan Joel Osteen, penulis dan pengkotbah Amerika. “Ketika Tuhan menaruh cinta dan kasih sayang di hati Anda kepada seseorang, Dia menawarkan Anda kesempatan untuk membuat perbedaan dalam kehidupan orang itu.” ***
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan yang mengikuti perkuliahan Media dan Agama (Akhmad Taufik Abdulrohman, Dzulfikar Ahmad Kurniawan, Clairene Avila Justine Kalalo, Mena Dewi, Muhammad Fadli Pratama) melakukan peliputan jurnalistik beberapa waktu lalu. Feature ini adalah salah satu karya yang dihasilkan mereka.*
Komentar