KOTA TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG.ID).- Ratusan guru TK, ibu-ibu PKK dan juga organisasi perempuan serta komunitas perempuan Tasikmalaya dan Ciamis ikuti Festival Ecohappiness yang digelar Persatuan Istri Pegawai Bank Indonesia (PIPEBI), Kamis (24/8/2023).
Ecohappiness diwujudkan dalam kegiatan pemberdayaan yang bersifat merawat dan meruwat bumi. Event yang bersifat merawat yaitu, Pelatihan Storytelling tema Lingkungan Hidup sedangkan yang bersifat meruwat yaitu, Pelatihan Ecobrick.
Festival ini sebagai langkah meningkatkan literasi lingkungan hidup bagi ibu-ibu khususnya di Kota Tasikmalaya umumnya di Priangan Timur. Juga komitmen untuk mendukung intensi Bank Indonesia bagi ekonomi berkelanjutan yang dicanangkan.
Ada sebanyak kurang lebih 200 guru TK di Kota Tasikmalaya dan 100 peserta umum dari organisasi wanita dan komunitas lainnya. Untuk pelatihan Storytelling, PIPEBI bekerjasama dengan Forum Taman Bacaan Kota Tasikmalaya sedangkan untuk pelatihan Ecobrick menggandeng Rumah Sampah Berbasis Sekolah.
Tujuanya membekali guru TK, ibu, komunitas, dengan keahlian untuk mendongeng yang membentuk mindset anak-anak usia dini, yang berada di masa keemasan belajar 0-6 tahun,agar mereka cinta bumi sejak dini.
Ketua Persatuan Istri Pegawai BI (PIPEBI) Tasikmalaya, Sitaresmi Aswin mengungkapkan, pelatihan Storytelling ini merupakan wujud nyata merawat bumi lewat Literasi Lingkungan Hidup. Sementra pelatihan Ecobrick melatih mereka memanfaatkan sampah yang tidak bisa di daur ulang.
Ecobrick dapat diolah jadi furnitur, bahan bangunan dan alat peraga edukasi. Ecobrick merupakan aksi meruwat bumi, menyelamatkan bumi dari timbunan sampah yang tidak bisa didaur ulang.
Pada gelaran ini, kata Sitaresmi, ada juga bazaar I Love Preoved dan bazaar Produk Ramah Lingkungan. Kedua bazaar ini dimaksudkan untuk mengubah mindset masyarakat agar tidak terjebak “fast fashion”. Sebab, fashion sudah menjadi sampah terbesar kedua setelah sampah organik.
Cepatnya siklus fashion menimbulkan gunungan limbah di Tempat Pembuangan Akhir. Adanya bazaar ini menjadi langkah awal mengajak masyarakat bijaksana dalam belanja dan dermawan mendonasikan baju pantas pakai.
Sedangkan Bazaar produk ramah lingkungan, lanjut Sitaresmi, bertujuan mendukung pelaku bisnis ramah lingkungan di Tasikmalaya Clue Bebe yang memproduksi cloth diapers (popok ramah lingkungan) dan Bumi Satelite yang memproduksi sabun pembersih ramah lingkungan. Keduanya merupakan produksi lokal Tasikmalaya yang layak dukungan publisitas.
“Seluruh rangkaian festival ini dimaksudkan untuk menggugah kesadaran dan memberdayakan segmen strategis dalam masyarakat Tasikmalaya yaitu: guru, ibu, komunitas, untuk ambil peran aktif merawat dan meruwat bumi. Bahagia sejati didapatkan saat menanam kebaikan, khususnya kebaikan bagi bumi penopang hidup manusia,” katanya.
“Keterlibatan Bank Indonesia melalui PIPEBI adalah kontribusi nyata untuk meletakan pondasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan atau “green economy” di wilayah kerja Bank Indonesia KPw Tasikmalaya,” katanya.
Ketua Komunitas Rumah Sampah Berbasis Sekolah Tasikmalaya, Nursalim Ridho Mayoritas menyebut, literasi peduli lingkungan ini diberikan kepada Ibu-ibu tentang pendidikan karakter. “Karena pembentukan karakter anak sangat penting. Maka limbah plastik yang bisa diolah dan bernilai ini bisa menjadi alat peraga edukasi bagi anak-anak,” katanya.
Pengelolaan sampah sekaligus peduli lingkungan hidup ini fokus utamanya pemanfaatan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Selain bisa bernilai ekonomis. “Bagaimana mengolah limbah sampah bernilai dan mempunyai daya jual, maka harus ada nilai seninya atau dirubah menjadi alat peraga edukasi, atau lainnya sehingga diminati oleh masyarakat,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, rumah sampah berbasis sekolah bahkan sudah banyak membuat dan menjual hasil kerajinan hingga ke Yoyakarta dan Jakarta. “Satu set meja kuris atau empat kursi satu meja bisa dibuat dengan 135 botol ukuran 1 liter. Ini bisa menekan volume sampah hingga 70 kilogram sampah,” katanya.
“Intinya sampah rumah tangga atau limbah plastik bisa bernilai dan bisa memiliki nilai jual, sehingga bisa membantu untuk mengurangi beban pembuangan sampah di TPA, di Tasikmalaya,” katanya.
Narasumber Story Telling dalam Kegiatan Literasi Lingkungan Hidup, Wahyuni Rahmaningsih, mengatakan, dengan cara bercerita tentang pengelolaan limbah plastik menjadi sebuah pesan untuk peduli terhadap lingkungan.
“Kita sampaikan teori dan prakteknya langsung lewat sebuah cerita tentang peduli lingkungan dan pemanfaatan sampah. Jadi bisa dimulai dari keluarga, Ibu bercerita kepada anak, karena orang tua sebagai pendidikan keluarga,” ucapnya.***