Berkat Kebaikan Dr Aqua Dwipayana, Dewi dan Suaminya Berbulan Madu yang Tertunda Pandemi

BANTUL (TUGUBANDUNG.ID) – Dewi Khusnul Khotimah sangat bersyukur akhirnya bisa menikmati bulan madu bersama suaminya, Androkalas Yandiba Jalu Pradana Suratman. Bulan madu tersebut tertunda karena keduanya menikah saat terjadi pandemi Covid-19.

Impian untuk berbulan madu itu bisa terwujud nyata berkat kebaikan seorang Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana yang selama ini memang dikenal sangat senang berbagi dan membahagiakan siapapun bahkan mereka yang belum dikenalnya.

Pun demikian ketika doktor Komunikasi lulusan Fikom Universitas Padjadjaran tersebut menyampaikan materi Sharing Komunikasi dan Motivasi bertajuk  “Komunikasi Efektif,  Kunci Sukses” di hadapan unsur pimpinan dan karyawan Kantor Pelayanan Pajak (KKP) Pratama Bantul di Gedung KKP Bantul Jl Urip Sumoharjo No 7 Bantul,  Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat siang, 5 Agustus  2022.

Acara itu juga dihadiri para pejabat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mewakili Plt Kepala Kanwil DJP DIY Teguh Budiarto. Mereka adalah Kabag Umum Agung Prabowo, Kabid Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Yunipan Nur Yogananta, dan Kasi Bimbingan Pelayayan dan Konsultasi Dwi Meisandra Teguh.

“Luar biasa sekali Allah memberikan kesempatan kepada saya dan suami untuk bulan madu ke Bali melalui Pak Aqua. Sungguh sesuatu yang tidak kami sangka-sangka karena kami belum berbulan madu sama sekali sejak menikah, terhalang oleh pandemi,” demikian pesan yang disampaikan Dewi Khusnul Khotimah yang akhirnya berangkat ke “Pulau Dewata” Bali memanfaatkan hadiah dan berkah dari Dr Aqua.

Dalam pesannya, Dewi mengakui bahwa sepekan sebelum Dr Aqua menjalankan sharing komunikasi di KPP Pratama Bantul, dia sempat mencari informasi tiket pesawat ke Bali, tapi masih mau menabung dulu

“Sehingga saya berpikir untuk pergi ke Bali di tahun 2023 saja. Qadarullah ternyata malah mendapat hadiah ke Bali, benar-benar rasanya seperti Allah menjawab doa saya saat itu. Alhamdulillah, diberi tiket pesawat PP dengan Lion Air dan menginap di hotel Hilton Garden Inn. Sungguh luar biasa,” ujar Dewi.

Selanjutnya, ia bercerita saat persiapan pergi ke Bali, dirinya mengajukan cuti dan suami yang bekerja di KPP Madya Surakarta juga melakukan hal yang sama. “Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar dan cuti kami masing-masing disetujui oleh atasan kami,” katanya gembira.

Pada hari H keberangkatan, mereka mengendarai kereta bandara dari Stasiun Yogyakarta ke Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA) di Kulon Progo. “Kami naik kereta pukul 06.00 pagi dan menempuh perjalanan sekitar 40 menitan. Sesampainya di YIA kami menunggu check in sambil berkeliling Bandara YIA yang luas. Setelah konternya di buka kami pun ke ruang tunggu keberangkatan pesawat. Pukul 09.50 WIB pesawat pun berangkat ke Bali dan mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sekitar pukul 12.00 WITA,” ujar Dewi menguraikan.

DEWI dan suaminya, Androkalas saat melakukan ‘check in’ di Bandara YIA.*

Hari pertama setelah tiba di Bali, keduanya berangkat menuju Hotel Hilton Garden Inn yang lokasinya di area Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. “Luar biasanya hotel itu kami bisa masuk lebih awal tanpa tambahan biaya. Biasanya check in hanya boleh mulai jam 14.00 namun saat itu pukul 13.00 WITA kami sudah diizinkan memasuki kamar hotel, alhamdulillah,” kata perempuan yang berasal dari Salatiga, Jawa Tengah itu.

Fasilitas kamarnya sangat oke. Luas, ada TV, AC dingin, di lemari ada setrika yang sangat berguna, dan kamar mandinya luas sekali. Di kamar mandi juga disediakan shampoo, sabun, sikat gigi, odol, dan hairdryer.

Setelah puas room tour, keduanya memutuskan untuk langsung berjalan-jalan ke Pantai Pandawa dan Pantai Kuta. Menikmati keindahan, keramaian, dan hiruk-pikuk Bali.

Pada hari kedua,  dengan mengendarai motor, mereka berdua pergi ke Tanah Lot dan Pura Ulun Danu Beratan. “Kami belum pernah ke Pura Ulun Danu Beratan ini, rasanya senang sekali karena bisa melihat Pura yang ada di uang 50.000 zaman dahulu.  Tak lupa kami juga mampir ke Ayam Betutu khas Gilimanuk. Kuliner yang sungguh sangat kami sukai karena terakhir saya makan ayam betutu adalah tahun 2019 sebelum pandemi, persis saat saya  ke Bali,” kata Dewi mengisahkan.

Hari ketiga, mereka ke Pantai Sanur. Setelah itu menuju ke Pantai Melasti untuk menonton tari Kecak di pinggir pantai. “Menonton tari kecak di pinggir pantai adalah impian saya dari dulu yang akhirnya terwujud juga. alhamdulillah berkat Pak Aqua saya bisa merealisasikan keinginan ini bersama suami,” ucap Dewi.

Hari ke empat tiba mereka pun persiapan kembali ke Yogyakarta. Naik gocar dari Hotel Hilton Garden Inn ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Mulai dari check in hingga naik pesawat semuanya lancar sekali. Hotel yang lokasinya dekat Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai membuat tidak terburu-buru saat berangkat dan bisa lebih lama menikmati waktu bersama di Bali. “Sungguh pengalaman honeymoon yang menyenangkan dengan fasilitas yang luar biasa,” kata Dewi.

Akhirnya pesawat pun tiba di YIA. Mereka kembali ke Yogyakarta dengan mengendarai kereta bandara ke Stasiun Tugu Yogyakarta. Sesampainya di stasiun mereka memesan gocar untuk pulang ke kontrakan dengan hati yang gembira dan bersiap kembali bekerja esok hari dengan suasana yang riang.

“Terima kasih banyak Pak Aqua. Semoga bapak sekeluarga selalu sehat dan bahagia. Aamiin ya Allah,” doa Dewi dan suaminya kepada Dr Aqua dan keluarga.

DEWI dan Androkalas sangat menikmati kebersamaan di Pulau Dewata Bali.*

Hadiah mengejutkan

Saat Sharing Komunikasi dan Motivasi di KPP Pratama Bantul, di tengah penyampaian materi, tiba-tiba pria yang suka menolong sesama itu menanyakan apakah di antara yang hadir ada yang menikah saat pandemi Covid-19? Sebagian peserta menunjukkan ekspresi kaget dengan pertanyaan itu. Mereka sama sekali tidak menyangka Dr Aqua bertanya itu.

Dari barisan belakang ada yang tunjuk tangan. Dr Aqua langsung meminta yang bersangkutan untuk ke depan. Sekaligus memperkenalkan diri. “Nama saya Dewi Khusnul Khotimah. Berasal dari Salatiga. Saya menikah sama Androkalas Yandiba Jalu Pradana Suratman pada 12 Maret 2021 di Salatiga,” terang Dewi.

Dia dan suaminya teman satu angkatan kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang kini telah berubah namanya menjadi Politeknik Keuangan Negara STAN. Mereka sama-sama masuk tahun 2014 pada D1 Perpajakan. Lulus setahun kemudian.

Dewi ditempatkan di KPP Pratama Bantul. Sedangkan suaminya bertugas di KPP Madya Solo. Mereka tinggal di Yogyakarta. Kemudian Dewi menceritakan pengalaman menikah saat pandemi Covid-19. Semuanya serba dibatasi termasuk para tamunya.

DEWI dan suaminya saat menikah. Keduanya belum menjalani bulan madu karena menikah di masa pandemi.*

Ketika Dr Aqua menanyakan sesudah menikah bulan madu ke mana, Dewi mengatakan belum sempat melakukannya. Meski ada keinginan untuk itu. “Sampai sekarang kami belum melakukan bulan madu. Meski ingin melakukan itu,” ujar Dewi.

Merespons Dewi, spontan Dr Aqua mengatakan memberi hadiah bulan madu ke Bali. Untuk itu akan menyiapkan tiket pesawat Yogyakarta-Bali dan kamar berbintang di Pulau Dewata untuk mereka tempati.

“Kenapa tiket pesawatnya harus disiapkan pergi dan pulang, karena kalau hanya buat berangkat saja, nanti Mbak Dewi dan suaminya ngga pulang-pulang. Mereka betah di Bali karena keasyikan bulan madu. Nanti di kamarnya akan banyak love-lovenya termasuk ada angsa-angsaan yang dari handuk,” ungkap Dr Aqua yang disambut tertawa dan tepuk tangan seluruh yang hadir termasuk Dewi.

Saat Dr Aqua menyatakan memberi hadiah bulan madu Dewi sempat tidak percaya. Dikiranya hanya bercanda dan prank. Perempuan berjilbab itu sampai dua kali menanyakan hal tersebut.

Layani wajib pajak

Dalam paparannya di hadapan para pegawai KPP Bantul, Dr Aqua mengingatkan semua karyawan KPP Pratama Bantul untuk melayani para wajib pajak secara totalitas. Salah satu wujudnya jika mereka membutuhkan bantuan meski malam dan hari libur agar dibantu. Dengan begitu mereka merasa puas dan mau secara sukarela memenuhi semua kewajibannya.

“Sebagai pegawai memang ada jam kerjanya yakni rata-rata delapan jam sehari. Hari Sabtu dan minggu serta setiap tanggal merah libur. Namun dalam melayani agar tidak membatasi waktunya,” demikian disampaikan Dr Aqua.

Dr Aqua menyampaikan hal itu menjawab salah seorang peserta yang sehari-hari bertugas sebagai penyuluh pajak, Eko Susanto. Menurut Eko ada wajib pajak yang ketika menghubunginya tidak mengenal waktu yakni malam hari pukul 23.00 dan saat libur.

“Pak Aqua, bagaimana menyikapi wajib pajak yang menghubungi tanpa mengenal waktu? Ada yang mengontak saya saat pukul 23.00 dan hari libur,” ungkap Eko.

Dr Aqua melanjutkan, para pegawai KPP Bantul sebagai pelayan masyarakat harus siap setiap saat memberikan layanan. Meski malam hari dan ketika libur. Itu sebagai salah satu wujud nyata dalam melayani masyarakat terutama para wajib pajak dan calon wajib pajak.

DR Aqua Dwipayana saat menyampaikan materi Sharing Komunikasi dan Motivasi di KPP Pratama Bantul.*

Jika waktunya sudah larut malam, ujar mantan wartawan di banyak media besar ini, sampaikan secara baik-baik bahwa jawabannya akan diberikan besok. Itu sekaligus mengingatkan kepada yang mengontak bahwa dia menghubungi pada waktu yang kurang pas.

Karena sudah janji, tambah Dr Aqua maka besoknya harus menepatinya. Orang yang menghubungi pasti menantikan jawaban atas semua pertanyaan yang disampaikannya.

“Jawabanlah semua pertanyaannya dengan sopan, santun, dan beretika. Sekaligus memberikan pelajaran berharga dengan mengatakan menjawabnya besok. Orang yang mengontak itu akan sadar bahwa dia menghubungi pada waktu yang tidak pas,” terang pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 23 Januari 1970 itu.

Kemudian Dr Aqua melanjutkan, terkait dengan sosialisasi tentang pajak yang rencana dilakukan Eko dan kawan-kawan kepada para pemilik penginapan di daerah Parangtritis, Bantul. Upayakan menyesuaikan dengan mereka termasuk waktu dan kebiasaan dalam berkomunikasi.

Namun sebelum melaksanakan sosialisasi, Dr Aqua mengingatkan untuk lebih dulu belajar secara komprehensif tentang pajak dan semua aturannya. Sehingga ketika pertemuan lancar menjelaskannya dan dapat menjawab semua pertanyaan.

Selain itu, lanjut bapak dari Alira Vania Putra Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana itu, saat pertemuan agar memberi apresiasi kepada para pengusaha penginapan tersebut atas berbagai keberhasilan mereka selama ini. Lakukan secara tulus ikhlas, jangan berlebihan.

Agar mereka semangat menghadiri acara tersebut, tambah doktor Komunikasi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini, selama pertemuan banyaklah menyimak semua yang mereka sampaikan. Sehingga merasa diperhatikan dan betah saat diskusi.

Di samping itu, pesan pria yang berasal dari Padang, Sumatera Barat ini, kalau ada pengusaha penginapan sejenis di objek wisata yang lain yang selama ini taat bayar pajak, agar diceritakan kepada seluruh yang hadir. Agar mereka memiliki gambaran.***

Komentar