Belimbing Wuluh, Kaya Manfaat Tapi Masih Miskin Budidaya

SEORANG ibu rumah tangga di sebuah kompleks perumahan di Bandung, Mira (60 tahun), beberapa tahun lalu menanam pohon belimbing wuluh di pekarangan rumahnya. Tak lama kemudian ibu dua orang anak itu juga menanam pohon yang sama di area taman kompleks permukiman tempat tinggalnya.

Belakangan kedua pohon belimbing wuluh yang ditanam Mira mulai berbuah, bahkan jumlahnya sangat banyak. Padahal dalam setahun dapat berbuah beberapa kali. Tidak habis dikonsumsi sendiri sebagai penyedap sayur yang dimasaknya, Mira mempersilakan kepada para tetangga dan relasinya untuk memanfaatkan buah yang rasanya asam itu.

Sebetulnya sudah banyak ibu rumah tangga yang memetik atau memanfaatkan buah pohon yang tingginya beberapa meter itu. Namun kenyataannya masih lebih banyak yang jatuh atau terbuang percuma. Mungkin pengalaman Mira itu juga banyak dialami oleh ibu rumah tangga di daerah-daerah lain.

Harap maklum, tanah di negara kita yang subur ini dapat ditanami pohon apa saja. Namun nasib pemanfaatan buah belimbing wuluh tampaknya masih sangat minim. Begitu juga dengan penanaman atau pembudidayaannya, masih skala kecil atau asal-asalan.

Pohon Belimbing Wuluh milik Mira yang buahnya lebat dan banyak manfaatnya. (Foto: Widodo A.).*

Banyak manfaat

Padahal keberadaan buah belimbing wuluh itu sangat banyak manfaatnya. Selain dapat menambah sedap masakan sayur, juga mengandung manfaat bagi kesehatan. Kalangan dokter ada yang menyebutkan lima manfaat atau bahkan lebih.

Dokter Sienny Agustin menyebutkan lima manfaat belimbing wuluh bagi kesehatan tubuh. Yaitu, mengendalikan kadar gula darah; meningkatkan daya tahan tubuh; menurunkan tekanan darah tinggi; mengurangi risiko terkena penyakit kardiovaskuler; dan menurunkan risiko terkena penyakit kanker. (www.alodokter.co, 22/7/2022)

Meskipun berukuran kecil, manfaat belimbing wuluh ternyata sangat besar. “Tidak hanya meningkatkan daya tahan tubuh, buah yang berbentuk lonjong ini juga dipercaya mampu menurunkan tekanan darah hingga mencegah pertumbuhan sel kanker,” ungkap Sienny.

Belimbing wuluh atau belimbing sayur, menurut dokter Sienny, merupakan tanaman yang banyak ditemui di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Buah yang memiliki cita rasa sangat asam ini seringkali dijadikan bahan masakan untuk berbagai makanan, seperti gulai ikan, tongseng, atau garam asam.

Manfaat belimbing tersebut diperoleh berkat kandungan nutrisi yang melimpah di dalamnya. Beberapa kandungan nutrisi dimaksud adalah karbohidrat, protein, serat, vitamin C, kalium, kalsium, fosfor, dan zat besi. Selain itu, belimbing wuluh juga mengandung vitamin B dan beragam jenis antioksidan, seperti flavonoid, saponin, dan tannin.

Kalau dokter Sienny menyebutkan lima manfaat, dokter Rizal Fadli menyebutkan tujuh manfaat untuk kesehatan. Yakni, membantu menyembuhkan jerawat; mengatur kadar gula darah; membantu mengatasi hipertensi; mengatasi wasir; menyembuhkan batuk dan pilek; memperkuat kesehatan tulang; dan meringankan kram otot. (www.halodoc.com, 26/8/2022)

Menurut dokter Rizal Fadli, belimbing wuluh sarat akan vitamin C, asam oksalat dan vitamin A, yang memberikan sifat antioksidan yang sangat baik. Berbagai nutrisi ini dapat melindungi jaringan kulit dari kerusakan akibat radikal bebas dan bisa meningkatkan kesehatan kulit.

Mengoleskan belimbing wuluh yang dihaluskan bersama madu pada wajah seminggu sekali dapat mengurangi jerawat, bintik hitam, bekas luka, noda, dan mengurangi pembengkakan. Ini juga dapat membuat kulit jadi lebih lembut, bersih dan bercahaya.

Belimbing wuluh mengandung zat antiinflamasi yang kuat yaitu tannin dan terpen. Ini membantu mengurangi pembengkakan di pembuluh darah anus dan rectum, atau yang dikenal sebagai wasir. Mengoleskan ekstrak buah dan daun ke area wasir yang meradang dapat mengurangi rasa sakit, peradangan dan pendarahan, serta meredakan wasir.

Belimbing wuluh dapat meringankan kram otot. Ini karena belimbing wuluh mengandung fitonutrien yang memiliki sifat analgesik dan antiinflamasi yang kuat. Buah ini dapat mengurangi nyeri otot dan kram dengan menenangkan jaringan ikat. Memijat lengan, kaki, tubuh dengan pasta herbal dari daun belimbing wuluh yang dihancurkan bisa memberi manfaat tersebut.

Selain itu, dengan mengonsumsi jus belimbing wuluh dapat menyembuhkan rasa sakit, ketidaknyamanan dan kekakuan pada otot dan persendian.

Sayang masih banyak buah belimbing wuluh yang terbuang percuma karena masyarakat masih kurang tahu manfaatnya. (Foto: Widodo A.).*

Budidaya masih jarang

Melihat banyaknya manfaat dari belimbing wuluh ini, menurut Elfiana, dosen Program Studi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim, Aceh, tentu saja pembudidayaan pohon ini tidak akan sia-sia untuk dilakukan khususnya di Aceh maupun di luar Aceh. Khususnya Aceh, masyarakatnya sangat fanatik terhadap buah ini karena dalam setiap masakannya selalu menggunakan buah belimbing maupun asam sunti.

“Sebenarnya di luar Aceh prospek pemasaran belimbing wuluh ini semakin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan,” kata Elfiana. (Serambinews.com, Jumat, 8/5/2020)

Selain itu, lanjut Elfiana, penyuluhan yang diberikan pemerintah daerah tentang pentingnya pembudidayaan belimbing wuluh ini harus sering dilakukan sehingga masyarakat paham akan pentingnya pembudidayaan belimbing wuluh.

Dilihat dari sudut pandang agribisnis, pembudidayaan pohon belimbing wuluh sangat baik dilakukan oleh masyarakat Aceh. Sebab, selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dari sisi ekonomi buah ini bisa dijual mentah.

Namun, bisa juga dimanfaatkan untuk pembuatan asam sunti yang tentunya produk ini bisa dijual baik ke pasar maupun kepada orang-orang yang membutuhkan asam sunti. Dengan demikian mampu memberikan nilai tambah dari segi pendapatan keluarga. Saat ini harga asam sunti berkisar Rp 5.000,00 – Rp 8.000,00/kilogram, tergantung dari kualitasnya.

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) diperkirakan berasal dari kepulauan Maluku dan dikembangbiakkan serta tumbuh bebas di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Myanmar, dan Malaysia. Sedangkan asam sunti yang merupakan bumbu masak khas Aceh penggunaannya merupakan suatu keharusan. Sebab, asam sunti merupakan ciri khas dalam setiap masakan Aceh seperti kuah ikan asam keu’eung, kuah ikan cerah (kuah tumis) yang merupakan khas Aceh, dan lain-lain.

Sebenarnya kuah-kuah yang dimasak masyarakat Aceh hampir sama dengan kuah masakan orang di daerah Sumatera lainnya. Yang membedakannya adalah dalam penggunaan asam sunti. Buah belimbing wuluh ini mampu memberi kesegaran karena kadar airnya tinggi yaitu 90 gram per 100 gram buah.

Sebagai pakar pertanian, Elfiana melihat meskipun masyarakat Aceh mempunyai bumbu masak khas berupa sunti tersebut, tetapi ternyata masyarakat di sana masih jarang membudidayakan tanaman ini.

“Yang ada hanyalah dibudidayakan untuk sekadar memenuhi kebutuhan keluarga saja dengan menanam satu atau dua batang di pekarangan rumah,” ungkapnya.

Pertanyaannya, kalau pohon belimbing wuluh dapat tumbuh baik di Indonesia dan banyak manfaatnya, mungkinkah pembudidayaannya ditingkatkan secara maksimal atau secara massal sehingga mampu mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan? (Widodo Asmowiyoto, Dewan Redaksi TuguBandung.id)***

Komentar