Sejatinya, kata dia, komposisi dalam satu kelas diisi oleh 25 orang siswa dan itu juga dapat meminimalisir kegaduhan yang sering terjadi di dalam kelas.
“Kompetensinya jelas, jadi dia (pihak industri) memastikan 25 orang itu akan mendapat bimbingan dan jika memenuhi syarat bisa langsung bekerja di industri tersebut. Jadi tidak ada pengangguran, kan?” katanya.
Kemudian, satu kelas berisikan 25 orang siswa juga sesuai standar dari UNESCO, supaya siswa-siswi betul-betul menguasai materi dari guru pengampunya.
Lebih jauh dia mengatakan, pembukaan kelas industri akan mendapatkan respon positif dari masyarakat, terutama dari para calon siswa baru.
“Di sini di SMKN 1 ada empat jurusan. Jadi anak-anak yang daftar saat PPDB nanti, pasti peminatnya banyak misalkan, kita butuh 100 orang tetapi ketika nanti yang daftar 200 kita sortir. Kualifikasinya harus sesuai dengan kompetensinya”tuturnya.
Menurut dia, SMKN 1 Kota Tasikmalaya, saat ini menjadi percontohan kelas industri. Tidak menutup kemungkinan bisa diikuti oleh sekolah kejuruan lainnya.
“Jadi nanti sekolah lain tinggal copy paste saja,” katanya. (Abdul Rojak)
Komentar