Membantu Pakaian Bekas Layak Pakai, Prioritas ke Berapa Bagi Korban Bencana?

BERIKUT ini sebuah fenomena yang layak disimak. Sepekan setelah terjadi musibah gempa di Kabupaten Cianjur yang menimbulkan banyak korban, beredar sebuah video di media sosial. Dalam video itu seorang relawan di Kecamatan Cugenang sedang menjelaskan adanya tumpukan bantuan berupa pakaian bekas layak pakai.

Seperti banyak diberitakan, gempa bumi tanggal 21 November 2022 dengan kekuatan 5,6 skala Richter itu menimbulkan banyak korban baik meninggal dunia maupun luka-luka. Banyak pula rumah maupun bangunan lain roboh dan hancur sehingga banyak korban terpaksa mengungsi.

Masyarakat luas pun segera menghimpun dan menyalurkan bantuan. Jenis bantuan sangat beragam, tergantung kesadaran dan kemampuan serta antusiasme masing-masing. Intinya, seperti dijelaskan sukarelawan tersebut, khususnya bantuan berupa pakaian bekas layak pakai yang dibungkus karung itu masih menumpuk.

Mengapa? Karena, menurut sukarelawan tersebut, para korban gempa tidak segera berminat memanfaatkannya. Mereka memerlukan segera bantuan jenis lain, bukan pakaian bekas meskipun masih layak pakai.

Menjadi bahan pertimbangan penting

Tak pelak lagi, pesan sukarelawan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan penting bagi pemerintah maupun masyarakat yang ingin segera menyumbang korban bencana. Apa pun jenis musibah bencana yang sedang terjadi di Indonesia ini, baik gempa bumi, tsunami, banjir, maupun gunung meletus, rupanya sumbangan berupa pakaian bekas bukan menjadi prioritas utama.

Bantuan pakaian bekas itu bukannya tidak perlu, tapi kenyataannya tidak menempati urutan prioritas: pertama, kedua, atau ketiga misalnya. Hal ini menjadi pelajaran atau pertimbangan penting bagi para calon penyumbang korban bencana.

Penulis sendiri pernah bekerja di sebuah yayasan sosial yang aktif menghimpun bantuan ketika sedang terjadi musibah bencana alam. Berdasarkan pengalaman, memang sering ada masukan dari pemerintah atau masyarakat setempat (lokasi bencana) agar tidak menghimpun dulu pakaian bekas. Saat itu disarankan agar masyarakat penyumbang mengutamakan jenis sumbangan yang lain.

Kemudian jenis bantuan apa saja yang perlu diprioritaskan? Agar obyektif, berikut daftar bantuan yang sudah disusun oleh mereka yang berpengalaman menangani korban bencana alam. Setidaknya ada 10 bantuan prioritas yang dibutuhkan korban bencana alam (sanitariankit.id), yaitu:

  1. Air bersih, khususnya air mineral. Mengapa? Karena para pengungsi jelas butuh mengkonsumsi air mineral atau minimal air bersih. Apalagi untuk ibu-ibu, anak-anak, para lanjut usia. Mereka sangat butuh air agar tetap fit. Apa jadinya ketika para pengungsi diberi makan tapi dehidrasi karena kehausan? Air bersih juga sebetulnya dibutuhkan ketika para pengungsi selesai buang air kecil atau buang air besar untuk membersihkan dirinya.
  2. Makanan siap santap (nasi bungkus). Manusia butuh makan. Terpenting makanan yang siap santap agar pengungsi tidak kelaparan. Tapi bukan mie instan, karena mungkin mereka tidak punya akses untuk masak. Kecuali kalau ada posko dan petugasnya siap memasaknya.
  3. Pembalut, popok bayi, dan celana dalam. Mungkin jenis bantuan ini tidak banyak yang memikirkannya padahal penting sekali. Padahal ada di antara pengungsi itu adalah wanita yang sedang datang bulan dan bayi yang perlu segera ganti popok.
  4. Berhari-hari di pengungsian, apalagi bagi korban banjir, kebanyakan mereka tidak membawa banyak baju. Jelas mereka perlu pakaian layak untuk ganti sehari-hari.
  5. Banyak pengungsi yang akhirnya jatuh sakit karena masuk angin atau tidak kuat hawa dingin. Selimut ini menjadi benda yang sangat berharga ketika para pengungsi hendak tidur untuk beristirahat.
  6. Makanan ringan, biskuit, dan susu cair. Jenis bantuan ini setidaknya bisa mengurangi rasa lapar dan haus sekaligus memberi energi ke para pengungsi agar tidak kelaparan.
  7. Obat-obatan. Kebanjiran atau kena abu vulkanik jelas membuat kesehatan menurun. Kita bisa memberi minyak kayu putih, tolak angin, vitamin, maupun suplemen lainnya. Mungkin obat batuk dan parasetamol juga dibutuhkan buat mereka yang mengalami demam dan pusing-pusing.
  8. Ini bisa diberikan kepada pengurus posko atau penyalur yang bersedia memasakkan untuk para pengungsi. Tapi sembako ini juga bisa diberikan setelah para pengungsi kembali ke rumah masing-masing.
  9. Kita bisa memberikan uang kalau kita merasa repot beli barang. Kita bisa memberikan donasi kepada para pihak penyalur atau posko-posko bantuan yang telah bersedia menyalurkan bantuannya. Hati-hati dengan penipuan. Pilih lembaga bantuan yang memang sudah kredibel dan bisa dipercaya. Atau mungkin kalau mau memberikan santunan secara langsung silakan saja.
  10. Kita bisa memberikan bantuan tenaga dengan menjadi sukarelawan. Misalnya kita bisa ikut memasak di dapur darurat, membantu evakuasi korban, menyalurkan makanan, mengajari anak-anak di pengungsian sampai membantu yang sedang sakit. Atau hal tersimpel adalah dengan membantu memberikan informasi kepada para donatur untuk memberikan bantuannya. Apa pun bisa kita lakukan asalkan niat dan dilakukan dengan dengan hati.

Optimalisasi bantuan

Indonesia yang sangat luas ini memang memiliki potensi terjadinya banyak bencana alam, baik yang bersumber dari laut (tsunami), pegunungan (gunung meletus ban banjir lahar), gempa bumi dengan segala dampaknya, banjir besar maupun kecil (rutin) sebagai dampak kerusakan di daerah hulu, kebakaran hutan dalam skala luas, dan lain-lain.

Semua itu memerlukan manajemen penanganan bencana agar bantuan baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat dapat disalurkan secara optimal dan terarah. Karena itu pemerintah membentuk lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Badan penanggulangan di tingkat pusat dan daerah itu selalu dibantu atau berkoordinasi dengan TNI dan Polri serta instansi terkait. Merekalah yang senantiasa mengatur dan mengarahkan penyaluran bantuan yang berasal dari pemerintah sendiri maupun masyarakat. Mereka juga terbuka atas kehadiran para relawan yang umumnya sudah terlatih.

Keberadaan perwakilan berikut koordinasi mereka dalam bentuk tim di posko-posko bencana dapat menjadi tempat bertanya tentang jenis bantuan apa saja yang sangat dibutuhkan oleh para korban bencana alam. Bantuan berupa dana dalam jumlah sangat besar serta kehadiran kendaraan atau alat-alat berat biasanya sudah menjadi porsi pemerintah.

Namun tetap terbuka lebar bagi masyarakat luas untuk ikut membantu para korban bencana alam. Sejauh ini sudah terbukti sikap dermawan dari seluruh rakyat Indonesia saat menghadapi musibah besar yang sedang dialami atau diderita saudara-saudaranya. Mereka dengan penuh kesadaran mampu melupakan latar belakang SARA (suku, agama, ras, dan golongan) dan pilihan politik. Terpenting para korban segera mendapat uluran tangan. (Widodo A, Dewan Redaksi TuguBandung.id)***

Komentar