JAKARTA (TUGUBANDUNG.ID), 28 Mei 2025 — BioNet, grup biotek vaksin asal Prancis–Thailand, bersama PT Bio Farma (Persero), produsen vaksin milik negara Indonesia, telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk bekerja sama dalam pengembangan dan distribusi regional vaksin kombinasi TdaP (tetanus, difteri, dan pertusis rekombinan aselular).
Penandatanganan dilakukan dalam rangka kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia, menandai komitmen bersama dalam mempercepat akses terhadap vaksin inovatif di kawasan Asia Tenggara. Kolaborasi ini menggabungkan teknologi rekombinan pertusis milik BioNet dengan kapasitas produksi massal dan jangkauan kesehatan publik Bio Farma guna menjawab kebutuhan imunisasi mendesak di ASEAN.
“Kesepakatan ini mencerminkan visi bersama untuk memperluas akses terhadap vaksin generasi baru di tempat yang paling membutuhkannya,” ujar Philippe Guillot-Chêne, CEO BioNet Europe. “Dengan menyatukan kekuatan kami, BioNet dan Bio Farma berkontribusi membangun ekosistem kesehatan regional yang tangguh dan memperkuat kapasitas ASEAN dalam menghadapi penyakit menular saat ini dan di masa depan.” sebutnya.
MoU ini mencakup kerja sama dalam pengembangan klinis, harmonisasi regulasi, dan strategi akses pasar. Bio Farma akan melaksanakan uji klinis dan pengajuan perizinan di Indonesia, sementara BioNet menangani di negara-negara ASEAN lainnya. Kolaborasi ini menargetkan percepatan akses vaksin inovatif dengan memangkas kesenjangan waktu masuknya vaksin dari 10–15 tahun menjadi kurang dari lima tahun.
“Melalui kolaborasi ini, kami memperkuat komitmen Indonesia dalam mewujudkan kemandirian vaksin regional dan inovasi bioteknologi,” ujar Yuliana Indriati, Direktur Pengembangan Usaha Bio Farma. “Dengan teknologi pertusis rekombinan dari BioNet dan kapasitas produksi kami, kami berharap vaksin TdaP ini dapat segera tersedia bagi remaja, ibu hamil, dan lansia di Indonesia, serta masuk dalam program imunisasi nasional,” tambahnya.
Vaksin Tdap yang dikembangkan dalam kemitraan ini akan menggabungkan antigen dari kedua pihak—Td dari Bio Farma dan aP dari BioNet. Produk ini ditargetkan untuk digunakan di seluruh kawasan ASEAN, dengan potensi pasar mencapai 10–15 juta dosis per tahun senilai sekitar USD 200 juta.
Kolaborasi ini diharapkan mampu memperkuat kesiapsiagaan menghadapi pandemi, membangun rantai pasok vaksin yang tangguh, serta mendorong pemerataan akses kesehatan di Asia Tenggara.
Langkah ini sejalan dengan asta cita Presiden Prabowo Subianto, dalam Asta Cita, yaitu Mewujudkan kemandirian bangsa dalam ekonomi, pangan, dan energi, serta Meningkatkan kualitas hidup rakyat dan memperluas akses layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. (Pun)***
Komentar