Mahasiswa Kritisi Pj Walikota Tasikmalaya Bukan Kadis LH Kemiskinan, Pengangguran, Pemukiman Kumuh, Kesehatan Buruk Luput dari Perhatian

TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG ID).- Identifikasi permasalahan pembangunan diuraikan melalui pendekatan aspek geografi dan demografi.

Aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum yang menggambarkan permasalahan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah.

Atau terhadap beberapa urusan yang dianggap memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap munculnya permasalahan pada bidang urusan lainnya.

Hal ini dimaksudkan agar dapat dipetakannya berbagai permasalahan yang berkaitan dengan urusan yang menjadi tanggung jawab Pj Walikota Tasikmalaya.

“Namun nampaknya Pj Walikota Tasikmalaya hanya melihat sebagian masalah saja, dari kompleknya berbagai masalah yang harus di atasi dan diselesaikan,” kata salah satu aktivis mahasiswa Ardiana Nugraha, Sabtu (28/1/2023).

Menurutnya, kemiskinan memunculkan sanitasi warga yang buruk. Dikarenakan minimnya sarana dan prasarana untuk hidup sehat. Biasanya ini terjadi di pemukiman padat penduduk hingga lokasi tersebut kumuh.

Pemukiman kumuh itu akan berdampak terhadap rendahnya kesehatan, tingginya angka kriminalitas dan penurunan moral. “Hal itu harus jadi perhatian Pj Walikota,”ujarnya.

“Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Pj Walikota Tasikmalaya dari mulai dilantik sampai sekarang sedang konsen dalam mengatasi masalah sampah di Kota Tasikmalaya,” sambung Ardiana.

Langkah-langkah yang dibuat salah satunya, kata Ardiana, adalah dengan memasang CCTV dan membuat Satgas Sampah.

“Kami dari mahasiswa berharap Pj Walikota Tasikmalaya juga konsen untuk mengatasi masalah lain seperti, kemiskinan dan permasalahan sosial,” katanya.

“Apalagi kemiskinan ini disebabkan oleh masih rendahnya akses terhadap pelayanan dasar, akses ekonomi, sanitasi dan pola hidup masyarakat,” ujarnya menambahkan.

Serta, lanjut dia, rendahnya daya beli masyarakat, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Kemiskinan berkaitan erat dengan kesempatan serta tingkat pengangguran terbuka. Permukiman kotor dan kumuh.

Selain dari pada itu, kata dia, kualitas sumber daya manusia juga harus diperhatikan. “Peningkatan kualitas manusia menjadi hal yang penting agar masyarakat Kota Tasikmalaya mampu bersaing secara regional, nasional maupun global,” ujarnya.

Dikatakanya, namun saat ini masih terkendala dengan beberapa permasalahan terkait perkembangan SDM, antara lain belum optimalnya pelayanan pendidikan.

Kemudian, dalam proses pembangunan, insfrastruktur dan penataan ruang, lingkungan hidup berperan sangat penting dalam kelangsungan kehidupan manusia dan pemanfaatannya.

“Seharusnya berjalan dengan seimbang dengan pembangunan. Sehingga pembangunan dapat berjalan secara berkelanjutan. Termasuk penataan kawasan pemukiman sehat,” katanya.

Kata Dia, salah satu permasalahan yang dihadapi adalah pengendalian pencemaran dan penanganan kerusakan lingkungan. Masih terbatasnya taman sehat dan perlindungan kawasan lindung serta proposi ruang terbuka hijau di Kota Tasikmalaya.

“Dari apa yang sudah diperbuat Pj Walikota Tasikmalaya selama hampir 100 hari kerja. Nampaknya tidak ada, permasalahan di Kota Tasikmalaya yang bisa diatasi secara signifikan,” tegasnya.

Artinya, kata dia, bahwa ini harus menjadi catatan dan evaluasi triwulan yang benar-benar komprehensif bagi kemendagri.

“Bahwa sudah jelas Kemendagri mengutus Pak Dr. Cheka Virgowansyah itu untuk menjadi Pj Walikota Tasikmalaya, bukan menjadi Pj Kadis LH,” ujarnya.

“Artinya bahwa tugas dia bukan hanya mengatasi masalah sampah, tapi masalah berat lain juga harus cepat-cepat dieksekusi dan di selesaikan,” tambah Ardiana.

Aktivis mahasiswa lainya, Muhaemin Abdul Basit mengutarakan, pemimpin itu harus bisa berpikir besar dan bertindak besar. Artinya Pj Walikota harus bisa meng-orkestrasi seluruh SKPD untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di SKPDnya masing-masing.

Jangan seperti paribahasa sunda, “siga monyet ngagugulung kalapa” yang artinya manusia yang punya sesuatu tapi tidak tahu cara menggunakannya”, atau “manusia yang hanya pintar membuat konsep dan rencana, tapi tidak tahu implementasinya.

“Atau bisa juga diartikan sebagai manusia yang hanya menguruskan suatu hal kemudian abai pada urusan lainnya,” pungkasnya.***

Komentar