BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Generasi Z atau dikenal Gen Z sangat dekat dengan teknologi digital. Interaksi Gen Z dengan gawai lebih banyak daripada berinteraksi secara sosial.
Derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi tersebut, Gen Z juga dihadapkan pada dampak yang negatif jka tidak dimanfaatkan dengan bijak.
Maka perlu perhatian terutama peran orang tua dalam mengawasi anak ketika menggunakan teknologi dan megakses sosial media.
Hal itu juga yang mendorong SMP Darul Hikam menggelar kegiatan Youth Conference dengan tema “Gen Z Pintar Berteknologi Bijak Bersosial Media” dan menghadirkan pemateri Digital Transformation Catalyst, Risyad Sungkar serta perwakilan tenaga pengajar dari berbagai sekolah di Kota Bandung.
Ketua Pelaksana Acara sekaligus siswa SMP Darul Hikam Ghaida Tsaqif mengungkapkan, kegiatan Youth Conference 2024 diikuti kurang lebih 250 pelajar SMP dari 33 sekolah se-Bandung Raya, dengan tujuan meningkatkan kolaborasi dan membangun kesadaran terutama Gen Z bahwa teknologi mempunyai dampak negatif dan positif.
“Melalui kegiatan ini diharapakan kedepannya Gen Z sebagai digital native bisa memanfaatkan teknologi dengan baik dan tidak keliru,” ujar Ghaida saat ditemui disela-sela acara di Kantor TP PKK Kota Bandung, Selasa (21/5/2024).
Menurutnya, teknologi sangat membantu kebutuhan Gen Z. Namun, faktanya ada juga kasus terkait salah menggunakan teknologi seperti menyebar hoaks, cyberbullying. Maka dari itu, dalam kegiatan ini disisipkan materi terkait literasi bijak menggunakan teknologi agar paham fungsi dan dampak menggunakan teknologi.
“Yang dibahas disini pengertian soal teknologi, dampak negatif dan positif serta solusinya,” tandas Ghaida.
Dalam kesempatan yang sama, Pembina OSIS SMP Hikmah Teladan, Lia Nuramalia mengungkapkan, kegiatan Youth Conference 2024 dengan tema “Gen Z Pintar Berteknologi Bijak Bersosial Media” merupakan sarana bagi siswa khususnya dalam membangun dan meningkatkan literasi penggunaan teknologi.
“Sebenarnya teknologi dengan Gen Z seperti pedang mata dua. Satu sisi membantu tapi disisi lain kadang kami sulit melakukan pengawasan dan anak-anak kebablasan. Disini tantangan kami sebagai tenaga pengajar yang punya waktu terbatas di sekolah, makanya perlu kolaborasi dan peran orang tua melakukan pengawasan,” tuturnya.
Hal yang sama juga diungkapkan tenaga pengajar dari SMP Istiqamah Bandung, Ati Supriati. Ia berpandangan, literasi terkait penggunaan teknologi oleh Gen Z sangat penting mengingat arus informasi dan perkembangan teknologi yang cepat akan berpengarus terhadap cara berfikir dan karakter anak di masa depan.
“Literasi bijak dalam menggunakan teknologi sangat penting karena selama ini menjadi fenomena, bagaimana seorang siswa harus bijak menggunakan teknologi apalagi saat waktu pembelajaran di sekolah,” tuturnya.
“Gen Z juga perlu update beberapa informasi melalui teknologi. Tapi juga harus diawasi dan jangan sampai kebablasan. Intinya Gen Z boleh menggunakan teknologi tapi harus bijak dan ada kontrol,” terangnya.
Sementara itu, Digital Transformation Catalyst, Risyad Sungkar menambahkan, hubungan Gen Z dengan perkembangan teknologi saat ini ialah peran penting dari orang tua untuk memberi keleluasaan kepada anak supaya aktif berteknologi.
“Salah besar jika Gen Z dilarang menggunakan teknologi, karena itu bagian dari kehidupan mereka. Kita zaman dulu surat-suratan, berkomunikasi lewat telepon. Hari ini Gen Z berkomunikasi lewat Whatshap atau medsos. Justru yang benar adalah, anak-anak kita arahkan bagaimana penggunakan teknologi yang bijak,” paparnya.
“Dunia digital tidak akan hilang, akan ada selamanya. Orang tua harus punya rekam jejak positif anaknya di dunia digital, berkarya. Jika ada karya gambar anaknya di posting. Jika ada puisi karya anaknya di posting dan kegaiatn postif lainnya, sehingga jadi sarana membangun rekam jejak yang positif hingga kemudian hari,” tandasnya.
Risyad melanjutkan, setidaknya ada tiga poin yang bisa dilakukan khususnya orang tua dalam melakukan kontrol terhadap anak yang aktif menggunakan teknologi. Pertama soal jenis yang dibahas di medos apa. Kedua soal jumlah akses yang digunakan anak dan ketiga soal penjadwalan penggunakan teknologi (hanphone).
“Sekarang ini ada kewajiban dari IOS dan Playstore setiap aplikasi harus ada parental control. Jadi
orang tua bisa memantau, karena setiap aplikasi yang diunggah di hanphone anak, orang tua bisa tahu aktivitasnya dan bisa dikontrol. Sekarang tergantung, orang tuanya mau atau tidak melakukan pengawasan itu,” pungkasnya. ***
Komentar