Milad Persatuan Ummat Islam (PUI) ke-105: “Membangun Bangsa, Menguatkan NKRI”

Oleh KH NUR HASAN ZAIDI

Ketua Umum DPP PUI

LEBIH dari satu abad PUI telah berkiprah dalam gerakan amaliah dakwah dan Pendidikan, serta tumbuh menjadi bagian penting  dari sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

NKRI adalah buah kontribusi guru-guru bangsa, ketika terjadi perdebatan bentuk sistem negara Indonesia kala itu. Mohammad Natsir sebagai pimpinan Masyumi, mengusulkan sebuah diktum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikenal dengan Mosi Integral Mohammad Natsir. Mosi ini berhasil mempersatukan Indonesia yang tercerai berai menjadi beberapa negara bagian, akibat ulah Penjajah yang ingin kembali menguasai tanah air.

Semangat perjuangan dan persatuan itu harus terus dilanjutkan, bahaya yang mengancam eksistensi NKRI selalu ada, tantangan selalu mengintai. Saat ini, konsepsi batasan NKRI tidak bisa hanya dipandang dalam dimensi fisik teritori, karena di era digital ini negara seperti tidak memiliki batas teritori.

Pengaruh infiltrasi pemikiran dan informasi dari luar dengan mudah menembus ruang-ruang pikiran, hingga ruang-ruang yang sangat pribadi. Bila paradigma lama memandang bahwa mempertahankan NKRI hanya menjaga batas teritori, sekarang teritori tersebut telah dapat ditembus dengan teknologi digital dan informasi. Orang dengan mudah bisa terjajah dan terpengaruh hati dan pikirannya.

Oleh karena itu, milad PUI tahun ini mengambil tema “Membangun Bangsa, Menguatkan NKRI”. NKRI tidak akan kuat manakala bangsa ini tidak dibangun,  sebagaimana penggalan lirik lagu Indonesia Raya,“Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya, Untuk Indonesia Raya“.

KOMITMEN MEMBANGUN BANGSA

Membangun jiwa dan raga bangsa sangat relevan dengan semangat pengamalan Pancasila. Diawali dengan pembangunan jiwa dalam nilai pada Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pondasi jiwa. Hingga bersama mewujudkan tujuan NKRI berdiri, yang temaktub pada Sila Kelima, terciptan kesejahteraan dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhidullah) adalah ruh utama kekuatan NKRI. Dengan keyakinan ini, maka jiwa akan terbangun dan tumbuh mengikuti fitrah kehidupan yang hakiki. Selanjutnya, raga akan terbangun melalui implementasi yang tulus dari nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab karena NKRI akan kuat ketika keadilan dan keadaban berdiri tegak. Sementara itu, Persatuan Indonesia adalah Ukhuwah Wathoniyah,  yang menyatukan keragaman dalam bingkai Mahabbah (cinta).

Kemudian, kerakyatan berdasarkan hikmah, ilmu dan kebijaksanaan menjadi karakter berdemokrasi negeri ini, yang ruhnya adalah musyawarah. Akhirnya, terwujudnya Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, akan menjadi cerminan komitmen pembangunan raga bangsa Indonesia. NKRI harus menciptakan dan melahirkan keadilan sosial tersebut hingga dirasakan seluruh rakyat Indonesia, barulah cita-cita NKRI kuat akan tercapai.

Setiap kita kader PUI,  dengan tangan dan pikiran terbuka harus terus konsisten dan tegar menjaga serta membawa visi membangun bangsa, seperti yang dicontohkan oleh para pendirinya. Kita jaga kualitas diri, aktualisasikan potensi kepemimpinan yang kita miliki, serta bergandengan tangan, menjawab segala tantangan perubahan zaman untuk membangun bangsa, menguatkan NKRI yang kita cinta.

Selama 105 tahun, PUI teruji membangun soliditas, menguatkan Amal Jama’I, dan mengibarkan panji Intisab.  Tuhan Yang Esa menjadi tujuannya, Ikhlas sebagai titik tolaknya, Ishlah Tsamaniyah sebagai langkah perjuangannya, dan cinta kepada sesama sebagai syiar dakwahnya. PUI mewarisi rantai perjuangan dengan nilai tulus pengabdian. Dengan kekuatan itu, PUI mau dan mampu membangun bangsa.

Alhamdulillah, peringatan Milad PUI tahun ini Allah sempurnakan dengan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional untuk salah satu pendiri PUI, KH. Ahmad Sanusi, oleh Presiden Republik Indonesia. Anugerah ini seolah mengisyaratkan bahwa spirit dan estafeta perjuangan para pendiri PUI dalam membangun bangsa harus kita lanjutkan, pastinya dengan tantangan yang berbeda.

PUI akan terus komitmen berkontribusi membangun ummat dan bangsa, sebagaimana kiprahnya jauh sebelum Republik Indonesia ini berdiri. PUI concern membangun jiwa, fikrah dan raga dengan nilai-nilai luhur bangsa. Hati dan jiwa membutuhkan spirit nilai ilahiah, fikrah membutuhkan wawasan pengetahuan dan raga membutuhkan asupan yang sehat serta latihan yang terus menerus.

Karena, kita yakin bahwa tidak mungkin NKRI tegak tanpa adanya keseimbangan tersebut. Keseimbangan akan lahir dan terbentuk ketika konsepsi Madrosatuna Markazuna  PUI terwujud. Dimana sekolah-sekolah, lembaga-lembaga dakwah, dan madrasah-madrasah PUI menjadi pusat perubahan menuju Indonesia yang lebih baik.

In uriidu illal ishlaaha Mastatha’tu.  Aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan. ***

 

 

 

Komentar