SEJAK Kamis 15 Desember 2022 lalu Jalan Tol Pamulihan-Sumedang-Cimalaka mulai dioperasikan. Pada saatnya nanti (Januari 2023) tol ini juga akan menyambung ke Dawuan, Majalengka. Dengan kehadiran tol ini tentu diharapkan perjalanan Bandung-Sumedang-Majalengka-Cirebon atau sebaliknya kelak akan jauh lebih cepat.
Selama ini, terutama jika menggunakan jalan lama atau jalan tradisional, masyarakat pengguna jalan umumnya tegang, kurang rileks, stres. Mengapa? Karena para pengendara mobil dari Bandung perlu waktu antara 2-3 jam hanya untuk sampai Kota Sumedang. Lama tempuh Bandung-Cirebon (sekitar 140 km) malah jauh lebih lama yakni antara 4-6 jam.
Lamanya tempo perjalanan itu menggambarkan adanya pelambatan atau kemacetan di beberapa lokasi. Yakni di Jatinangor (di sini banyak kampus dan pertokoan), Tanjungsari (Alun-alun dan Pasar), dan Cadas Pangeran (banyak tikungan dan padat kendaraan). Sedangkan antara Sumedang-Cirebon sangat padat dengan banyaknya truk-truk besar sarat muatan dan berjalan merayap.
Dengan situasi dan kondisi (lama) tersebut, bagi warga (Bandung) yang akan menuju Sumedang harus rela bersabar. Apalagi bila jarak Bandung-Cirebon ditempuh menggunakan jalan tradisional itu.
Lain halnya dengan warga (Bandung) yang akan ke Cirebon menggunakan rute lain. Mereka bisa beralih melalui Jalan Tol Bandung-Cikampek-Palimanan (Cipali) dan hanya perlu waktu sekitar 2 jam untuk menempuh jarak sejauh 215 km itu.
Alam pegunungan dan terowongan kembar
Sabtu 17 Desember 2022 lalu kami keluarga sengaja meluangkan waktu untuk ke Sumedang lewat jalan tol. Berawal masuk dari Gerbang Tol Kopo, ternyata kami hanya perlu waktu 35 menit untuk sampai Gerbang Tol Sumedang. Ini bukti betapa cepatnya perjalanan lewat tol sekarang.
Dengan beroperasi dan bersambungnya Jalan Tol Cileunyi-Pamulihan-Sumedang-Cimalaka, selain tempo perjalanan lebih singkat, juga tersaji pemandangan alam yang indah. Sambil tetap harus hati-hati dan waspada apalagi pada musim hujan, karena jalan tol juga sering berliku, para pengguna mobil bisa menikmati alam pegunungan. Di wilayah ini ada Gunung Tampomas, Gunung Manglayang, dan Gunung Patuha.
Selain itu, mau tidak mau kita juga harus melewati terowongan kembar sepanjang sekitar 472 meter dengan diameter 14 meter. Saat berjalan di terowongan di Km 170-an ini, para pengguna jalan boleh teringat saat mereka melewati banyak terowongan di Kota Suci Mekah atau “terowongan” di bawah beberapa jembatan tol atau jalan layang di Jakarta.
Menurut Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian Umum dan Perumahan Rakyat, terowongan Tol Cisumdawu ini terpanjang di Indonesia dan merupakan tol pertama yang memiliki terowongan.
Terowongan tersebut berada di seksi II ruas (Desa) Rancakalong-Sumedang. Di atas terowongan ini nantinya juga akan ditambahkan ornamen berupa tumbuh-tumbuhan yang diharapkan memperindah lanskap tiap ruas Tol Cisumdawu.
Jika dilihat secara kontur dan secara visual, Tol Cisumdawu juga merupakan salah satu tol terindah di Indonesia karena letaknya di wilayah pegunungan tersebut.
Tidak mudah mengerjakan terowongan ini karena dilakukan dengan inovasi teknologi yakni New Australian Tunneling Method (NATM). Teknologi ini sukses diterapkan dan berguna dalam menguatkan tanah sebelum penggalian. (detikfinance, Senin, 16/8/2021)
Teknologi NATM merupakan metode modern. Pengerjaan desain dan konstruksi menggunakan (alat) pemantauan canggih untuk mengoptimalkan berbagai teknik penguatan dinding berbasis jenis batuan di daerah pegunungan yang ditemui saat pembuatan terowongan.
Teknologi NATM mengintegrasikan prinsip-prinsip perilaku massa batuan di bawah beban dan memantau kinerja konstruksi bawah tanah selama konstruksi. Juga digunakan untuk penggalian tanah lunak dan pembuatan terowongan di sedimen berpori. Teknologi ini juga memungkinkan penyesuaian langsung serta penggalian di bawah tanah dalam detail konstruksi.
Meningkatkan kesejahteraan
Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu ini tentu saja diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat umumnya dan daerah-daerah sekitar tol khususnya.
Jalan tol ini terdiri atas 6 seksi yang pembangunannya menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan biaya konstruksi Rp 5,5 triliun. Seksi 1 Cileunyi-Pamulihan sepanjang 11,5 km dan Seksi 2 Pamulihan-Sumedang sepanjang 17,05 km dikerjakan oleh pemerintah. Kemudian Seksi 3-6 dikerjakan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yakni PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT).
Peresmian pengoperasian –untuk sementara gratis– Seksi 2 (Pamulihan-Sumedang, 17,05 km) dan Seksi 3 (Sumedang-Cimalaka, 4,05 km) mulai 15 Desember itu dimaksudkan untuk menunjang kelancaran arus kendaraan libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kali ini.
Pembangunan Seksi 4 Cimalaka-Legok (8,2 km), Seksi 5 Legok-Ujung Jaya (14,9 km), dan Seksi 6 Ujung Jaya-Dawuan (6,06 km) direncanakan selesai akhir Januari 2023 mendatang.
Semoga tujuan pembangunan Jalan Tol Cisumdawu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar akan menjadi kenyataan. Jangan sampai misalnya para pengguna tol ini, baik dari arah Bandung maupun Cirebon, tidak pernah lagi singgah ke Kota Sumedang.
Harap diingat bahwa selain terkenal dengan makanan “tahunya”, wilayah Sumedang juga bagian dari area Waduk Jatigede yang belakangan telah dan sedang gencar membangun beberapa obyek wisata baru.
Di lain pihak, Pemerintah Kabupaten Sumedang dan para pengusaha swastanya juga harus aktif merancang program untuk memikat para pengguna Jalan Tol Cisumdawu sehingga mereka mau mampir di Sumedang, tidak sekadar lewat daerahnya.
Semoga pula warga Jakarta yang setiap akhir pekan selalu mengunjungi Kota Bandung, kini mulai menambah waktu perjalanannya untuk singgah ke Sumedang dan Majalengka. Harapan lain, semoga dengan tuntasnya pembangunan serta dioperasikannya Jalan Tol Cisumdawu nanti, akan menambah semarak aktivitas dan usaha di Bandara Internasional Kertajati, Majalengka. (Widodo A, Dewan Redaksi TuguBandung.id)***
Komentar