Di Sela Safari Silaturahim dan Sharing Komunikasi di Seluruh Ditpolairud se-Indonesia, Pakar Komunikasi Dr Aqua Dwipayana Sempatkan Berbicara di Kampus Universitas Gadjah Mada

YOGYAKARTA (TUGUBANDUNG.ID) – Di sela jadwal padat Safari Silaturahim serta Sharing Komunikasi dan Motivasi di lingkungan Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Ditpolairud) menyambangi sebanyak 34 Kepolisian Daerah (Polda) di Indonesia, Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana masih meluangkan waktu melakukan kegiatan serupa di lingkungan kampus perguruan tinggi.

Pada Minggu 17 Maret 2024, doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut menjadi pembicara pada kegiatan “Ramadhan Di Kampus Universitas Gadjah Mada 1445 H” berupa workshop dengan tema “Journey to Businessman: Calon Pengusaha Sukses””. Kegiatan yang diinisiasi oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Universitas Gadjah Mada Jama’ah Shalahuddin dilaksanakan di Aula Fakultas Pertanian Jl. Flora, Bulaksumur, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Pesertanya sekitar 100 mahasiswa dari berbagai jurusan dan fakultas.

Selain Dr Aqua Dwipayana, pembicara lain pada kegiatan ini adalah pengusaha muda Ajian Kamadeva dan  Rektor Universitas Amikom Yogyakarta, Prof Dr M Suyanto MM.

Dr Aqua Dwipayana bersama Presiden Direktur PT Duta Anggada Reality Ventje Suardana.*

Dalam pesannya, Dr Aqua Dwipayana mengatakan menekuni bisnis sebagai investasi kunci untuk masa depan yang lebih baik bagi mahasiswa bisa menjadi pilihan yang cerdas. Namun, perlu diingat bahwa mengelola usaha sambil menempuh pendidikan memerlukan keseimbangan yang baik antara waktu, energi, dan fokus.

“Dalam menjalankan bisnis, Anda akan bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Ini memberi Anda kesempatan untuk membangun jaringan yang luas, yang bisa sangat berharga di masa depan ketika Anda mencari pekerjaan atau mengembangkan bisnis Anda lebih lanjut,” ungkap penulis buku super best seller Trilogi The Power of Silaturahim tersebut.

DR Aqua Dwipayana bersama Salman Subakat, CEO PT Paragon Tecnology.*

Lebih lanjut, Dr Aqua Dwipayana yang sudah mengumrahkan gratis lebih dari 160 orang dari hasil penjualan buku-bukunya itu mengatakan bahwa memiliki bisnis dapat memberi kita kesempatan untuk menghasilkan pendapatan sendiri, yang bisa membantu menjadi lebih mandiri secara finansial dan mengurangi beban keuangan yang mungkin dialami sebagai mahasiswa.

“Melalui pengalaman bisnis, Anda akan mengembangkan berbagai keterampilan yang sangat dihargai di dunia kerja, seperti kepemimpinan, kreativitas, pemecahan masalah, dan komunikasi,” ucap Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat ini.

Kemudian, lanjut Dr Aqua Dwipayana, memiliki pengalaman dalam menjalankan bisnis bisa menjadi nilai tambah yang besar dalam mencari pekerjaan di masa depan. Banyak perusahaan menghargai pengalaman wirausaha karena menunjukkan inisiatif, keberanian, dan kemampuan untuk mengambil risiko.

Pada akhirnya, Dr Aqua Dwipayana menambahkan perlu diingat bahwa menjalankan bisnis juga membutuhkan komitmen yang besar. Tidak semua mahasiswa memiliki waktu atau sumber daya untuk melakukannya. Penting untuk mempertimbangkan dengan hati-hati keseimbangan antara studi dan bisnis, serta memastikan bahwa kita tetap fokus pada pencapaian tujuan akademis.

DR Aqua Dwipayana bersama pengusaha sukses asal Yogyakarta Soekeno.*

Perkuat nyali

Dr Aqua Dwipayana juga memotivasi kalangan mahasiswa untuk memperkuat nyali menjadi pelaku bisnis yang sukses. Hal tersebut merupakan langkah penting dalam membangun mentalitas wirausaha di kalangan mereka.

Menurut pria dengan jejaring pertemanang sangat luas tersebut, universitas dan lembaga pendidikan lainnya dapat menyediakan program-program yang fokus pada kewirausahaan. Pelatihan seperti ini bisa membantu mahasiswa memahami dasar-dasar bisnis, pengembangan ide, perencanaan bisnis, dan keterampilan manajemen lainnya.

DR Aqua Dwipayana bersama Pemilik Hotel Golden Tulip Holland Resort Batu, Jawa Timur (Jatim), Sonny Njonoriswondo.*

Dr Aqua Dwipayana menyarankan untuk mengajak mahasiswa belajar dari kisah sukses para wirausahawan, baik yang lokal maupun internasional. Hal ini dapat memberi mereka inspirasi dan motivasi untuk mengejar impian mereka dalam dunia bisnis.

“Bimbingan dari mentor yang berpengalaman dalam dunia bisnis bisa sangat berharga bagi mahasiswa yang ingin menjadi pelaku bisnis. Mentor dapat memberikan pandangan dan nasihat yang penting, serta membantu mahasiswa mengatasi hambatan dan tantangan yang mungkin mereka hadapi,” ujar Dr Aqua Dwipayana menegaskan.

Pria yang pernah menekuni berbagai bisnis ini juga meminta kampus dapat mendorong mahasiswa untuk bergabung dalam komunitas wirausaha lokal atau di kampus mereka agar memberikan dukungan sosial dan jaringan yang penting. Mereka dapat bertukar ide, berbagi pengalaman, dan mendapatkan dorongan dari sesama mahasiswa yang memiliki minat yang sama.

Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengikuti kompetisi bisnis, magang, atau proyek-proyek kewirausahaan. Pengalaman langsung ini dapat membantu mereka memahami dunia bisnis dengan lebih baik dan mengembangkan keterampilan praktis yang diperlukan.

“Selain itu, ajarkan mahasiswa untuk tidak takut mengambil risiko, namun juga penting untuk menekankan pentingnya melakukan riset dan perencanaan yang matang sebelum mengambil keputusan besar dalam bisnis,” kata Dr Aqua Dwipayana.

Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti klub kewirausahaan atau seminar tentang bisnis dapat membantu mahasiswa mengembangkan minat dan keterampilan mereka di bidang tersebut.

“Dengan kombinasi dari pendidikan, dukungan, pengalaman, dan inspirasi yang tepat, mahasiswa dapat diberdayakan untuk menjadi pelaku bisnis yang sukses dan berani menghadapi tantangan dalam dunia kewirausahaan,” ujarnya.

DR Aqua Dipayana bersama pengusaha sukses asal Malang, Linggarjanto Boedi Oetomo saat makan di salah satu warung legenda di Malang.*

Sejarah pembentukan Jama’ah Shalahuddin

Kondisi kampus serta iklim kehidupan kampus saat itu, antara tahun-tahun 1972 sampai 1978, sangat diwarnai oleh bau “politik kampus”. Yakni pertentangan yang tajam antara kelompok-kelompok ideologis. Yang paling menonjol adalah dua kekuatan besar GMNI dan HMI.

Iklim yang demikian sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup keagamaan. Setiap kegiatan keagamaan selalu ditarik ke dalam term politis tersebut. Dengan demikian maka partisipasi warga muslim di luar kelompok ideologis Islam (GMNI) baik yang berada dalam kelompok maupun “masa apung” menjadi sangat kecil. Keadaan ini diperparah lagi dengan miskinnya kreativitas, baik jenis maupun mutu kegiatan. Kegiatan keagamaan hanya terbatas pada peringatan-peringatan hari besar Islam, dengan jenis dan tingkat penyajian dari itu ke itu juga. Dengan penyelenggara yang itu-itu juga.

Sementara itu acara-acara di luar keagamaan berlangsung meriah dan ditangani cukup baik. Keadaan itu membawa pengaruh kepada citra bahwa kelompok Islam tidak punya kemampuan dalam pelaksana kegiatan, tumpul kreativitasnya, pandai omong tapi kerja nol besar.

Kenyataan ketidakmampuan mengolah, mengatur dan menampilkan acara-acara keagamaan itu saja, sudah merupakan kenyataan yang sulit dibantah. Belum lagi bila ditinjau sepak terjang beberapa personal yang aktif dalam kepanitiaan, yang memang iklimnya agak “semrawut”, yang kadang-kadang memperkuat kesan jelek tersebut. Usaha-usaha menembus situasi yang rawan tersebut bukan tidak ada. Akan tetapi kebanyakan kandas dihadapkan pada kekokohan “sistem politik” kampus saat itu.

Momentum tersebut baru didapat tahun 1976, ketika “JARI JEMARI ALLAH” mengatur pertemuan beberapa individu yang meski tidak saling kenal sebelumnya, namun memendam ide, kerinduan dan dambaan yang sama akan terciptanya situasi keagamaan yang lebih baik di Kampus UGM. Diawali dengan kegiatan berlabel “MAULID POP 1976”, berlanjut dengan Pertama kali diselenggarakan Ramadhan in Campus (RIC) I, maka “kebekuan” Kampus akan gerak keagamaan mulai mencair.

Tahun itu pula, di tengah acara RIC I, diresmikan nama “JAMA’AH SHALAHUDDIN” (waktu itu dicantumkan sebagai “jema’at” bukan jama’ah). Peristiwa ini cukup penting, karena sejak saat itu proses “saling gosok” terjadi cukup intens sehingga dicapai kesepakatan untuk mengelola lebih lanjut acara-acara keagamaan di Kampus UGM, di masa-masa mendatang.

Mengacu pada dasar-dasar geraknya, kesan bahwa Islam milik golongan, tidak kreatif, jorok dan acak-acakan, pelan-pelan mampu dihapus lewat kegiatan-kegiatan yang ditampilkan secara lebih baik dan seksama. Citra jelek tentang orang Islam makin menipis. Tingkat partisipasi naik. Kerja keras itu mulai membuahkan hasil.

Filosofi/Nilai

Jama’ah Shalahuddin berasaskan Islam,

…Pada hari ini telah Aku sempurnakan Agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah aku ridhoi Islam sebagai Agamamu…

(Q.S. Al Maidah: 3).

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS Ali-Imran: 104).

“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl : 125).

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba : 28).

Visi Jama’ah Shalahuddin ialah:

Jama’ah Shalahuddin sebagai kontributor bagi terwujudnya intelektual muslim yang turut andil dalam menjawab permasalahan umat manusia dan menjadi lembaga kemahasiswaan terbaik.

Misi Jama’ah Shalahuddin ialah:

  • Mengembangkan sumber daya manusia Jama’ah Shalahuddin yang diarahkan pada aktualisasi diri sebagai seorang muslim;
  • Memberikan pelayanan profesional kepada civitas akademika Universitas Gadjah Mada dan masyarakat sesuai kebutuhan;
  • Melakukan pengkajian dan penelitian dengan perspektif islam terhadap kondisi kampus dan masyarakat;
  • Mengoptimalkan pengaryaan civitas akademika Universitas Gadjah Mada;
  • Bersinergi dengan pihak yang menunjang aktivitas dakwah;
  • Meningkatkan kualitas tata kelola kelembagaan;
  • Mengembangkan Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada sebagai Islamic Center;
  • Mengembangkan Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu fokus aktualisasi nilai-nilai keislaman.

Filosofi Logo Jama’ah Shalahuddin

Lambang Jama’ah Shalahuddin berupa tulisan Shalahuddin berbentuk belah ketupat yang menggunakan huruf Arab dengan jenis huruf Koufi Jalli, yang ditopang oleh trapesium siku-siku yang ditegakkan dan dicerminkan pada sisi terpendeknya. Semua terlukis dengan warna biru di atas dasar putih.

Lambang Jama’ah Shalahuddin bermakna:

  • Berisi tulisan Shalahuddin.
  • Arti tulisan harfiahnya adalah pelurus agama.
  • Merupakan salah seorang pahlawan perang salib.
  • Dibentuk dalam dimensi geometris berwujud kotak yang melambangkan kekompakan.
  • Pasangan bentuk kotak yang melambangkan suatu wadah yang kokoh bagi pembinaan jama’ah/ummat islam.
  • Konstruksi logo menggunakan garis-garis yang tegas, melambangkan ketegasan sikap dan berpikir Jama’ah Shalahuddin.

Kegiatan

  • Ramadhan di Kampus.
  • Safari Jama’ah Shalahuddin dalam Idul Adha (SAJADHA).
  • Bertemu Saudara Islami Gadjah Mada Muda (BERSAMI GAMADA).
  • Gadjah Mada Khataman Quran (GMKQu).
  • Training Kepemimpinan 1 JS.
  • Training Kepemimpinan 2 JS.
  • Training Kepemimpinan 3 JS.
  • Musyawarah Tengah Tahun.
  • Musyawarah Akbar.
  • I-Lecture Ahad Pagi.
  • Tahsinul Quran.
  • Forum Mengeja Hujan.
  • Diskusi Koran.
  • Kunjungan ke Dusun Binaan.

Lokasi sekretariat

Sekretariat Jama’ah Shalahuddin Universitas Gadjah Mada Jl. Tevesia No.1 Bulaksumur – Yogyakarta, 55281. Sayap Selatan Masjid Kampus UGM.***

Komentar