Menyimak Bahaya Penggunaan Gas Air Mata Bagi Kesehatan

Oleh Widodo Asmowiyoto*

MENYUSUL Tragedi Sepakbola Kanjuruhan, Sabtu 1 Oktober 2022 yang menewaskan 131 jiwa dan melukai ratusan orang, banyak dibahas sejauh mana bahaya penggunaan gas air mata bagi kesehatan manusia. Apalagi berita terbaru menyatakan dan sudah diakui Polri bahwa polisi di lapangan menyemprotkan gas air mata yang sudah kadaluwarsa.

Widodo Asmowiyoto.*

Terlepas dari penggunaan gas air mata yang kadaluwarsa itu tidak lebih berbahaya dibanding yang masih berlaku, namun penggunaan gas air mata itu sudah jelas dilarang oleh FIFA (Federasi Sepakbola Internasional). Pelarangan itu pasti ada alasannya, dan tragedi Kanjuruhan menjadi bukti atas terjadinya pelanggaran itu. Ribuan orang yang sedang sesak napas karena terkena semprotan itu masih harus berkerumun dan berjubel dalam upaya mencari jalan keluar stadion. Banyak di antaranya yang terpaksa terhimpit, terjatuh, terinjak-injak sehingga berujung pada kematian.

Sungguh peristiwa yang memilukan itu telah menyadarkan para pendukung tim sepakpola di tanah air untuk melakukan “pertobatan”. Maksudnya mereka tidak mau lagi bermusuhan dan lebih memilih untuk rujuk demi kemajuan sepakbola Indonesia yang lebih sportif dan menghibur.

Dalam situasi sedih, pilu, dan traumatis yang sudah mulai mereda belakangan ini, ada baiknya kita simak apa sih bahayanya penggunaan atau penyemprotan gas air mata bagi kesehatan manusia. Artinya, pada saat para pendukung fanatik kesebelasan sepakbola sudah mulai sadar atas kekeliruannya selama ini. Maka layak pula jika aparat keamanan terutama polisi juga sadar untuk mengubah kebiasaannya mudah menyemprotkan gas air mata di lapangan sepakbola.

Tujuh efek gas air mata

Siti Putri Nurmayani melalui tulisannya yang sudah ditinjau oleh dokter Karin Wiradarma (klikdokter.com, 3/10/2022), mengungkapkan tujuh efek gas air mata bagi tubuh manusia. Pertama, organ tubuh yang terdampak gas air mata adalah mata, yakni menyebabkan gangguan mata hingga 54 persen. Ketika terpapar gas air mata, maka air mata akan banyak keluar. Selain itu, akan muncul gejala lain, seperti sensasi terbakar, rasa gatal, hingga gangguan penglihatan. Paparan gas air mata dalam jumlah banyak atau yang terjadi di dalam ruangan bisa menyebabkan glaucoma hingga kebutaan.

Kedua, sistem pernapasan. Gas air mata dapat mempengaruhi sistem pernafasan hingga 32 persen. Bahan kimia di dalamnya dapat memicu sesak napas, batuk, dan nyeri dada. Bisa mengeluarkan air ludah dan dahak ketika terpapar. Efek samping gas air mata makin parah apabila orang yang terkena sedang mengidap alergi dan asma. Bahkan bahaya gas air mata bisa menyebakan gagal napas. Menurut penelitian yang dimuat jurnal Annals of New York Academy of Sciences, kematian juga bisa terjadi akibat terkena gas air mata berkonsentrasi tinggi ataupun terpapar saat berada di ruang tertutup dalam waktu lama.

Ketiga, masalah kulit. Bahaya gas air mata juga menimbulkan masalah kulit hingga 18 persen. Gejala yang muncul bisa berupa iritasi, gatal, nyeri, alergi, hingga luka bakar kimia.

Keempat, masalah pencernaan. Bahan kimia CS (chloro-benzyl-idenemalono-nitrile) di dalam gas air mata dapat menyebabkan mual, muntah, dan diare. Gejalanya bisa disertai dengan sakit kepala.

Kelima, gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Berdasarkan Physicians for Human Rights, berulang kali terpapar gas air mata dapat menimbulkan gangguan mental, seperti post traumatic stress disorder (PTSD). PTSD adalah gangguan mental yang muncul usai mengalami kejadian traumatis.

Keenam, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Bahan kimia yang terkandung di dalam gas air mata bisa memicu peningkatan denyut jantung maupun tekanan darah. Masih mengutip Annals of New York Academy of Sciences, efek samping gas air mata tersebut bisa menyebabkan masalah jantung dan pembuluh darah, termasuk takikardia dan hipertensi. Perasaan cemas, tekanan psikologis, maupun rasa nyeri ketika terpapar gas air mata diduga menjadi penyebab munculnya masalah jantung dan pembuluh darah.

Ketujuh, cacat permanen. Sebuah penelitian melaporkan bahwa efek gas air mata pada tubuh bisa menyebabkan cacat permanen, seperti kebutaan, kerusakan otak, hingga kehilangan anggota tubuh.

Umumnya sederet gejala tersebut muncul antara 20-60 detik setelah terpapar gas air mata. Efek gas air mata pada tubuh perlahan membaik dalam kurun 10-30 menit setelah menjauhi lokasi yang terpapar. Karena itu jika kita terpapar gas air mata, segera hindari area tersebut. Lalu, bilas organ tubuh yang terkena gas air mata. Lakukan selama 10 menit menggunakan air bersih yang mengalir.

Apabila memungkinkan, bilas bagian tubuh yang terkena gas air mata pakai air garam steril atau cairan infus. Tak lupa, lepaskan pakaian dan benda-benda yang menempel pada tubuh, termasuk lensa kontak. Jika gejala yang dirasakan makin berat usai melakukan tindakan pertolongan pertama, segera berkonsultasi dengan dokter.

Bukan gas tetapi serbuk halus

Sementara itu Dra. Karimah Muhammad, Apt. CPE, Alumni Institut Teknologi Bandung, mengatakan “gas air mata” sebenanya bukan gas, melainkan serbuk halus bertekanan tinggi yang dikemas dalam kaleng. Melalui artikelnya berjudul “Gas Air Mata: All You Want To Know” yang beredar di WAG Asesor PWI Pusat, Karimah mengatakan, ketika ditembakkan, atau diaktifkan, serbuk tersebut akan menyebar dan akan menggantung di udara dengan kecepatan yang tinggi.

Farmasi mengenal teknologi ini dalam obat asma inhalasi, namun dosisnya sangat kecil. Serbuk ini akan berikatan dengan kandungan air yang terdapat di mata, kulit, dan tenggorokan kita. Serbuk halus yang mengambang di udara tersebut akan menempel di kulit, terhirup atau mengenai mata, karena berikatan dengan kandungan air yang terdapat di kulit, tenggorokan saluran pernafasan atau mata kita.

Efek yang dirasakan adalah di kulit rasa terbakar; di mata rasa perih dan keluar air mata; di saluran pernafasan hidung berair, batuk, rasa tercekik; di saluran pencernaan rasa terbakar; di tenggorokan, keluar lendir dari tenggorokan, muntah. Jika serbuk tersebut masuk hingga paru-paru menyebabkan nafas pendek-pendek, akar di paru-paru. Respons tersebut merupakan cara sistem pertahanan tubuh kita untuk mengeluarkan serbuk yang berbahaya tersebut dari tubuh kita.

Dua zat yang biasa digunakan sebagai “gas air mata” adalah minyak capsicum (minyak cabai), zat kimia 2-chloro-benzal-malono-nitrile atau C10H5CIN2.

Sebagai profesional, Karimah berpendapat, menggunakan kacamata jauh lebih baik untuk melindungi mata dari bahaya “gas air mata” ini, dibandingkan dengan mengoleskan odol di bawah kantong mata.

Mengoleskan hand & body lotion di tangan juga membantu mencegah efek mengiritasi kulit (jika tidak mengenakan lengan panjang), dan mengurangi konsentrasi serbuk di udara.

Bagi para emak, sebenarnya mengoleskan sunblock (bukan sunscreen) di seluruh wajah dan tangan lebih baik untuk melindungi kulit dan mata. Kandungan titanium dioksidanya akan mencegah “gas air mata” menembus pori-pori kulit. Tentu saja masalah harga dan ketersediaan produk ini bisa membuat demonstran lebih memilih odol. Tetapi bisa dijadikan alternatif untuk pengolesannya di titik-titik kumpul, bukan masing-masing demonstran membawa sendiri.

Gel gigi dengan kandungan air lebih banyak sebenarnya lebih baik dibandingkan pasta gigi. Ingat serbuk ini akan “mencari” air untuk berikatan. Untuk mencegah serbuk masuk paru-paru, sebaiknya sunblock dioleskan di seluruh wajah sehingga lebih banyak serbuk yang terikat.

Untuk gel gigi atau pasta gigi perlu juga dioleskan di atas bibir, untuk mencegah serbuk masuk ke hidung. Jadi bukan hanya dioleskan di bawah kelopak mata.

Tentang penanganan korban gas air mata: di mata, bilas dengan air. Guyurkan air dari botol minum langsung ke mata, sampai rasa perih hilang. Jadi posko kesehatan perlu menyediakan banyak air minum dalam kemasan. Di tenggorokan: berkumur dengan air beberapa kali hingga rasa serbuk hilang.

Jika mual atau muntah, minum obat diare dari jenis adsorben untuk menyerap racun tersebut. Misal: entrostop, new diatabs. Di saluran pernafasan: pemberian oksigen dengan oksigen kaleng (oxycan) akan sangat membantu “membilas” dan “mengencerkan” kadar serbuk di dalam paru-paru.

“Jadi jangan gunakan gas air mata dalam penanganan kericuhan di ruangan tertutup seperti area lapangan sepakbola, walaupun tidak terinjak mereka akan kehabisan nafas atau sesak nafas,” demikian pesan Karimah Muhammad menanggapi Tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. ***

*Penulis Dewan Redaksi TuguBandung.id

Komentar