KEBANYAKAN orang menyebutnya Masjid Al Irsyad. Namun sebetulnya nama lengkapnya adalah Masjid Al Irsyad Satya, Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat. Pembangunannya, seperti tertulis pada marmer prasasti, “Diresmikan pada hari Jumat, 27 Agustus 2010 M, 17 Ramadhan 1431 H (Nuzulul Quran) oleh: Ridwan Muhammad (Ketua Dewan Pengawas Yayasan Parahyangan Satya) dan Leopard Lyman (PT Belaputra Intiland)”.
Bagi umumnya umat Islam, jika sedang mengunjungi Kota Baru Parahyangan, sengaja menyempatkan diri untuk salat di masjid seluas 1.696 m2 plus selasarnya 807 m2 ini. Sengaja dibangun di arena perbukitan dan berwawasan lingkungan, masjid yang mampu menampung 1.500 jamaah ini terasa sejuk. Kesejukan di bagian dalam masjid ini terutama berkat mengalirnya udara bebas melalui ruangan mihrab yang sengaja di buat terbuka lebar. Selain itu, udara juga masuk melalui celah-celah dinding yang sengaja dirancang untuk terwujudnya kesejukan tersebut.

Hari Jumat 9 September 2022 lalu, TuguBandung.id berkesempatan menunaikan ibadah Jumat di masjid yang pembangunannya menghabiskan biaya Rp 7 miliar ini. Jamaah tampak memenuhi bagian dalam maupun halaman masjid. Menurut kesaksian para karyawan yang merawat masjid, jamaah salat Jumat seringkali malah meluber hingga jalanan masuk masjid yang berada di lahan seluas 1 hektare ini.
Di Kota Baru Parahyangan seluas 1.250 ha (termasuk danau 200 ha) ini memang jarang masjid. Karena itu Masjid Al Irsyad Satya menjadi tumpuan bagi warga dan karyawan di sana untuk menunaikan ibadah Jumat. Namun bagi para peminat acara-acara pengajian juga dapat mengikutinya di sana dengan topik yang beragam. Masjid ini memiliki pusat kajian ilmu Islam yang menghasilkan banyak karya pustaka di bidang keislaman.
Konsep modern
Masjid Al Irsyad Satya merupakan masjid dengan konsep modern, yaitu masjid tanpa kubah yang berbentuk seperti kubus seperti bentuk Kakbah di Kota Suci Mekah, Arab Saudi. Pembangunan fisiknya perlu waktu satu tahun (peletakan batu pertama pada Senin 7 September 2009 dan diresmikan 27 Agustus 2010).
Masjid ini merupakan bagian dari Al Irsyad Satya Islamic School yakni sekolah Islamic International yang berafiliasi dengan Madrasah Al Irsyad Al Islamiyah dari Singapura. Masjid yang beralamat di Jalan Parahyangan Km 2,7, KBP, Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat ini pernah menyabet penghargaan “The Best 5 World Building of the Year 2011 untuk kategori Bangunan Religi versi Archdaily & Green Leadership Award 2011” dari Building Construction Information (BCI) Asia. (kontraktorkubahmasjid.com, 30/7/2020)
Masjid Al Irsyad Satya berasal dari inspirasi yang datang dari akumulasi pengalaman pribadi sang arsitek, Ridwan Kamil. Ide desain masjid ini pertama kali ia dapatkan ketika berada di puncak bukit pada waktu maghrib. Di puncak bukit itu ia menghadap ke arah barat sesuai dengan masjid yang kelak dibangunnya. Ternyata, arah kiblat masjid tepat menghadap ke arah gunung dengan pemandangan matahari yang indah saat terbenam. Dari pengalaman inilah salah satu ide dari desain masjid ini.
Inspirasi lainnya yang Ridwan Kamil dapatkan untuk merancang masjid tersebut ketika ia melaksanakan ibadah haji dan umrah di Tanah Suci. Di sana Kang Emil tertarik dengan bentuk Kakbah yang sederhana, sehingga ia menerapkan pada desain Masjid Ar Irsyad.
Sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil adalah seorang arsitek andal dengan karya-karyanya yang modern dan futuristik. Latar belakang seperti itu pula yang menjadikan Masjid Al Irsyad mempunyai ornamen eksterior dan interior bergaya Islam kontemporer.
Tampak dari luar garis-garis hitam yang menghiasi semua dinding luar masjid adalah kaligrafi Arab khat kufi lafadz dua kalimat tauhid: “Laailaha Ilallah Muhammad Rasulullah” (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah). Dua kalimat tauhid yang melekat pada tiga sisi bangunan yang tersusun dari batu bata merupakan kaligrafi tiga dimensi raksasa. Warna dasar bangunan masjid ini adalah abu-abu dengan penataan batu bata yang memberikan lubang atau celah di antara batu bata solid terlihat mengagumkan.
Pencahayaan alami
Lubang-lubang yang ada pada dinding-dinding masjid memiliki fungsi sebagai pencahayaan alami di dalam Masjid Al Irsyad. Selain itu, sang arsitek juga membuat arah kiblat menjadi terbuka, sehingga sinar matahari di senja hari akan tampak indah mempesona terlihat dari dalam masjid.
Setelah melihat bangunan masjid dari luar, para pengunjung dibuat terus penasaran untuk melihat ke dalam masjid. Pertama memasuki masjid ini, pengunjung akan disambut dengan bentangan karpet merah. Kemudian pengunjung akan melihat lampu-lampu berbentuk kotak persegi di langit-langit yang memancarkan cahaya membentuk bayangan 99 Asma’ul Husna (Nama-nama Allah Swt), karena lampu ini juga berjumlah 99.
Pengunjung juga akan melihat pemandangan berbeda pada mihrab yang tidak sama dengan mihrab masjid pada umumnya. Mihrab Masjid Al Irsyad dibuat seperti lorong berbentuk persegi dan bagian depannya terbuka, sehingga akan tampak pemandangan pegunungan yang sangat indah secara langsung.
Mihrab dan mimbar didesain menjorok di atas sebuah kolam dan di tengah mihrab ada sebuah batu bulat yang berukir lafadz Allah Swt. Fungsi batu bulat ini untuk mencegah atau menghalangi orang lewat di depan imam salat. Lubang-lubang angin pada dinding-dinding masjid menjadi sirkulasi udara, sehingga di dalam masjid terasa sujuk dan adem meskipun dalam cuaca panas tidak menggunakan AC atau kipas angin.
Di luar bangunan masjid ada lanskap dan ruang terbuka. Ini sengaja didesain membentuk garis-garis melingkar yang mengelilingi banguan masjid. Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi masjid itu terinspirasi dari konsep tawaf yang mengelilingi Kakbah.
Masjid ini memiliki ruang wudhu cukup luas karena tempat wudhu tidak menjadi satu dengan toilet sehingga ruangan menjadi lebih leluasa dan bersih. Jika pengunjung pertama kali datang ke sana akan sedikit bingung mencari tempat wudhu ini meskipun sudah ada petunjuknya.
Fasilitas yang unik dan jarang di bangunan masjid adalah fasilitas refleksi kaki. Di sekeliling masjid ini diberikan ruang yang sengaja diisi dengan bebatuan-bebatuan putih yang dibiarkan bebas. Fungsinya adalah untuk menambah kebugaran tubuh yaitu dengan melakukan refleksi kaki dengan berjalan-jalan di atas bebatuan putih tersebut. Selain mendapatkan efek refleksi, suara tumbukan antar-batu juga menimbulkan efek suara alam yang sangat natural.
Berkat karyanya yang dinilai sangat fenomenal ini, Ridwan Kamil juga memperoleh penghargaan IAI Award 2018 oleh Ikatan Arsitek Indonesia untuk kategori tempat ibadah. Tidak dapat dimungkiri, Masjid Al Irsyad Satya adalah satu mahakarya seni bangunan kontemporer yang mendobrak pakem-pakem tradisi bentuk masjid. (Widodo Asmowiyoto, Dewan Redaksi TuguBandung.id)***
Komentar