TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG ID).- Sejumlah warga yang biasa berdagang di kawasan Dadaha, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, mengeluhkan banyaknya lalat dan polusi udara yang muncul dari lokasi Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Hal itu menjadikan kurang minatnya pengunjung untuk berbelanja ke lapak dagangannya. Keberadaan lokasi TPS yang berdekatan dengan pedagang kaki lima (PKL) itu dinilai kurang pas.
Sehingga jika bisa TPS dipindah. Karena mengganggu kenyamanan pasilitas publik tersebut. Selain mengeluarkan bau tak sedap juga banyak lalat dan jadi pemandangan yang tidak enak dipandang mata.
Salah seorang warga Dadaha, Bery Ferdiansyah mengaku, mendapat banyak sekali keluhan dari warga lain.
“Tentunya lokasi TPS yang sangat berdekatan dengan Shelter PKL itu membuat sejumlah pengunjung mengeluhkan bau menyengat yang berasal dari tumpukan sampah,” katanya, Jumat (27/1/2023).
“Sehingga pengujung yang datang ke shelter untuk jajan atau berbelanja, memilik pulang lagi karena tidak nyaman,” sambungnya.
Menurutnya, bukan hanya para pedagang dan pengunjung, warga sekitar juga mengeluhkan sampah yang menumpuk dari TPS yang berada di samping shelter PKL Dadah itu.
“Keluhan penempatan TPS di komplek Dadaha ini bukan datang dari para pedagang PKL dan pengunjung saja, warga juga sebetulnya mengeluhkan sejak lokasi diyu dijadikan TPS,” katanya.
Bau busuk sampah dari TPS, kata Bery, sangat mengganggu aktivitas, terutama pada PKL Dadaha Tasikmalaya.
Terlebih keberadaanya berdampingan dengan shelter pedagang PKL. Padahal shelter tersebut diperuntukan untuk para pedagang yang nota bene jualan kukiner atau makanan. Akan tetapi, dengan aroma busuk sampah yang keluar dari TPS membuat sepi pengunjung.
Bahkan, lanjut Bery, aroma busuk itu tercium hingga radius sejauh 100 meter lebih. Belum lagi, jika hujan deras mengguyur kawasan Dadaha. Saluran pembuangan air kerap tersumbat hingga terjadi genangan.
“Kawasan Dadaha menjadi salah satu lokasi tujuan warga beraktivitas. Hal ini jelas akan jadi ladang bagi para pedagang terutama jajanan makanan atau kuliner,” katanya.
Padahal, kata Bery, jika pengelolaannya baik Dadaha sangat berpotensi. Sehingga akan jadi salahnsatu PAD bagi Pemkot Tasikmalaya. “PKL shelter Dadaha ini pasrah dengan kondisi seperti ini.
Sementara salah seorang pedagang yang buka lapak di Shelter Dadaha, Edi mengaku, bahwa TPS itu audah sejak lama berdampingan dengam tempat dagangnya.
Sehingga dirinya pasrah dengan keadaan seperti itu. Meski bau tak sedap itu sebab pengunjung enggan datang ke tempat jualannya. Dikarenakan keberadaan TPS disitu sudah sejak sebelum ada renovasi atau penataan Dadaha.
“Kami mau bagaimana lagi, karena memang penempatan pedagang PKL Dadaha oleh pemerintah disitu. Terus TPS sudah ada sebelum shelter dibangun,” ujarnya
Pemerintah rencananya akan memindahkan TPS itu karena dinilai sudah mengganggu kenyamanan warga. Tetapi hingga kini, belum juga ada pemindahan.
“Tidak menampik, dampak bau yang ditimbulkan sampah di TPS tersebut, salah satunya pengunjung merasa jijik dan enggan berkunjung. Bahkan ada pengunjung pun, mereka kadang kembali lagi karena tidak nyaman,” katanya.
“Kami berharap, untuk saat ini sampah jangan sampi menumpuk. Jika belum dipindah. Tapi keinginan kami TPS nya sesegera mungkin dipindah,” tegasnya.
Dikatakan Ketua RT setempat Parid, pihaknya mengusulkan kepada Pemkot Tasikmalaya melalui instansi terkait untuk segera menangani permasalahan tersebut secepatnya.
Hal itu, kata Parid, agar tidak menimbulkan polusi udara terutama di musim hujan. Selain bau itu tentunya sangat terasa bagi pedagang. “Warga disini sangat menginginkan TPS itu segera dipindah,” katanya.
Menanggapi keluhan warga dan pedagang di shelter PKL Dadaha, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Kota Tasikmalaya Fery Arif Maulana mengatakan, untuk TPS tersebut tidak bisa dipindahkan. Sebab belum ada lokasinya.
“Jika TPS tersebut dipindahkan, terus mau pindah kemana. Sebab, saat ini belum ada tempat atau lahan yang cocok untuk penggantinya,” ujarnya
Ia juga menyebutkan, bahwa untuk saat ini dalam mengatasi bau tak sedap dari sampah ini, solusinya diangjut secepatnya. Agar sampah tidak bertumpuk.
Ia mengaku, selama ini pengangjutan sampah di TPS tersebut tergolong lancar. Namun ada sedikut keterlambatan armada angkut. “Ya saya akui, ada sedikit keterlambatan dalam pengangkutan,” ucapnya.***