KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) bersama Ikatan Mahasiswa Kewirausahaan (IMK) menggelar kegiatan Fridaypreneurship dengan tema “Pembangunan Ekonomi Berbasis Rakyat”.
Dalam acara ini, SBM ITB menghadirkan Sri Surgi Atmanto, S.E., M.M., Direktur Sarana Perdagangan dan Logistik dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, untuk membahas arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan dan revitalisasi pasar rakyat.
Acara dibuka oleh Wakil Dekan SBM ITB, Dr. Ir. Subiakto, M.B.A., RFA, QWP, CFP, yang menekankan kontribusi nyata SBM ITB dalam pengembangan pasar. “Sebelumnya, kami telah menjalankan program pembangunan dan pengembangan pasar di Pasar Atas dan Cimindi, Cimahi. SBM ITB berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam memajukan sektor perdagangan rakyat di Indonesia,” ujar Subiakto.
Dalam pemaparannya, Sri Surgi Atmanto menjelaskan bahwa pemerintah saat ini tengah berfokus pada pembangunan sarana perdagangan berbasis logistik dan pasar sebagai strategi untuk menstabilkan harga dan memastikan distribusi barang kebutuhan pokok di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengatasi disparitas harga antarwilayah serta menjaga ketahanan ekonomi rakyat.
Namun demikian, ia juga menyoroti tantangan dalam pembangunan pasar yang sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. “Banyak pasar yang akhirnya terbengkalai karena dibangun tanpa studi kelayakan yang matang,” ujarnya.
Sebagai solusi, pemerintah mendorong program revitalisasi pasar melalui pendekatan fisik dan non-fisik. Selain perbaikan infrastruktur, revitalisasi juga dilakukan melalui pelatihan manajemen, pemasaran, dan peningkatan daya saing pedagang lokal. Upaya ini sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) No. 8 Tahun 2025, yang menekankan percepatan pengentasan kemiskinan ekstrem.
“Revitalisasi pasar rakyat diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi pengeluaran rumah tangga, dan menurunkan jumlah kantong kemiskinan,” tambah Sri Surgi.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap meningkatnya tren konsumtif di Indonesia. Banyak industri, khususnya di sektor tekstil, mengimpor bahan baku secara besar-besaran yang justru dijual kembali, bukan dimanfaatkan untuk produksi domestik.
Ia juga menyoroti tantangan keberlanjutan ekspor bagi pedagang pasar. “Keberlanjutan bahan baku menjadi tantangan untuk menembus pasar ekspor. Tanpa kesinambungan ini, produk unggulan Indonesia gagal mempertahankan eksistensinya di pasar global,” jelasnya.
Kementerian Perdagangan mendukung revitalisasi pasar melalui pendanaan fisik seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) dan kerja sama dengan Kementerian PUPR, serta dukungan non-fisik berupa program Gerakan Nasional Membersihkan Pasar Nusantara (Gernas Mapan), Kuliah Kerja Nyata Penggerak Muda Pasar Rakyat, digitalisasi pasar, dan aktivasi pasar daerah agar lebih mandiri dan berdaya saing.
Acara ini menjadi wadah penting bagi sivitas akademika SBM ITB untuk memahami lebih dalam bagaimana kebijakan negara dapat menggerakkan ekonomi kerakyatan, serta membuka ruang kolaborasi nyata antara akademisi, mahasiswa, dan pemerintah. (Pun)***
Komentar