Mempersatukan Air, Tanah, dan Pohon

Peristiwa sangat penting kedua adalah peringatan Hari Air Sedunia (HAS) tanggal 22 Maret 2022. Awalnya, inisiatif penetapan HAS ini dilakukan oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) tanggal 22 Desember 1992 pada Sidang Umum PBB yang ke-47 di Rio de Janeiro, Brasil. Sejak itu setiap tahun negara-negara anggota PBB, termasuk Indonesia, ikut aktif memperingati HAS sesuai dengan tema. Untuk tahun 2022 ini tema peringatan HAS adalah Groundwater: Making Invisible Visible. Terjemahan bebasnya kurang lebih adalah, Air Tanah: Mewujudkan Yang Tak Tampak Menjadi Kelihatan Nyata.

Menyimak makna tema HAS 2022 itu, rasanya tekad Presiden Jokowi untuk menjadikan sebagian besar wilayah IKN Nusantara tetap hijau atau sebagai kota hutan tetaplah relevan. Hal itu memerlukan upaya menyatukan keberadaan tanah dengan air, atau air dengan tanah. Juga menyatukan keberadaan pepohonan dengan tanah dan air itu.

Tanpa upaya untuk menghijaukan atau menghutankan (kembali) sebuah kota, maka niscaya wilayah kota yang bersangkutan akan kering kerontang sehingga miskin air tanah. Kota-kota yang wilayahnya didominasi hutan beton, sudah dapat dipastikan –dan itu telah menjadi kenyataan—stok air tanahnya menyusut. Kalaupun berlangsung musim hujan, air hujan itu malah segera “berlarian” meninggalkan permukaan tanah. Jika hujan lebat turun dalam tempo sangat lama atau berjam-jam, biasanya malah menimbulkan genangan banjir atau bahkan banjir bandang.

Lain halnya jika di wilayah perkotaan itu masih banyak memiliki pepohonan –apalagi masih berupa hutan kota—dapat dipastikan air hujan akan segera disimpan oleh akar pepohonan. Pada gilirannya air yang disimpan oleh akar-akar pepohonan itu akan menjadi tabungan air tanah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Komentar