Kisah Perubahan Rute Perjalanan Menyusul Peresmian Tol Cisumdawu dan Bandara BIJB

BAGI banyak warga Bandung Raya, peresmian jalan tol Cisumdawu (Cieunyi Sumedang Dawuan) dan pengaktifan Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Kabupaten Majalengka boleh jadi akan mengingatkan kisah-kisah unik dalam perjalanan jauh mereka selama ini.

Kisah unik itu akan sangat beragam, khususnya terkait perjalanan dari Kota Bandung ke Bandara Internasional Sukarno-Hatta di Cengkareng, Tangerang, Provinsi Banten. Rute itu mengandung keunikan karena harus melewati Kota Metropolitan –kini Megapolitan—Jakarta.

Dulu sebelum ada jalan tol Bandung-Purwakarta-Cikampek-Jakarta, warga Kota Bandung yang akan ke Jakarta dan Bandara Cengkareng harus memilih perjalanan melalui jalur Puncak Bogor atau Bandung-Purwakarta. Keduanya memerlukan waktu tempuh yang lumayan lama, sekitar 5 jam.

PARA pengguna jalan tol Cisumdawu tinggal pilih arah yang akan mereka tuju. (Foto: Widodo A.).*

Rasa gembira kemudian muncul menyusul selesainya pembanguan jalan tol Bandung-Padalarang-Purwakarta-Cikampek-Jakarta-Bandara Cengkareng pada 2005. Tempo perjalanan yang sekitar 5 jam tadi dapat diperpendek menjadi separuhnya atau bahkan 2 jam saja. Atau paling lama menjadi 3 jam.

Tapi ceritanya menjadi lain dan cenderung menimbulkan kesedihan ketika rute Tol Cikampek-Jakarta-Bandara Cengkareng/Sukarno-Hatta (SH) semakin padat. Apalagi saat sedang dilakukan pembangunan secara bersamaan saat itu, yakni pembangunan jalur rel kereta Jakarta-Bekasi, rel kereta cepat Jakarta-Bandung, dan pembangunan jalan tol layang Sheik Mohammed Bin Zayed (MBZ) sepanjang 36,84 kilometer.

Pada masa itu tempo perjalanan Bandung-Bandara SH (175 kilometer) atau sebaliknya bukan lagi sekitar 3 jam, tapi bahkan bisa mencapai 6 jam. Penulis sendiri sering mengalaminya, karena pada masa itu memang sering harus melakukan perjalanan (berangkat) Bandung-Bandara SH dan Bandara SH-Bandung (pulang).

Sebelum dibangun jalan tol layang MBZ (2017-2019), penulis pernah sekali ketinggalan pesawat Jakarta-Kupang. Setelah jalan tol layang MBZ selesai pun, penulis pernah ketinggalan pesawat Jakarta-Manado.

PERESMIAN jalan tol Cisumdawu ditandai pula dengan kehadiran Pintu Gerbang Tol Ujung Jaya. (Foto: Widodo A.).*

Saat itu, penulis harus ketinggalan pesawat Jakarta-Kupang yang berangkat pagi hari. Sedikit problem AC yang dialami bus yang penulis naiki dan kepadatan yang luar biasa menjelang masuk Kota Jakarta, menyebabkan penulis –dan juga para penumpang bus yang sama—tertinggal pesawat dengan tujuan masing-masing.

Setelah jalan tol layang MBZ bisa digunakan pada akhir 2019, penulis merasa optimis tempo perjalanan Bandung-Jakarta-Bandara SH dengan naik travel cukup 5 jam atau bahkan kurang. Ternyata 5 jam pun tidak cukup. Ini sebuah bukti bahwa kepadatan arus kendaraan Bandung-Jakarta-Bandara SH luar biasa meskipun mobil-mobil kecil sudah disediakan jalur khusus yakni tol MBZ.

Optimisme pasca peresmian Cisumdawu

Mudah-mudah saja kisah unik dan cendeung sedih warga Bandung dalam perjalanan ke bandar udara itu tidak ada lagi. Tentu hal itu berkat telah diresmikannya Jalan Tol Cisumdawu oleh Presiden Joko Widodo pada 11 Juli 2023 lalu. Peresmian tersebut akan segera diikuti dengan pengaktifan kembali secara maksimal pengoperasian BIJB atau akrab disebut Bandara Kertajati pada Oktober 2023 mendatang.

Pada saatnya nanti warga Bandung yang akan melakukan penerbangan ke kota-kota lain di seluruh Indonesia tidak lagi harus ke Bandara Cengkareng. Mereka bisa beralih melalui Bandara Kertajati, dengan syarat pihak pengelola menyediakan banyak rute penerbangan yang diinginkan oleh masyarakat Bandung Raya. Untuk itu pula maka telah direncanakan untuk memindahkan banyak rute penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati.

JALAN Tol Cisumdawu dari arah Cirebon menuju Bandung menyajikan pemandangan yang indah pada senja hari. (Foto: Widodo A.).*

Kini para calon penumpang pesawat dari Bandung tidak harus menghabiskan waktu 5 atau 6 jam untuk menuju Bandara Cengkareng atau Bandara SH. Mereka cukup menghabiskan waktu sekitar 1 jam untuk menempuh rute Bandung-Bandara Kertajati. Tentu saja jangan sampai lengah untuk menyediakan waktu yang cukup untuk proses check in hingga menunggu pesawat take off.

Di lain pihak, para pihak penyedia jasa (terkait) penerbangan baik pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), maupun swasta kini harus bekerja keras menuju pengoperasian secara penuh BIJB/Bandara Kertajati bulan Oktober nanti. Tidak boleh ragu-ragu lagi sehingga membiarkan BIJB sebagai bandara masa depan Jawa Barat itu tetap mati suri. (Widodo A, Tugu Bandung.id)***

Komentar