Lantik 1.400 Wisudawan, Rektor Unisba Edi Setiadi Ajak Lulusanya Mengabdi pada Negeri

KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Universitas Islam Bandung (Unisba) kembali menggelar wisuda bagi 1.400an lulusan dari berbagai jenjang, yakni Doktor, Magister, Profesi, dan Sarjana dalam Wisuda Gelombang I Tahun Akademik 2024-2025.

Acara ini berlangsung di Aula Utama Unisba selama dua hari, pada Sabtu dan Minggu, 22-23 Februari 2025, dengan total empat sesi pelantikan. Dua sesi dilaksanakan di hari pertama dan dua sesi lainnya pada hari kedua.

Momentum wisuda kali ini menjadi yang terakhir bagi Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H., karena masa jabatannya telah memasuki masa akhir periode kedua. Beliau akan menyerahkan kepemimpinan kepada Rektor baru yang dijadwalkan dilantik pada Juli tahun ini.

Dalam sambutannya, Rektor menegaskan bahwa wisuda bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan gerbang menuju karya nyata yang lebih bermanfaat.

“Ilmu yang diperoleh selama di kampus adalah modal awal untuk terus berkembang. Tahap ini merupakan peluang membuka pintu yang lebih lebar untuk berkhidmat di masyarakat. Masih banyak tahapan lain yang menunggu untuk ditunaikan, dan berbagai tahapan ini akan mudah dilalui manakala mempunyai niat yang lurus disertai niat ibadah kepada Allah SWT,” ujarnya.

Rektor juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh para lulusan, khususnya Generasi Milenial dan Generasi Z, yang hidup dalam era yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Beliau berpesan agar para wisudawan senantiasa mengembangkan kemampuan adaptasi yang baik dan terus belajar tanpa henti sesuai dengan pandangan Islam bahwa tidak ada garis finish dalam belajar. “Belajar tidak hanya secara formal saja di sekolah-sekolah atau membaca buku, akan tetapi yang lebih utama adalah membaca realita di dalam masyarakat,” kata Rektor.

Lebih lanjut, Rektor menekankan pentingnya sikap rendah hati dalam perjalanan hidup dan karier. “Tak seorang pun yang mempunyai legitimasi untuk sombong. Sombong tidak ada dalam kamus pembelajar sejati, karenanya tetaplah selalu rendah hati, tawadhu supaya dapat menerima masukan dari berbagai sumber pembelajaran,” pesannya.

Beliau juga mengingatkan para lulusan untuk tetap menjaga nama baik almamater dan kembali ke Unisba jika rindu dengan suasana kampus, karena Unisba akan selalu terbuka bagi para alumni.

Dalam bekerja, Rektor berpesan untuk mengembangkan kemampuan adaptable dengan beragam perubahan yang ada dan amanah yang mungkin dititipkan. “Adaptable adalah kelenturan eksekusi yang didasari dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kuat.

Kelenturan adalah adaptabilitas, dan kemampuan ini harus terus dikembangkan supaya mampu menghadapi perubahan, meraih peluang, berpikir jauh kedepan, selalu mencari solusi terhadap permasalahan, dan tidak suka menyalahkan orang lain,” ujarnya.
Sebagai pesan penutup, Rektor mengingatkan bahwa kesuksesan setiap lulusan adalah hasil dari doa dan dukungan banyak pihak, terutama orang tua yang senantiasa mengiringi langkah mereka dengan harapan dan restu. “Jadilah mutiara dalam kehidupan umat, dan semoga keberhasilan kalian membawa manfaat bagi banyak orang,” tutupnya.

Ketua Badan Pengurus Yayasan Unisba, Prof. Dr. K.H. Miftah Faridl, dalam sambutannya mengatakan bahwa wisuda bukan akhir perjuangan menuntut ilmu, melainkan awal dari pengabdian menuntut ilmu yang sesungguhnya.

“Inilah hari dimulainya Anda menuntut ilmu tanpa embel-embel apapun, tanpa embel-embel status kelulusan, tapi menuntut ilmu yang benar-benar keluar dari kesadaran diri meningkatkan ilmu sesuai kewajiban. Kelulusan selama proses perkuliahan harus ditempatkan sebagai upaya membangun tradisi formal menuntut ilmu, dan menguncinya dalam kebiasaan seumur hidup seperti diisyaratkan Rasulullah: minal mahdi ilallahdi,” ujarnya.

Di tengah tantangan yang dihadapi bangsa, terutama dalam sektor ekonomi, kesejahteraan, dan keadilan, Unisba tetap mampu melahirkan sarjana sebagai wujud kemajuan peradaban.

Hingga saat ini, kurang dari 30% penduduk Indonesia yang berhasil meraih gelar sarjana, menjadikannya sebuah pencapaian yang patut disyukuri. Oleh karena itu, wisudawan diingatkan untuk berterima kasih kepada orang tua dan pihak yang telah berperan dalam perjalanan akademik dan ikut terlibat mengantarkan menuju sarjana.

Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya peran sarjana dalam mengelola dan mencintai sumber daya alam Indonesia untuk kesejahteraan bangsa. “Kitalah, para akademisi, kaum terdidik, komunitas terpelajar, memikul kewajiban mengelola dan mencintainya sesuai hak dan kewajiban. Ijazah yang sudah digenggam, tidak hanya dipajang sebatas kebanggaan individual, tapi harus menjadi inspirasi sekaligus pemicu untuk diwujudkan dalam gerakan nyata kaum cendekiawan,” tuturnya.

Selain itu, wisudawan diingatkan agar tidak menjadikan ilmu sebagai alat kesombongan, melainkan untuk pengabdian. Prinsip ilmu padi semakin berisi semakin merunduk harus menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan pasca wisuda. “Orang-orang yang berilmu selalu memperlihatkan ketawadluan diri, bukan sebaliknya semakin menengadah sebagai wujud kesombongan,” katanya.

Prof. Miftah mengajak untuk menjadikan wisuda sebagai momentum yang tepat untuk melakukan perenungan, khususnya tentang kiprah intelektual sesuai profesi akademik yang telah susah-payah diraih selama menjalani masa studi di kampus ini. ”Kiprah saudara-saudara berbeda dari kiprah masyarakat pada umumnya. Kiprah insan terpelajar menjadi cermin kemajuan peradaban bagi masyarakat ke depannya. Kiprah kaum terdidik merupakan energi baru untuk ikut membebaskan diri dari segala bentuk keterkungkungan lahir maupun bathin,” ungkapnya.

Sebagai lulusan sistem Kampus Merdeka, para wisudawan diharapkan menjadi individu kreatif dan inovatif, lapisan masyarakat yang terbebas dari segala bentuk ketergantungan yang tidak produktif. ”Wisuda merupakan gerbang permulaan untuk lebih kreatif menemukan jati diri yang sesungguhnya, menciptakan innovasi-innovasi yang dapat memerdekakan diri dari bentuk-bentuk ketergantungan,” tambahnya.

Terakhir, Prof. Miftah menegaskan bahwa ciri khas lulusan Unisba adalah mengedepankan spiritualitas dalam setiap langkah kehidupannya.

Kepala LLDikti Wilayah IV Jawa Barat dan Banten, Dr. Lukman, S.T., M.Hum., dalam sambutannya mengatakan bahwa lulusan Unisba tahun ini akan bersaing dengan sekitar 200 hingga 250 ribu lulusan dari berbagai perguruan tinggi lainnya. Namun menurutnya, lulusan Unisba memiliki keunggulan dan pembeda yang menjadi nilai tambah di tengah ketatnya persaingan dunia kerja.

“Saya yakin, meskipun tantangan ke depan semakin berat dengan banyaknya lulusan yang memiliki kualifikasi serupa, tetapi jika mereka (lulusan Unisba) memiliki keunggulan dan keahlian yang berbeda, persaingan ini dapat dimenangkan,” ujarnya.

Menurutnya, bekal keilmuan yang diperoleh selama di Unisba adalah fondasi penting bagi kesuksesan. Namun, kunci utama keberhasilan tidak hanya terletak pada ilmu semata. Penguasaan bahasa asing selain Bahasa Indonesia dan Inggris, serta keterampilan dalam teknologi informasi dan komunikasi, menjadi faktor penting dalam memenangkan persaingan global.

“Hari ini adalah akhir perjalanan di kampus, tetapi juga menjadi awal dari persiapan menuju kesuksesan di masa depan,” lanjutnya.

Beliau mengingatkan kepada lulusan Unisba bahwa perjuangan tidak hanya sebatas mendapatkan pekerjaan, tetapi juga menciptakan peluang kerja bagi orang lain. “Menyiapkan dan menciptakan lapangan pekerjaan bukan hanya memberi manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga membantu banyak orang, mulai dari karyawan, keluarga mereka, hingga masyarakat sekitar. Dengan menciptakan lapangan kerja, kita berkontribusi dalam membangun ekonomi yang lebih baik,” katanya.

Sebagai pesan terakhir, lulusan Unisba diingatkan untuk selalu berpegang pada konsep ILMU DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal). “Berdoalah untuk kesuksesan dan mintalah restu orang tua. Berusaha dan berikhtiarlah secara terus-menerus. Jika belum mendapatkan pekerjaan, bertawakallah dan siapkan rencana B, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan.”

Dr. Lukman juga menekankan pentingnya menjaga integritas dalam perjalanan karier. “Ingat, garis tangan tidak pernah tertukar. Tidak perlu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan. Gunakan jabat tangan, tanda tangan, dan campur tangan untuk hal-hal yang baik dan penuh berkah. Hindari buah tangan yang bisa menjerumuskan,” ungkapnya.

Sebagai penutup, beliau berharap agar para lulusan Unisba bisa menjadi generasi penerus yang membawa perubahan positif bagi Indonesia. “Masa depan negeri ini ada di tangan kalian. Jadilah generasi yang tidak hanya sukses, tetapi juga bermanfaat bagi sesame,” tutupnya.

Pada wisuda kali ini, lulusan terbaik dengan IPK tertinggi dan lulusan tercepat diraih oleh Amelia Adhi Gustina dari Fakulltas Ilmu Komunikasi dengan IPK 3,95 dan lulus dalam waktu 3 tahun 3 bulan 26 hari, sedangkan lulusan termuda yaitu Sri Ayuni dari Fakultas Hukum dalam usia 20 tahun 04 bulan 0 hari. Disamping itu, Unisba juga kembali memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada 10 sekolah yang memiliki alumni berprestasi sebagai wisudawan tebaik dalam prosesi Wisuda kali ini.***

 

Komentar