TUGUBANDUNG – Patung berbentuk manusia yang tidak dimaksudkan untuk penyembahan atau peribadatan dan atau pemujaan tetapi untuk maksud diagungkan seperti patung raja, pimpinan atau tokoh, maka lebih dekat keharamannya, meskipun ada pendapat yang hanya memakruhkan, tapi sebagai kehati-hatian sebaiknya muslim menghindarinya. Demikian disampaikan Dr. H. Ijang Faisal, M.Si., (IF) Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PW IPHI) Jabar, menanggapi polemik pembangunan patung Bung Karno (BK) akhir-akhir ini.
Lebih lanjut, IF menambahkan sebaiknya sebagai muslim pengagum BK tidak sepatutnya membuat sesuatu yang berlebihan apalagi membuat patung BK spektakuler, dengan tingginya hampir 100 meteran dan biaya milyaran, disaat ekonomi rakyat yang sedang tidak menentu akibat resesi ekonomi dunia pasca pandemi covid.
“Dan kalau kita membaca beberapa literatur sejarah sesungguhnya Bung Karno tidak terlalu suka terhadap patung-patung, BK justru akan sangat bangga dan bahagia apabila ajarannya diamalkan sesuai dengan cita-cita bangsa yang ada dalam pembukaan UUD 1945”. Ucap IF.
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum. Dan mencerdaskan kehidupan bangsa justru yang harus dilakukan pengagum BK saat ini, Imbuh IF.
Dalam hal rencana pembuatan patung BK, IPHI Jabar punya pendapat agar rencana tersebut dipikirkan ulang secara matang, jangan sampai para pengagum BK melakukan sesuatu yang justru mendegradasi ide-ide kebangsaan buah pikiran BK itu sendiri. “BK pasti akan bangga dan bahagia apabila ajaran dan cita-citanya memajukan dan mencerdaskan bangsa dapat diamalkan ketimbang dibuatkan patung dirinya”. Tegas IF.
Bung Karno adalah milik bangsa Indonesia, ia sebagai inspirator untuk bangsa ini, terlepas plus minus sebagai manusia tetapi kita sudah sepakat bahwa BK adalah salah satu pendiri bangsa Indonesia yang sangat luar biasa. Tutup IF