DALAM beberapa tahun terakhir terjadi perubahan orientasi berwisata. Bukan lagi hanya ke perkotaan dan menginap di hotel-hotel representatif, tapi juga ke daerah pedesaan.
Seiring dengan perubahan itu, desa-desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, mendirikan Balkondes (Balai Ekonomi Desa).
Jika mitra atau pembina Balkondes itu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maka di tingkat pedesaan menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Bidang garapan utama BUMDes-Balkondes ini adalah menghidupkan dan meningkatkan ekonomi desa melalui pembentukan desa wisata.
Desa wisata itu pertama-tama mengangkat wisata alam pedesaan. Namun kemudian disinergikan dengan beragam potensi yang ada di desa bersangkutan: pertanian, peternakan, industri rumahan (home industry), kerajinan, dan lain-lain.
Bagi para wisatawan yang ingin menginap juga tersedia penginapan bahkan hotel berkelas. Namun lokasinya bernuansa pedesaan. Salah satu tujuannya adalah menyaksikan saat-saat matahari terbit yang keindahannya luar biasa.
Peran VW trip
Karena desa wisata itu cukup luas, apalagi meliputi wilayah Kecamatan Borobudur, maka potensi itu dimanfaatkan oleh Borobudur Safari Club (BSC) untuk mempermudah para pelancong melakukan perjalanan.
Pada awalnya (2017/2018) BSC hanya memiliki beberapa anggota, terutama warga desa yang mempunyai mobil VW bekas milik para camat.
Sekarang (2023) BSC sudah memiliki 25 orang anggota. Setiap hari mereka melayani perjalanan antarkampung atau antardesa di sekitar Candi Borobudur.
Dengan tarif Rp 400.000,00/mobil/rombongan, para wisatawan disediakan waktu 2 jam untuk berkeliling atau melakukan VW Trip. Tentu saja pengemudinya adalah pemilik/operator sekaligus sebagai pemandu wisata.
Selama 2 jam berkeliling menempuh jarak 10 kilometer itu, para wisatawan setidaknya diajak mampir ke dua lokasi UMKM misalnya batik dan peternak kambing etawa.
Di lokasi perajin batik, para pelancong bisa mencoba membatik, termasuk anak-anak. Perajin sudah menyediakan beberapa gambar yang bisa dipilih untuk dibatik wisatawan dengan tarif Rp 30.000,00/gambar.
Penunggu stan batik Tingal Art, Nurul (23 tahun), mengatakan, pada saat libur panjang dan hari besar seperti lebaran, pengunjung melonjak. Sehari bisa 200-an orang.
Fauzi (31 tahun), anggota BSC yang juga pemilik mobil VW, mengatakan, jika sedang ramai pengunjung dia bisa memandu hingga tiga kali putaran sejak pagi hingga petang.
Fauzi mengaku bisa memperoleh penghasilan bersih Rp 800.000,00 per hari jika sedang ramai pengunjung. Mengapa tidak bisa bisa lebih dari Rp 1 juta dari tiga kali putaran tersebut?
Karena Fauzi harus membeli bahan bakar minyak dan membayar iuran 15 persen kepada organisasinya atau klubnya. (Widodo A, TuguBandung.id)***